3. Kandang Maung

579 130 46
                                    

Unaya mengekori Jeka sampai di mobil pemuda itu. As always mobil Jeep hijau army yang sukses membuatnya terjebak nostalgia. Ririn, Victor, dan Jun juga ikut mengekori sementara yang lain ikut mobil Sonia. Tanpa aba-aba Jeka berhenti begitu saja hingga Unaya tak sengaja menabrak punggung kokoh pemuda itu.

"Aw!". Ringis Unaya sembari mengelus dahinya yang perih. Gadis itu mendongak dan menatap Jeka tak percaya.

"Itu punggung apa tembok Jek? Keras amat". Oceh Unaya yang diabaikan oleh Jeka. Jeka berkacak pinggang sembari menghitung manusia-manusia yang ikut mobilnya.

"Om Papa sama keluarga alien gak apa-apa ya duduk empet-empetan. Soalnya yang ini takut lecet kalau ditaruh belakang". Ujar Jeka sembari melirik Unaya. Jun, Ririn, dan Victor terkekeh mendengar perkataan Jeka. Sementara itu Unaya bibirnya masih komat-kamit tak jelas karena dahinya sakit. Gadis itu sama sekali tidak menyadari kode dari Jeka.

"Yaelah kalau gak mau doi lecet, dilaminating aja Bos". Celetuk Victor sembari berdecak malas. Bos bucin is back! Biar judulnya cuma mantan, tapi tetep aja dibucinin. Victor masuk begitu saja ke dalam mobil Jeka diikuti Ririn.

"Loh dia? Ikut mobil lo?". Tanya Unaya jutek saat melihat Jun yang hendak masuk ke dalam mobil Jeka. Melihat Unaya yang terlihat keberatan saat ia hendak ikut mobil Jeka, Jun mengurungkan niatnya dan berkhir berdiri canggung didepan gadis itu.

"Iya, kenapa emang?". Tanya Jeka tanpa menatap kearah Unaya karena tengah memasukan koper gadis itu kedalam bagasi mobil.

"Gue gak mau semobil sama dia". Sahut Unaya cepat. Jeka langsung mengalihkan tatapannya kearah gadis itu sepenuhnya. Jeka menatap Unaya tidak suka sembari bersedekap dada.

"Ya udah kalau lo gak mau. Lebay banget sih, Om Papa bukan kuman yang harus dihindari. Balik naik taksi aja gih, perlu gue cariin?". Ujar Jeka sedikit kasar. Unaya menghentakkan kakinya sebal, kok Jeka gak nyegah sih? Tidak seperti saat mereka pacaran dulu, pemuda itu selalu luluh saat ia merengek.

Maaf bukannya Jeka tega pada Unaya. Hanya saja sekarang Jeka sudah mampu bersikap lebih tegas, pemuda itu sudah tidak mudah luluh lagi. Menurut Jeka sikap Unaya saat ini terlalu berlebihan, pemuda itu tahu kalau Unaya tidak menyukai Jun. Tapi apakah harus seterang-terangan itu menunjukan rasa tidak sukanya? Sampai-sampai Jun terlihat sedih begitu. Ya meski dulu ia pernah bersikap lebih kurang ajar sih ke Sonia, tapi kan sekarang udah tobat.

"Jeka, lo tuh nyebelin banget sih! Oke, gue bisa balik sendiri!". Unaya hendak pergi namun Jun buru-buru mencekal lengan gadis itu. Unaya yang memang tidak suka dengan Jun, langsung saja menyentak tangan lelaki itu kasar.

"Biar saya saja yang naik taksi, kamu...".

"Gak Om Papa. Biarin kalau dia emang mau balik sendiri. Om Papa masuk ke dalam mobil aja". Potong Jeka cepat. Pemuda itu beradu tatapan tajam dengan Unaya. Jeka mengira Unaya tetaplah gadis lembut seperti beberapa tahun lalu. Ternyata bukan hanya visualnya saja yang berubah, namun sifatnya pun berubah menjadi angkuh.

"Tapi Jek...". Jun terlihat masih tidak enak pada Unaya. Lelaki itu tidak ingin Unaya merasa tidak nyaman dengan keberadaannya, ia menatap beberapa kali kearah Unaya yang masih menekuk wajahnya.

"Masuk Om Papa. Biar dia gue yang urus". Kata Jeka sembari menggedikan dagunya kearah Unaya, terlihat menyebalkan sekali. Jun akhirnya menurut dan dengan perasaan tidak tenang masuk kedalam mobil Jeka.

"Jadi naik taksi gak? Gue tahu lo gak suka sama Om Papa, tapi bisa gak dijaga sikapnya? Setidaknya hormatin dia sebagai orang yang lebih tua". Nasehat Jeka tegas membuat Unaya berdecak malas. Unaya menatap Jeka tajam sekali lagi sebelum hendak masuk ke dalam mobil, namun Jeka buru-buru mencekal lengan gadis itu.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang