17. Music Box

4.6K 941 1.6K
                                    

Hari ini hari Sabtu dan sekolah libur. Unaya masih tertidur dengan damainya sebelum suara Irene menyeruak heboh membuat gadis itu terjaga. Unaya mengintip sedikit dari balik selimut yang menggulung tubuhnya, terlihat Irene yang masih mengenakan celemek itu berjalan tergesa ke arah ranjangnya.

"Una... Una bangun! Pagi-pagi gini kamu udah diapelin cowok ganteng tuh". Kata Irene sembari menggoyangkan tubuh Unaya. Unaya mengangkat satu alisnya keatas, padahal pagi ini gadis itu tidak ada janji dengan siapapun. Baru malam nanti Unaya ada janji dengan Jeka untuk menghadiri pesta ulang tahun mama tiri pemuda itu.

"Yaelah Ma gak usah halu deh. Pagi-pagi begini cowok mana coba yang kurang kerjaan datengin rumah orang kecuali kalo itu loper koran". Cerocos Unaya panjang lebar kemudian menutup kembali wajahnya dengan selimut. Irene berdecak sebal dibuatnya.

"Definisi pagi hari menurut kamu jam berapa sih Na? Ini udah jam sembilan lewat, hampir jam setengah sepuluh. Jeka udah nunggu tuh dibawah, mana ganteng banget lagi". Kata Irene sambil mesam-mesem. Wanita itu langsung keluar dari kamar Unaya. Unaya loading lama, Jeka ngapelin pagi-pagi? Beneran Jeka? J-E-K-A?!

"Omooo...". Unaya reflek terduduk di ranjang. Gadis itu menangkup pipinya dengan kedua tangan.

"Aduh mana masih beler lagi. Kalo dia liat wajah bangun tidur gue, yang ada bakalan dihujat". Dan setelahnya Unaya langsung ngacir ke kamar mandi untuk bersih-bersih.

Sementara itu Jeka ada di halaman rumah Unaya, pemuda itu membantu Irene menyiram tanaman. Pencitraan saja sebenarnya, agar diijinkan mengajak Unaya pergi pagi ini. Irene tentu saja senang karena meskipun badung tapi Jeka baik dan gentle sekali. Bahkan pemuda itu tidak membiarkan Irene mengangkat pot-pot kecil seorang diri.

"Tante nyiram bunga-nya aja Tan, biar Jeka yang mindah pot-potnya". Kata Jeka sembari mengambil alih dua pot yang ada ditangan Irene. Irene mengulas senyum, Jeka adalah definisi flower boy yang sesungguhnya.

"Ya ampun kamu ini baik banget sih Jek. Anak perawan Mama mana mau bantuin ngangkat pot-pot kayak gini. Jadi mantu Mama mau ya?". Canda Irene. Jeka tersenyum malu dibuatnya, kalau ditawarin sih ya mau-mau aja. Cuma Jeka kan masih kecil, legal aja belum hehe.

"Sama yang mana nih Tan? Anak Tante cakep semua soalnya". Canda Jeka balik. Jeka memang orangnya asyik dan mudah masuk dalam sebuah obrolan. Apalagi pemuda itu memang sudah mengenal Irene sedari lama.

"Tinggal pilih tuh. Yang dewasa ada yang tengah-tengah ada, yang kecil juga ada".

"Yang tengah aja Tan, kan sama yang dewasa udah pernah". Irene terkekeh kemudian menabok lengan Jeka.

"Omong-omong kapan putus sama Helen, kok Tante gak pernah tahu?". Tanya Irene yang sebenarnya ingin menanyakan hal tersebut sedari lama, hanya saja belum menemukan waktu yang tepat. Jeka mengulas senyum tipis sebelum menjawab pertanyaan Irene.

"Udah lama Tan. Maaf gak bisa jagain Helen lagi". Kata Jeka lembut pada Irene. Irene mengangguk paham kemudian menepuk pundak Jeka beberapa kali.

"Gak apa-apa. Anggap aja belum jodoh ya Jek". Hibur Irene. Tak lama kemudian Unaya yang sudah tampil cantik dan ready to go itu berlari secepat kilat menghampiri Jeka dan Irene.

 Tak lama kemudian Unaya yang sudah tampil cantik dan ready to go itu berlari secepat kilat menghampiri Jeka dan Irene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang