2. Masuk Kandang Serigala

5.9K 1K 1K
                                    

"Ririn Sekarwangi anak 11 IPA 1 temen satu-satunya yang dimiliki Unaya Salsabila". Ririn reflek mundur satu langkah saat si cowok anime tiba-tiba menghadang langkahnya di depan pintu perpustakaan. Pemuda yang memakai Headband dikepalanya itu sempat membuat Ririn salah fokus.

"Ke-kenapa ya?". Tanya Ririn tergagap-gagap sambil memeluk buku Biologi yang baru saja ia pinjam.

"Bisa ngobrol sebentar?". Tanya Victor sambil tersenyum miring. Sumpah! Sumpah si cowok anime emang gantengnya gak ada akhlak! Batin Ririn meronta. Gadis yang hari ini menguncir dua rambutnya, sengaja kembaran dengan Unaya itu meneguk ludahnya susah payah. Gadis itu menggelengkan kepalanya cepat-cepat dan hendak berbalik, namun sungguh sayang lelaki bermodel rambut seperti Sasuke; alias Jimi langsung menghadang langkahnya.

"Mau kemana? Kita gak akan ngapa-ngapain loe kok. Bisa ngobrol sebentar?". Perkataan Jimi bak menghipnotis Ririn. Gadis itu reflek mengangguk dan pasrah begitu saja saat dua antek-antek Jeka itu mengajaknya duduk disebuah bangku perpustakaan paling pojok. Ririn seakan terintimidasi, gadis itu menunduk dalam sedangkan dua pemuda di depannya ini menatapnya serius.

"Udah berapa lama temenan sama Unaya?". Tanya Victor tiba-tiba yang membuat Ririn berjengit kaget. Pertanyaannya sih se-simple itu tapi Ririn merasa tengah diinterogasi oleh agen FBI.

"Sejak kelas satu". Jawab Ririn dengan suara lirih.

"Oh...". Gumam Jimi kemudian meletakkan ponselnya diatas meja. Tidak tahu apa yang pemuda itu lakukan tapi Ririn bisa melihat jika Jimi tengah merekam obrolan mereka.

"Berarti tahu banget dong gimana Unaya? Secara udah temenan dari kelas satu". Ririn hanya bisa mengangguk, suaranya berat sekali mau keluar. Efek ngeri kali ya?

"Dia cupu banget ya?". Tanya Jimi memancing Ririn. Dan benar saja, gadis haus gosip disekolahan itu langsung mengangkat wajahnya dan seperti gatal hendak mengatakan sesuatu.

"Aduh super cupu deh tuh anak. Tahu gak sih?! Masa iya dia mau-mau nya jadi tempat nyontek anak-anak dikelas. Belum lagi dia cuma dicari kalau dibutuhin doang. Kalau lagi gak butuh boro-boro pada deketin Una, orang disapa aja gak nyaut. Suka di-bully tapi pasrah gitu aja, ada gitu ya orang yang gak ada kekuatan kayak Una?! Sebel gue!". Cerocos Ririn panjang lebar hingga membuat Victor dan Jimi saling pandang. Secara tidak langsung Ririn sudah membocorkan rahasia Unaya atau lebih tepatnya; membongkar titik lemah Unaya.

"Oke! Thanks Ririn". Kata Jimi sembari memasukkan ponselnya ke dalam saku dan langsung pergi bersama Victor. Sementara itu Ririn langsung terdiam dan mulai sadar dengan apa yang telah ia lakukan barusan.

"Lah? Bego gue! Kok bisa-bisanya sih keceplosan?!....". Rengek Ririn sambil memukul-mukul mulutnya sendiri.

"Hish!! Nakal-nakal!". Kata Ririn berkali-kali mengatai mulutnya yang sudah bicara tanpa rem nakal.

Setelah mengorek informasi dari teman Unaya yang ternyata o'on maksimal, Victor dan Jimi langsung menghadap Bos mereka yang sedang asyik memainkan games di ponselnya. Masih agak gak nyangka jika Ririn akan semudah itu membocorkan titik lemah Unaya. Gak heran gadis cupu dan gadis o'on berteman baik, cocok begitu.

"Kita udah dapetin apa yang loe mau Bos". Kata Jimi yang langsung menyerahkan ponselnya pada Jeka. Jeka melirik ponsel Jimi kemudian mendengarkan rekaman suara yang diputar oleh pemuda itu. Seringai senyum terpatri diwajah tampan Jeka, tak butuh banyak waktu untuk memahami isi dari rekaman tersebut.

--Bangsat Boys--

Dari arah selatan, jarak sekitar sepuluh meter. Gadis berpipi chubby dan berkuncir dua itu tertawa ngakak dengan semangkok bakso didepannya.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt