13. Sweet Seventeen

4.4K 930 1.6K
                                    

Sonia menatap kearah tempat bimbel dengan harap-harap cemas. Sejak tiga puluh menit yang lalu wanita itu masih setia menunggu sosok yang sangat ingin ia temui. Wanita itu buru-buru keluar dari mobil saat melihat anak-anak mulai keluar dari tempat bimbel, terlebih ia melihat Jeni yang tengah mengobrol dengan teman lelakinya; Sobirin.

Yeri yang melihat sang Mama telah menjemput hendak menghampirinya, namun tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh Jeka dan dibawa kearah motornya.

"Abang! Ngapain sih?! Gue mau nyamperin Mama itu udah jemput". Omel Yeri sembari menunjuk kearah Sonia yang tengah berlari kecil seperti tengah mengejar sesuatu. Jeka hanya melirik sekilas tidak peduli, pemuda itu memakaikan helm Little Poni milik Unaya secara paksa ke kepala Yeri.

"Hari ini gue booking loe!". Sahut Jeka kurang ajar. Yeri langsung menabok mulut Abang-nya yang kalau ngomong tidak di filter. Ia malu karena anak-anak bimbel yang tak sengaja lewat langsung menatap kearahnya dengan tatapan tidak percaya saat Jeka mengatakan kata; booking.

"Mau ngapain dulu?! Itu kasihan Mama kebingungan nyari gue". Kata Yeri.

"Bantuin gue nyari kado buat cewek manja, bawel, tapi gemesin". Kata Jeka sambil mengingat-ingat sosok Unaya. Kemudian pemuda itu terkekeh geli sendiri. Yeri kira Jeka sudah tidak waras, gadis itu menempelkan telapak tangannya ke pantat kemudian ke dahi Jeka.

"Gak panas padahal". Cicit Yeri.

"Buruan elah kebanyakan bacot loe kayak emak-emak!". Jeka sudah naik keatas motornya sementara itu Yeri masih menatap Jeka ragu. Masa Mama mau ditinggal?

"Buruan Yeri!". Kata Jeka sekali lagi saat Yeri malah bengong.

"Ya udah gue kabarin Mama dulu kalo mau pergi sama loe". Jeka berdeham sebagai jawabannya. Yeri buru-buru mengetikkan pesan untuk Sonia sebelum naik keatas motor Abang-nya.

Sonia yang merasakan ponselnya bergetar, menghentikan langkahnya sejenak dan membuka pesan dari Yeri. Wanita itu sesekali melihat ke arah dimana Jeni dan Sobirin yang masih berdiri di bawah pohon Mangga. Setelah membaca pesan Yeri yang katanya hendak pergi dengan Jeka, Sonia bergegas menghampiri dua anak itu.

"Jeni?". Panggil Sonia pelan. Jeni reflek terdiam sementara itu Sobirin mengulas senyum kikuk kearah Sonia.

"Jen, gue tunggu di motor ya". Paham jika keduanya membutuhkan waktu untuk bicara, Sobirin berinisiatif untuk meninggalkan ibu dan anak itu. Jeni menatap kepergian Sobirin dengan perasaan tidak rela, dan setelahnya gadis itu bingung hendak bersikap bagaimana pada Mama-nya.

"Bisa kita bicara bentar, tapi gak disini?". Tanya Sonia lembut. Ingin sekali wanita itu merengkuh Jeni, tapi kenapa rasanya canggung sekali?

"Mau bicara apa?". Sahut Jeni dengan suara serak-nya. Gadis itu mencengkeram tali tas-nya kuat-kuat. Melihat Mama-nya dari dekat seperti ini rasanya sudah lama sekali.

Sonia menarik tangan Jeni lembut menuju mobilnya. Jeni diam saja dan tidak menolak, sungguh gadis itu ingin menanyakan banyak hal pada Mama-nya tapi teringat perkataan Unaya jika semua sudah berbeda. Mereka sudah punya kehidupan masing-masing.

"Apa kabar?". Tanya Sonia memecah keheningan.

"Baik, kita udah punya Mama baru". Sahut Jeni tanpa basa-basi. Sonia tersenyum miris kemudian ia mengusap air matanya.

"Oh ya? Mama baru kalian kayak gimana?". Tanya Sonia lagi. Kini nada suara wanita itu terdengar sendu. Jeni menunduk untuk menyembunyikan air matanya.

"Baik, cantik, sayang sama kita. Pokoknya dia Mama yang terbaik". Kata Jeni berbohong karena pada dasarnya tidak ada Mama terbaik selain Sonia.

"Syukur kalo gitu Mama ikut seneng. Hari ini Kak Unaya ulang tahun yang ketujuh belas kan?". Jeni menatap kearah Sonia dan mengangguk kecil. Sonia mengambil sebuah kotak yang ia simpan di dash-board mobil dan mengulurkannya pada Jeni.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Where stories live. Discover now