24. Khawatir

3.9K 935 1.2K
                                    

"Hih! Bang Jeka mana sih?! Katanya tadi mau jemput, kok belum nongol juga? Mana hape-nya mati lagi". Gerutu Yeri yang berdiri seorang diri didepan tempat Bimbel. Si Abang berjanji akan menjemputnya, namun entah lupa atau bagaimana hingga batang hidungnya belum terlihat. Yang jelas Yeri mendadak merinding karena tempat bimbel sudah sangat sepi.

Gadis itu mengganti jadwal bimbel-nya menjadi malam hari agar siang-nya bisa hangout bersama teman-temannya. Sonia yang biasanya menjemput-pun malam ini absen dulu karena harus menemani Pablo di pesta kolega bisnisnya. Yeri mencoba menghubungi Jeka sekali lagi namun tetap saja suara operator yang menyahut. Gadis itu mendengus dan memberanikan diri untuk berjalan ke halte terdekat.

"Sumpah Si Abang jahat banget kalo sampe ngelupain gue". Gumam Yeri sembari mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes. Sekarang sudah jam delapan malam dan jalanan yang ia lewati lumayan sepi. Gadis mana yang tidak takut berjalan menyusuri jalan sepi sendirian? Ini Jakarta Bro, kota dengan tingkat kriminalitas lumayan tinggi.

Yeri menghentikan langkahnya saat melihat segerombolan pemuda berjalan kearahnya. Gadis itu meremat buku-buku yang ia peluk erat-erat. Mau sembunyi tapi kaki-nya terasa kaku, para pemuda itu juga sudah terlanjur me-notice dirinya. Kalau menurut sinetron yang ia tonton, para pemuda itu pasti akan mengejarnya jika ia berlari. Oke lebih baik pura-pura tidak lihat saja. Yeri langsung berdiri kaku sembari menatap ke arah jalan raya yang hanya dilewati oleh beberapa pengendara saja. Mulut gadis itu komat-kamit membaca doa.

"Ada cewek cakep, montok. Samperin yuk!". Pekik salah satu pemuda dengan heboh. Yeri mengumpat di dalam hati, dasar cowok kalo lihat yang montok dikit aja langsung oleng.

"Wah iya, yuk buru samperin". Yeri meneguk ludahnya susah payah. Gerombolan pemuda itu benar-benar menghampiri Yeri yang tengah berdiri ketakutan.

"Cewek suit-suit. Mau kemana malem-malem gini?". Goda salah satu pemuda yang menurut Yeri wajahnya mirip kera sakti, jelek banget sumpah!

"Pulang!". Sahut Yeri ketus.

"Cantik-cantik jutek amat, hahaha". Entah apa yang lucu Yeri juga tidak tahu, tapi pemuda-pemuda itu terbahak begitu puas.

"Mending ikut Abang seneng-seneng aja yuk". Salah satu pemuda mulai kurang ajar dengan menyentuh tangan Yeri tiba-tiba. Yeri reflek menyentaknya dan menatap pemuda itu tidak suka. Meski Abang-nya sendiri memiliki komplotan bangsat seperti pemuda-pemuda didepannya ini, tapi gadis itu tahu jika komplotan Abang-nya tidak pernah kurang ajar pada seorang gadis.

"Gak usah pegang-pegang!". Bentak Yeri dengan berani, melupakan fakta jika jumlah pemuda didepannya saat ini tidak sebanding dengannya.

"Yaelah sok jual mahal banget sih loe jadi cewek!". Yeri terus ditarik paksa oleh pemuda-pemuda tersebut hingga gadis itu hampir menangis. Dan parahnya tidak terlihat satu batang hidung-pun orang yang hendak menolongnya.

Hingga secercah harapan datang...

Sret!

Grept!

Tiba-tiba ada seorang pemuda yang memakai helm-full face merangkul dirinya.

"Sayang, aku cari-cari dari tadi ternyata kamu disini". Kata pemuda itu tiba-tiba yang membuat Yeri bingung.

"Ha?". Sahut Yeri dengan tampang blo'on.

"Loe siapa?!". Tanya pemuda yang tadi berniat jahat pada Yeri.

"Lah loe siapa?! Gue cowoknya! Ngapain loe ngerubungin cewek gue!". Bentak pemuda itu yang membuat segerombolan pemuda tadi kicep.

"Cabut aja yuk, ada pawangnya". Bisik salah satu pemuda kemudian pergi begitu saja. Melihat segerombolan pemuda itu pergi, Yeri lega luar biasa. Pemuda yang merangkulnya tadi beringsut menjauh.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Where stories live. Discover now