22. Tragedi

433 106 110
                                    

"Hahaha. Canda,  jadi gimana masih ngambek? Masih cemburu?". Tanya Jeka setelah puas membuat wajah Unaya semerah tomat. Gadis yang digoda itu memanyunkan bibirnya sembari memukul pundak Jeka pelan.

"Ya tergantung. Hubungan lo... eh, kamu sama Juwi gimana? Statusnya apa?". Tanya Unaya kemudian. Jeka mengusak rambut Unaya lembut, pemuda itu diam saja. Justru terkekeh begitu menyebalkan.

"Tanya aja sama orangnya kalau penasaran". Sahut Jeka enteng.

"Loh gimana sih. Kan aku nanya sama kamu, kok malah suruh tanya ke Juwi?". Protes Unaya mulai kesal. Jeka terlihat santai menghadapi Unaya yang merajuk. Unaya memang gampang ngambek, tapi gampang luluh juga. Untung Jeka sudah punya kunci untuk meluluhkan hati gadis itu.

"Emang kalau aku yang jawab, kamu bakal percaya? Daripada kamu mikir yang enggak-enggak tentang aku setelahnya, mending kamu nanya ke Juwi-nya secara langsung kan?". Nasehat Jeka yang membuat Unaya terdiam. Iya sih, benar juga. Sejujur-jujurnya cowok pasti tetap saja ada sedikit rasa tidak yakin dihati cewek, termasuk Unaya. Meski nanti Jeka berani bersumpah-pun, sepertinya ia akan tetap overthingking.

"Aku capek banget hari ini. Kamu datengnya telat banget. Mau peluk!". Rengek Unaya manja yang tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Sepertinya gadis itu lebih memilih mendengar penjelasan secara langsung dari Juwi. Mereka kan sama-sama perempuan, Unaya pasti bisa menilai apakah gadis itu jujur atau bohong.

Jeka menjauhkan diri saat Unaya hendak memeluknya. Bukan bermaksud tidak mau dipeluk, malahan mau banget. Hanya saja luka diperutnya masih basah, pasti sakit kalau dipeluk. Dan yang penting Jeka tidak mau Unaya tahu kalau ia terluka.

"Kenapa? Gak boleh peluk?". Tanya Unaya dengan sorot sendu. Jeka menjilat bibirnya gugup, ia mencari-cari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Unaya.

"Boleh banget, tapi aku belum mandi. Masih bau. Hehe". Bohong Jeka sambil tertawa garing. Unaya memicingkan matanya curiga. Ini lho ya tanda-tanda kalau cowok lagi bohong; gak mau natap mata lawan bicara, mata bergerak gelisah, mendadak keringetan.

"Kamu habis main sama cewek ya?!". Tuduh Unaya sambil mengendus-endus tubuh Jeka. Mendadak parno kalau Jeka ternyata ada main dengan gadis lain.

"Eh?! Mana ada. Gak mungkin lah aku kayak gitu. Move on dari kamu aja susah banget. Kalaupun ada main sama cewek ya paling cuma buat iseng hehe".

"Ihhhhh... tuh kan! Fix deh, kamu ada main sama cewek lain pasti". Unaya langsung heboh meneliti pakaian Jeka. Siapa tahu ada noda bekas lipstik atau rambut rontok.

"Astaghfirullah... canda kali yang. Kamu ngapain sih? Enggak ada main, sumpah deh". Kata Jeka untuk yang kesekian kalinya.

"Kamu sengaja ya pakai baju item gini biar kalau ada bekas lipstik atau rambut rontok gak kelihatan?". Oceh Unaya. Jeka menarik nafas panjang, kudu perbanyak sabar lurrr...

"Ya Allah Na, kamu kan tahu sendiri isi lemariku emang banyakan baju warna item. Aku kan anak metal". Canda Jeka sambil bergaya ala metal🤘🏻

"Terus kenapa gak mau dipeluk? Aku kan parno, takut kamu ninggalin aku pas lagi sayang-sayangnya". Ujar Unaya dengan wajah sendu. Unaya sudah berani menentang Papa-nya dan siap menanggung resiko kedepannya demi Jeka. Jangan sampai perjuangannya sia-sia.

"Kan tadi aku udah bilang, belum mandi sayang. Sini cium aja". Jeka merangkul Unaya kemudian mendaratkan kecupan singkat di dahi gadis itu.

"Sayangku cuma Unaya". Bisiknya yang membuat Unaya malu-malu kucing.

"Sayang kamu juga, Jekaku". Balas Unaya. Jeka mengusap pipi Unaya lembut, Duh sayang sekali dengan gadis di depannya ini. Jelas akan Jeka perjuangkan agar mereka bisa sama-sama seperti dulu.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Where stories live. Discover now