38. Bersyukur Memilikimu

2.9K 687 826
                                    

"Na, masuk yuk. Bobo di dalam aja". Bisik Jeka ditelinga Unaya, gadis itu tidak bergeming. Jeka mencoba mengguncangkan bahu Unaya pelan namun tetap saja gadis itu hanya diam membisu, masih betah menutup matanya. Jeka lantas meraih wajah Unaya dan ia arahakan wajah gadis itu ke wajahnya. Mata Jeka membulat, Unaya pingsan! Bibir gadis itu membiru dan tubuh-nya amat dingin.

"Na, Unaya! Bangun! Hei, jangan bikin gue khawatir". Kata Jeka dengan suara tercekat sembari menepuk-nepuk pipi gadis itu. Jeka memeluk Unaya erat-erat, memberikan kehangatan di tubuh gadis itu sembari memutar matanya hendak mencari bantuan. Jeka panik setengah mati, ya bagaimana mungkin tidak panik jika Unaya pingsan-nya diatas pohon?

"Una ketinggalan mana kita gak nyadar lagi. Dia pasti ngambek nih". Jeka mendengar sayup-sayup suara dua orang muda-mudi yang tengah bercanda. Pemuda itu merasa lega lantaran melihat sosok Victor dan Ririn dari ujung jalan.

"Vi! Bantuin gue Vi!". Teriak Jeka hingga membuat kedua orang itu reflek menghentikan langkahnya. Semoga Jeka tidak salah meminta tolong pada duo alien itu.

"Lah ada suara-nya tapi gak ada wujudnya udah kayak kentut". Cicit Ririn yang sebenarnya ketakutan.

"Ada suara-nya tapi gak ada wujudnya itu setan bego! Eh tapi suaranya kayak familiar gitu". Sumpah Jeka rasanya ingin sekali memukul kepala Ririn dan Victor bergantian agar otak mereka terpasang dengan sempurna, kalau sedang tidak dalam keadaan mendesak seperti ini pemuda itu juga ogah minta tolong pada mereka.

"Woy! Vi! Nengok keatas! Bantuin gue!". Dan secara reflek Ririn dan Victor mendongakkan kepala mereka.

"Astaghfirullah Bos! Loe ngapain pacaran sama Kuntilanak?!". Pekik Victor yang membuat Ririn memukul kepala pemuda itu dengan tangannya.

"Bercanda mulu sih Vi! Itu loe gak liat Una lemes diatas pohon! Dia pingsan bego!". Omel Ririn yang langsung terlihat panik. Gadis itu jelas khawatir lantaran mengetahui riwayat penyakit Unaya.

"Buruan naik! Bantuin gue bawa Unaya turun!". Victor dengan sigap naik keatas pohon dan membantu Jeka menurunkan Unaya yang sedang dalam keadaan pingsan. Entah bagaimana caranya gadis itu berhasil diturunkan dan langsung dibopong oleh Jeka masuk kedalam Villa.

"Vi tolong loe telepon dokter atau minta bantuan sama Kang Bondan. Rin, loe bawain air panas sekalian lap. Buru!". Perintah Jeka yang langsung dipatuhi oleh keduanya. Sementara itu Jeka langsung membawa Unaya ke kamar utama dan membungkus tubuh gadis itu dengan selimut berlapis-lapis. Dugaan Jeka, Unaya terkena Hipotermia. Cuaca memang sangat dingin, tubuh gadis itu pasti belum beradaptasi dengan cuaca sedingin ini.

"Bandel banget sih dikasih tahu, harusnya loe itu gak usah ikut gue kesini. Bikin khawatir aja". Omel Jeka sembari menggenggam erat tangan Unaya dan dicium sesekali.

Ririn datang dengan tergopoh-gopoh sembari membawa sebaskom air dan lap diikuti antek-antek Jeka dari belakang. Mereka ikut khawatir saat mendengar Bu Bos pingsan.

"Bu Bos gak apa-apa kan Bos?". Tanya Jimi mewakili yang lain. Jeka hanya menghembuskan nafas berat kemudian kembali menatap wajah Unaya, tidak berniat menjawab pertanyaan Jimi.

"Kalian mending susulin Victor, kalau dokternya udah datang kasih tahu kita". Sahut Ririn yang paham jika Jeka saat ini sedang dalam keadaan kalut. Tanpa membantah, antek-antek Jeka memilih untuk keluar dari kamar dan menyusul Victor seperti apa kata Ririn.

"Jek mending loe duduk di sana aja, gue mau ngelap badan Una pakai air panas". Perintah Ririn sembari menggedikan dagunya kearah sofa yang ada di ujung kamar.

"Tapi Rin, gue gak bisa jauh...".

"Bisa stop dulu gak bucin-nya?!". Desis Ririn yang nampak serius kali ini. Jeka menghela nafas kemudian memilih menjauh, pemuda itu duduk di sofa sembari memperhatikan Ririn yang tengah mengelap leher, dahi, dan bagian tubuh lainnya agar suhu tubuh Unaya kembali normal.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang