60. The Real Loser

2.6K 553 715
                                    

Mereka berhasil mendapatkan bukti rekaman CCTV dari Pak Satpam. Namun mungkin Jeka belum beruntung saat ini lantaran kepala sekolah dan guru-guru sedang mengadakan rapat, dan karena itu pula lah murid-murid dipulangkan lebih awal. Besok mereka baru akan menunjukkan bukti itu, biarlah Helena menghirup angin segar untuk saat ini. Ingat ya hanya untuk saat ini saja!

Jeka mengantar Unaya pulang kerumahnya sekaligus berniat membicarakan soal Helena pada Irene. Bagaimanapun juga Irene berhak tahu perangai anaknya jika di sekolah. Apalagi Helena sudah berani menyakiti adik tirinya sendiri. Dan disini lah mereka bertiga, di sofa ruang tamu rumah Unaya. Jeni belum pulang sekolah, Suryo tentu saja di kantor, dan Helena entahlah mungkin gadis itu sedang merayakan kemenangan sementaranya.

"Astaga, Helen menyebar rumor seperti itu?". Pekik Irene tidak percaya sembari membekap mulutnya sendiri. Jeka menunjukan bukti-bukti kejahatan Helen pada Irene, mulai dari pesan broadcast, hujatan di papan tulis, dan yang membuat Irene lemas seketika adalah saat Unaya di timpuk susu kotak.

"Iya Tan, Jeka juga gak tahu kalau Helen bisa senekat itu. Ada yang aneh sama Helen Tan, apa Tante gak ngerasa seperti itu?". Tanya Jeka. Bagaimanapun juga Jeka mengenal sosok Helena, ia pernah menjalin hubungan dalam waktu yang lumayan lama bersama gadis itu. Helena yang sekarang bukanlah Helena yang ia kenal dulu.

"Itu dia Jek. Tante akhir-akhir ini sering banget ngelihat Helen marah-marah terus tiba-tiba nangis sendiri. Dia bahkan minum pil apaan Tante juga gak tahu". Sahut Irene dengan histeris, Jeka dan Unaya saling pandang. Melihat Irene sedih membuat Unaya merasa kasihan, gadis itu menggenggam tangan Irene lembut.

"Mama tenang dulu Ma, kita cari jalan keluar buat Kak Helen". Kata Unaya menenangkan.

"Maaf Tan kalau Jeka lancang. Apa gak sebaiknya Tante bawa Helen ke psikiater aja, Jeka takut dia makin nekat Tan. Sekarang Unaya yang jadi korbannya, besok siapa lagi?". Kata Jeka memberi usulan, Unaya menatap pemuda itu tak suka.

"Jeka kamu pikir Kak Helen gila?!". Sahut Unaya merasa tersinggung. Meski Helena jahat padanya tapi bagaimanapun juga gadis itu adalah anak dari Mama yang sangat ia sayangi.

"Aku gak bilang gitu Na. Ke psikiater bukan berarti gila kan? Mental Helen yang dipertanyakan. Jangan-jangan dia depresi atau semacamnya kita gak ada yang tahu". Kata Jeka mencoba untuk menjelaskan dengan hati-hati.

"Sebelumnya Tante udah mau bawa Helen ke psikiater, tapi dia malah marah sama Tante karena dianggap gila. Tindakan Helen emang udah keterlaluan, apalagi sampai nyakitin adiknya sendiri". Irene mengusap rambut Unaya lembut. Wanita itu meneteskan air matanya merasa sedih dengan apa yang terjadi pada anak-anaknya.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Objek obrolan mereka tiba-tiba muncul dengan gaya angkuh. Helena menatap Jeka dan Unaya dengan senyum culas. Gadis itu berjalan mendekati Irene dan mencium pipi Mama-nya.

"Wow ada tamu rupanya". Ujar Helena yang hanya dibalas hembusan nafas oleh tiga orang di depannya. Jeka sih sudah tak sudi berurusan dengan rubah busuk satu itu, sementara Irene memendam rasa kecewa yang teramat sangat hingga tak tahu harus menghadapi Helena dengan cara apalagi.

"Habis darimana?". Tanya Irene dingin.

"Hang out lah Ma, darimana lagi coba". Sahut Helena sembari memainkan kuku jarinya.

"Tumben, biasanya juga ngurung diri di kamar". Sindir Irene yang membuat Helena menatap Mama-nya tidak suka.

"Mama apaan sih? Hari ini mood Helen lagi bagus aja, jadi pergi buat seneng-seneng. Masalah Ma?". Desis Helena. Irene geleng-geleng kepala sembari menatap gadis itu dengan sorot tak percaya.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Where stories live. Discover now