17. Kanjeng Ratu Unaya

442 113 40
                                    

Unaya keluar dari mobil taksi dengan gaun panjang hitam ketat sembari mengipas-ngipas wajahnya dengan kipas berukuran besar. Gadis itu baru saja selesai melakukan pemotretan, agak ribet karena ia melakukannya sendiri. Tanpa asisten juga manager, sudah berniat mengangkat Jeka sebagai managernya tapi tidak jadi gara-gara kejadian cemburu buta kemarin. Asisten memang belum punya, belum ada yang bisa Unaya percaya sebagai asisten.

"Bapak, bisa cepetan gak keluarin kopernya? Saya kepanasan nih". Omel Unaya pada sopir taksi yang merasa kesulitan mengeluarkan koper berukuran jumbo dari bagasi. Maklum artis kan perlengkapan syutingnya banyak, alhasil Unaya membawa koper untuk menyimpan barang-barangnya.

"Iya Mbak, sebentar". Sahut si sopir taksi dengan sabar. Unaya mendengus, gadis itu menaikkan kacamata hitamnya yang sedikit melorot. Omong-omong Unaya saat ini sedang ada didepan kedai Boba milik Jeka. Tadi si bos besar berpesan, setelah pulang pemotretan Unaya lebih baik menyempatkan diri untuk mampir ke kedainya. Sekedar untuk belajar meracik Boba, sekaligus mengenal lingkungan tempat kerja sebelum benar-benar terjun ke sana. Unaya akan dipandu oleh salah satu pegawainya, meski Juwi lebih mumpuni tapi Jeka tidak mau ambil resiko jika seandainya terjadi perang dunia kesekian kalinya. Ini saja masih mending karena Unaya sudah tidak marah lagi padanya, maksudnya sedikit jinak. Jeka juga sudah tidak mau ambil pusing soal Guan. Udah gedhe lho, apa-apa gak usah dibesar-besarin. Bawa santuy aja...

"Ini Mbak". Unaya langsung mengambil alih kopernya sembari mengulurkan uang seratus ribu kearah sopir taksi itu.

"Makasih". Kata Unaya dengan pongahnya. Unaya memang sedikit agak sombong setelah menjadi selebgram. Bukan bermaksud besar kepala lantaran tenar, melainkan sebagai bentuk perlindungan diri. Unaya ingin menjadi sosok yang kuat dan angkuh, bukan yang lemah hingga diinjak-injak seperti saat SMA dulu. Sejatinya gadis itu masihlah Unaya dengan hati lembut dan baik hati, namun pada orang asing ia tidak akan berlaku demikian.

"Kembaliannya Mbak?". Panggil sopir taksi sebelum Unaya melangkah pergi. Unaya berbaik kemudian menaikan kacamatanya diatas kepala.

"Buat Bapak aja, saya alergi uang receh". Sahut gadis itu sebelum melanjutkan langkahnya.

"Alhamdulilah, rejeki emang gak kemana". Ucap si sopir taksi setelah beberapa detik sempat bengong. Unaya diam-diam mengulum senyum tipis, begitulah caranya ia berbagi.

Tuk!

Tuk!

Tuk!

Suara ketukan heels yang bersinggungan dengan jalan seakan menjadi sihir bagi orang-orang yang berpapasan dengan gadis itu. Semua mata tak bisa lepas dari sosok cantik selebgram yang tengah kondang itu. Unaya yang menyadari tengah menjadi pusat perhatian semakin besar kepala. Gadis itu mengibaskan rambut dengan sombong kemudian berjalan penuh gaya bak tengah melakukan catwalk. Jalan beraspal bak red carpet dimatanya, yoksi Unaya dengan sejuta pesonanya.

"Woahhhh...". Orang-orang mulai mengaga dan histeris, Unaya semakin dan semakin sombong. Saking menikmati dunia imajinasinya, Unaya tidak menyadari jika didepan-nya terdapat tanjakan hingga berakhir gadis itu terjatuh. Sungguh mengenaskan, eh bukan mengenaskan tapi lebih ke malunya itu loh!

"UNA FROZEEENNNN!!!!". Teriak para fans Unaya dengan begitu histeris kemudian langsung berlari menghampiri gadis itu. Bukannya membantu Unaya berdiri, para fans justru memaki-maki dan menendang aspal karena telah membuat Una Frozen terjatuh.

"Aspal gak tahu diri, bisa-bisanya bikin Una Frozen kita jatuh! Biar gue hajar sampai mampus!".

"Ya Tuhan, aspalnya ikut glowing gara-gara dijatuhin Una Frozen".

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Where stories live. Discover now