10. Finding My Una

4.8K 936 1.5K
                                    

Unaya langsung ngacir begitu Jeka telah memarkirkan motornya. Gadis itu terlihat girang sekali lantaran bisa menginjakkan kakinya lagi di taman bermain. Jeka agak khawatir jika Unaya hilang lantaran banyak pengunjung yang berlalu-lalang hingga membuat pemuda itu sulit mengawasinya. Dengan langkah lebarnya Jeka menyusul gadis mungil itu dan tanpa basa-basi langsung menggenggam tangannya.

"Eh?". Unaya terpaku saat tangan besar dan hangat Jeka merangkum penuh jemari mungilnya. Jeka hanya menatap Unaya datar kemudian menarik gadis itu menuju wahana roller coaster. Mata Unaya tak pernah lepas dari tangan Jeka, kenapa semua yang berkaitan dengan pemuda itu selalu menjadi yang pertama untuknya? Mulai dari pacaran, kecupan, dan sekarang genggaman.

"Sana! Katanya pingin naik roller coaster, gue tungguin disini". Kata Jeka sembari duduk disebuah bangku tepat di depan wahana roller coaster. Kesadaran Unaya mulai kembali sepenuhnya, gadis itu menatap Jeka dengan mata memicing sembari bersedekap dada.

"Ayo naik sama gue!". Ajak Unaya. Jeka mendadak gugup, pemuda itu menggaruk tengkuknya.

"Gak ah! Gue males. Udah buruan sono! Katanya gak boleh balik malem-malem!". Jeka mendorong-dorong tubuh Unaya agar segera pergi. Namun Unaya tidak bergerak sama sekali dari tempatnya, gadis itu masih penasaran kenapa Jeka seperti takut dengan roller coaster.

"Gak! Gue maunya naik sama elo! Ayo!". Unaya menarik-narik paksa tangan Jeka. Jeka tidak mau bergerak, bahkan satu tangan pemuda itu berpegangan erat pada kursi yang ia duduki. Aksi tarik-menarik itu bahkan mulai menjadi tontonan para pengunjung yang tak sengaja melewati mereka.

"Heh! Cewek cupu! Kalo mau naik ya sono naik sendiri! Gak usah ajak-ajak! Malu tahu!". Omel Jeka yang sadar jika ditertawakan oleh orang-orang yang lewat. Unaya mendengus sebal. Gadis itu melepaskan tangan Jeka namun tidak berhenti menatap pemuda itu dengan tatapan memicing.

"Jangan bilang loe takut naik roller coaster?". Tebak Unaya. Jeka sempat membulatkan matanya kemudian bergerak tidak nyaman.

"Gue? Takut Hahaha... yang bener aja loe!". Sahut Jeka sambil tertawa garing. Unaya juga ikut tertawa garing.

"Haha. Sumpah demi apa loe takut? Pentolan sekolah takut naik roller coaster? Kalo seisi sekolah tahu, apa mereka semua bakalan tetep tunduk sama loe?". Ledek Unaya yang membuat Jeka tidak terima. Pemuda itu langsung menegakkan tubuhnya dan berkacak pinggang didepan Unaya.

"Heh! Sembarangan kalo ngomong! Gak ada yang ditakutin leader Bangsat Boys!". Kata Jeka nyolot.

"Oh ya? Kalo gitu buktiin dong! Dasar Chicken. Pok...pok...pok...". Ledek Unaya lagi sambil mengepakkan tangan-nya seperti gerakan ayam.

"Wah kurang ajar tuh cewek. Bisa-bisanya menyentil harga diri gue". Gerutu Jeka kemudian menyusul Unaya yang tengah membeli tiket.

Dan akhirnya, Jeka duduk diatas roller coaster dengan wajah kaku. Unaya bahkan sampai menahan diri agar tidak terbahak. Baru kali ini gadis itu melihat sosok leader Bangsat Boys yang songong abis dibuat K.O oleh sebuah wahana permainan. Satu yang Unaya pelajari, setiap orang pasti punya kelemahan. Meski Jeka dijuluki panglima tempur-pun tak menjamin dirinya sempurna.

"Kalo takut gak usah dipaksain. Panglima tempur juga manusia kok, gak usah malu". Ledek Unaya sambil mengusap-usap pundak Jeka. Jeka menatap Unaya dengan sebal, pemuda itu menyingkirkan tangan Unaya yang berada di pundaknya.

"Hahaha!". Dan akhirnya Unaya tertawa terbahak-bahak juga. Jeka sempat terpaku, tawa riang gadis disampingnya ini menular. Tanpa sadar Jeka menyunggingkan senyum kecil.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang