36. Unaya Ngamuk

457 123 117
                                    

"Capek banget jadi gue, mau bahagia aja susah banget. Huhuhu". Unaya terus mengoceh tidak jelas sambil mengeratkan rangkulannya di leher Jeka. Sementara itu Jeka sedang memutar otak, bagaimana cara membawa Unaya pulang dalam keadaan mabuk dengan motor? Masa iya Jeka harus beli gendongan bayi biar Unaya tidak jatuh? Pemuda itu mengabaikan Unaya yang ngoceh-ngoceh tentang Guan. Curhat secara enggak langsung, kapan lagi Unaya mau keluarin unek-unek kalau bukan dalam keadaan begini.

"Bahaya banget nih cewek kalau dibawa pulang naik motor. Yang ada dia teriak-teriak di lampu merah dan gue yang dikira ngapa-ngapain dia". Gumam Jeka. kemudian satu nama mendadak muncul dalam benaknya, iya satu nama yang diingat saat butuh saja wkwk.

"Aha! Telepon Om Papa aja suruh jemput". Jeka hendak menurunkan Unaya dari gendongannya namun gadis itu menolak.

"Ya ampun bentaran aja, gue mau minta jemput Om Papa dulu".

"No! Gue tuh masih mau ada di dalam gendongan Jeka ganteng, Lo wangi banget sih. Gak kayak si Guan tuh bau banget, hueeekkkk gak suka!". Kata Unaya seperti anak kecil kemudian mendusel-dusel di dada Jeka.

"Hhhh... Gak pas sadar, gak pas mabuk Lo tuh bergantung banget ya sama gue. Lagaknya ninggalin padahal aslinya gak bisa hidup tanpa gue". Omel Jeka meski tahu Unaya tidak akan ingat dengan apa yang ia katakan. Sementara itu Unaya malah menatap Jeka yang ngomel-ngomel sambil mengangguk sok paham.

"Apa? Bener kan?". Tanya Jeka pada Unaya.

"Iya. Lo ganteng". Sahut Unaya tidak nyambung. Karena sadar kalau menanggapi ocehan Unaya tidak ada gunanya, maka Jeka lebih memilih membawa gadis itu menepi di parkiran untuk menghubungi Jun.

"Gue gak mau nikah sama Guan! Gue juga gak mau diatur sama dia! Gue gak mau pura-pura bahagia lagi. Huhuhu...".

Jeka bergegas mencari nomor Jun dan menghubunginya. Jun yang biasanya fast respon udah kayak admin online shop pun langsung mengangkat panggilannya.

"Halo what's up Bro?".

"Om, jemput di club Bang RM sekarang". Kata Jeka langsung tanpa menjawab salam gaul dari Jun.

"Wait! Lo nge club lagi? Kalau Sonia tahu, abis Lo!". Sahut Jun agak nge-gas. Jeka memang akhir-akhir ini kumat nakalnya, lebih tepatnya setelah ditinggal Unaya untuk yang kesekian kalinya. Pernah suatu hari Jeka dijemput Jun dan pulang dalam keadaan mabuk, pada saat itu tentu saja Sonia marah. Tidak suka Jeka mengalihkan patah hatinya dengan mabuk-mabukan. Sonia menangis dan down karena kelakuan anak-anaknya. Masalah dengan Unaya belum selesai, dan Jeka malah bikin ulah. Karena tidak mau mama Sonia menangis, maka Jeka berjanji tidak akan mabuk-mabukan lagi.

"Udah deh Om, Lo interogasinya ntar aja. Ini penting!". Bisik Jeka karena takut ada lambe-lambe turah disekitar mereka. Ya meski mungkin udah ada lambe-lambe turah yang ngerekam mereka sih. Tapi waspada boleh aja kan?

"Om, jemput aku dwong!". Seru Unaya centil sambil cekikikan.

"Jek? Jangan bilang Lo lagi sama Unaya, terus Unaya mabuk? Lo apain dia kambing?!". Desis Jun mulai icemosi. Ini Jeka jadi manager gak becus banget, harusnya larang lah Unaya-nya nge-club lha kok malah didukung.

"Gue gak apa-apain dia Babi! Buruan Lo kesini babi ngak-ngek-ngok!". Desis Jeka balik.

"Babi? Ngahahaha grook... Grook... Grook...". Unaya nyamber begitu saja sambil menirukan suara babi berkali-kali. Unaya kalau lagi mabuk kekaleman-nya hilang.

"Laknat Lo jadi anak! Tunggu gue, jagain Unaya". Perintah Jun kemudian mematikan sambungan telepon.

"Dari tadi kek! Gak usah ngebacot aja napa". Gerutu Jeka.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Onde histórias criam vida. Descubra agora