46. Sayang Sekali

2.7K 676 699
                                    

Lima belas menit kemudian polisi datang, sengaja tidak membunyikan sirine karena jika Mario mengetahui kedatangan polisi, pemuda itu pasti akan langsung mendorong Unaya. Polisi sudah siap dengan pistol ditangannya, mereka mengendap-endap naik ke-rooftop. Suara pekikan Jeka sudah tidak terdengar hanya ada suara tangisan Unaya dan tawa dari Mario. Jeka lemah sekali, sampai-sampai membuka mata-pun tidak bisa. Pelan namun pasti, polisi langsung mengepung Mario dan antek-anteknya sembari menodongkan pistol.

"Angkat tangan!". Ujar salah satu polisi hingga membuat antek-antek Mario langsung mengangkat tangan mereka. Mario membulatkan matanya, pemuda itu beringsut mendekati Unaya kemudian menarik gadis itu untuk berdiri. Di peluklah gadis itu dari belakang, lengannya menekan leher Unaya kuat-kuat.

"Kalau ada yang berani mendekat, saya akan dorong dia ke belakang". Ancam Mario. Semuanya dibuat kaget, sudah terkepung namun pemuda itu masih saja berani mengancam. Jeka yang terkulai lemah dilantai langsung dikerubungi oleh antek-anteknya. Kesadaran pemuda itu masih ada walau hanya sedikit, matanya terbuka melihat Unaya yang kembali dalam bahaya.

"Unaya...". Lirih Jeka dengan suara lemahnya.

"Serahkan diri anda sekarang juga". Kata polisi sekali lagi dan siap menekan pelatuknya. Antek-antek Mario sudah diringkus dan dibawa turun kebawah.

Bukannya takut, Mario justru terbahak. Mario semakin menekan leher Unaya hingga gadis itu sulit bernafas. Jeka hendak berdiri menolong Unaya namun pemuda itu tidak bisa, ia hanya bisa meneteskan air matanya berdoa di dalam hati agar gadisnya baik-baik saja.

"Unaya...". Lirih Jeka sekali lagi. Unaya menangis sesenggukan, ia takut sekali. Takut jika Mario benar-benar nekat dan mendorongnya hingga jatuh.

"Yo, loe jangan gila! Unaya gak salah apa-apa! Loe musuhannya sama kita. Mending loe lepasin dia!". Ujar Jimi dengan nafas memburu. Unaya sudah berada dipinggir rooftop yang tidak ada pembatasnya, sekali saja bergerak sudah dipastikan jatuh.

"Telepon ambulans Bam". Perintah Victor yang langsung dipatuhi oleh Bambang. Jeka benar-benar hampir sekarat, kondisinya sangat memprhatinkan.

"Unaya... Vi, Unaya". Gumam Jeka dengan sisa kesadaran yang ia punya. Pandangannya kabur, ia hanya bisa melihat Unaya samar-samar.

"Unaya pasti baik-baik aja Bos, sekarang mending loe pikirin diri...".

"Gue harus selametin dia Vi". Jeka hendak bangkit tapi ia tidak bisa. Tubuhnya terasa remuk, ia merutuki dirinya sendiri yang begitu lemah.

"Sekali kalian melangkah, saya akan pastikan gadis ini jatuh kebawah!". Ancam Mario lagi sembari menunjuk kearah bawah.

"Hiks... Jeka... aku takut... hiksss". Isak Unaya. Tangisnya terdengar pilu, Jeka semakin sakit mendengarnya.

"Vi, dia manggil gue. Gue harus bantu dia Vi...". Kata Jeka dengan nafas putus-putus. Matanya juga sudah mau terpejam.

"Kalau gitu loe harus bertahan Bos! Jangan tidur!". Bentak Victor dengan mata berkaca-kaca. Pemuda itu tidak tega melihat pemimpinnya terkulai lemas dengan wajah hampir hancur dan baju penuh darah. Ini adalah luka terparah yang pernah Jeka dapatkan, pemuda itu bahkan bisa saja mati jika tidak mampu bertahan lebih lama lagi.

Mario masih saja tak mau menyerahkan diri. Pemuda itu terus mengancam akan mendorong Unaya jika mereka semua tidak pergi dari tempat itu. Jimi yang sudah muak dengan drama garapan Mario pun mendekati salah satu polisi dan membisikkan sesuatu. Polisi mengangguk paham mendengar ide dari Jimi. Dengan cepat Jimi menarik tangan Unaya kearahnya saat Mario lengah, dan polisi langsung menembak kaki Mario hingga pemuda itu jatuh kelantai.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt