47. Manja

3.3K 668 517
                                    

"Sayang, aku haus mau minum...".

"Sayang, tolong lap keringat aku dong...".

"Sayang, laperrrrrr...".

"Huh!". Unaya mendengus. Jeka jadi super manja padanya. Pemuda itu tak henti menyuruhnya ini-itu.  Rasanya Unaya ingin menyanyi; aku bukan boneka-mu bisa kau suruh-suruh dengan seenak mau-mu. Una bukan boneka... boneka, Huft! Bukannya mau protes, hanya saja Unaya merasa Jeka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Bahkan pemuda itu hanya mau ditemani Unaya saja, semua antek-anteknya diusir dari ruang rawat. Menyebalkan!

"Aaaa...". Unaya mencokolkan jelly ke dalam mulut Jeka dengan penuh emosi. Kalau Unaya memperlakukannya dengan kasar, maka Jeka akan berakting seolah-olah tersiksa seperti ini;

"Uhuk... aduh jelly-nya nyangkut, gak bisa ketelen. Kamu kasar banget sih". Rengek Jeka sok menderita sehingga Unaya akhirnya jadi merasa bersalah.

"Aduh... maaf, sakit ya?". Tanya Unaya lembut. Jeka mengangguk sembari mengerucutkan bibirnya. Saat Unaya mengusap-usap rambutnya, Jeka cengengesan dan tidak kesakitan lagi.

"Sakitnya pasti sembuh kalo di-cup disini". Sahut Jeka sambil mengetuk-ngetukan jarinya dipipi. Secara reflek Unaya menampol pipi Jeka hingga pemuda itu memekik kesakitan, ini kesakitan beneran kok. Kan muka Jeka bonyok.

"Wadidaw!!! Sakit Unaya!". Jeka meringis menahan sakit.

"Ihh... tuh kan reflek nampol. Tangan aku nih udah otomatis bakal nampol kalau ada cowok yang mau modusin!". Jawab Unaya dengan polosnya yang membuat Jeka menahan senyum. Jeka menarik tangan Unaya sehingga gadis itu terduduk dipinggir ranjang.

"Bagus, pertahankan. Jadi cewek harus bisa jaga diri, aku saranin kamu masuk ekskul Taekwondo". Jeka mengacak-acak poni Unaya.

"Taekwondo? Yaelah aku gak ada passion disitu. Lagian aku kan udah punya kamu yang bakal selalu lindungin aku". Kata Unaya dengan manja diakhir kalimatnya, gadis itu memainkan jemari Jeka hingga siempunya merasa gemas.

"Unaya?".

"Heum?".

"Jangan manis-manis nanti ketuker sama susu kental manis". Goda Jeka. Wajah Unaya bersemu kemudian seperti biasa, gadis itu memukul dada Jeka dengan manja.

"Apaan sih, gombalan kamu tuh pasaran tahu gak! Aku sering denger Abang-abang cendol depan sekolahan pakai gombalan kayak gitu". Protes Unaya.

"Yahhhh... ketahuan deh kalau plagiatin Abang cendol". Canda Jeka dengan wajah sok sedih.

"Tapi gak apa-apa, aku suka kok". Kata Unaya dengan suara amat lirih karena malu. Jeka menahan senyum, pemuda itu ikutan malu. Dia yang gombalin, dia yang malu sendiri.

"Kamu ngomong apa? Aku gak dengar". Tanya Jeka. Wajah Unaya semakin memerah, gadis itu bahkan tidak berani menatap Jeka.

"Aku suka kok".

"Suka apa?". Goda Jeka, mata pemuda itu mengejar mata Unaya namun siempunya justru terus menghindar.

"Suka digombalin kamu". Cicit Unaya sambil menangkup pipinya yang terasa panas.

"Coba deh madep sini ada sesuatu tuh dihidung kamu". Kata Jeka yang membuat Unaya reflek menyentuh hidungnya dengan kebingungan.

"Hah? Emang ada apaan?". Jeka tersenyum kemudian mencolek hidung Unaya, telapak tangannya dibuka dan sebungkus permen coklat ada di sana.

"Nih ada coklatnya, wah gak nyangka ya upil-nya Unaya berwujud permen coklat". Canda Jeka. Unaya terbahak kemudian menabok lengan Jeka dengan jengkel. Jeka selalu mempunyai cara untuk membuatnya tersenyum meski dengan cara konyol sekalipun.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang