10. Kecanggungan

652 120 106
                                    

"Ahnn.. Jeka".

Mata Jun melotot tat kala mendengar suara desahan dari dalam kamar Jeka. Niatnya hendak memberi lilin takut-takut kalau Jeka dan Unaya tak punya lilin sekalian mau pamit pulang, lha kok malah mendengar suara-suara laknat.

Jun meneguk ludahnya susah payah, lah gercep amat si Jeka udah bisa bikin Unaya sampai ngedesah gitu. Ia yang sudah matang saja gak berani grepe-grepe Sonia huhu. Begitulah batin Jun. Namun otaknya masih bisa berfikir rasional, Jeka tidak mungkin sebrengsek itu memperkosa anak gadis orang terlebih yang didalam sana adalah gadis yang pemuda itu cintai.

Awalnya Jun hendak membuka pintu kamar Jeka, tapi lelaki itu berfikir lagi. Kalau langsung dibuka dan ke-gap sedang cuddle, pasti keduanya malu. Jun tidak setega itu mempermalukan dua remaja yang sedang dimabuk cinta, apalagi kalau sampai membuat Unaya semakin ilfiel padanya. Duh, jangan sampai deh. Progres meluluhkan hati Unaya udah 0,01 persen nih.

"FIREEEEEEEE!!! EO...EO... FIREEEE....!!!". Teriak Jun heboh sambil menghentak-hentakan kakinya di lantai. Lelaki itu berakting seolah-olah sedang berjalan menuju kamar Jeka sambil nyanyi-nyanyi.

Gedubrak!

Dan setelah Jun heboh sendiri, terdengar suara gedebum dari dalam kamar. Suara itu adalah suara Jeka yang jatuh kelantai gara-gara didorong Unaya. Sumpah Unaya shock sekali saat mendengar suara teriakan Jun, takut-takut kalau lelaki itu memergoki kegiatan khilaf-nya dengan Jeka.

"Jeka, ada Om Jun". Bisik Unaya. Jujur saja wajah Jeka saat ini sudah memerah, antara menahan hasrat dan juga malu. Untung saja suasana kamar remang-remang hingga Unaya dipastikan tidak dapat melihat wajahnya yang memerah. Padahal Unaya pun demikian daripada Jeka, ialah yang jauh lebih malu karena sempat memberi celah untuk di iya-iyakan :') semoga Jeka tidak ilfiel, begitulah batin Unaya.

"Emmmm... biar gue yang keluar". Kata Jeka dengan canggungnya sebelum bangkit hendak membuka pintu kamar. Sementara itu Unaya langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut kemudian mengipas-ngipas wajahnya dengan tangan karena mendadak panas. Padahal cuaca dingin begini tapi tidak tahu kenapa ia seperti terbakar. Ya ampun Jeka ternyata pintar memuja seorang gadis, caranya terlampau lembut tapi enak.

"Ihhhh... kayaknya gue udah gila deh!". Gerutu Unaya dengan suara amat lirih kemudian memukul-mukul kepalanya sendiri yang mendadak isinya kotor. Gadis itu meraba lehernya yang tadi sempat digigit Jeka, Unaya menggigit bibir bawahnya kala merasakan basah disana. Berbekas gak ya?! :(

Sementara itu Jeka menghembuskan nafas panjang dan merapikan rambutnya terlebih dahulu sebelum membuka pintu kamar, tadi sempat diacak Unaya soalnya. Begitu ia membuka pintu hal pertama yang dilihatnya adalah presensi Jun dengan ekspresi menahan tawa. Jeka punya feeling jika Jun tahu apa yang barusan terjadi, tapi pemuda itu mau pura-pura polos aja daripada diledek bocah tua ini.

"Eh, Om Papa ngapain teriak-teriak didepan kamar gue. Ganggu konsentrasi orang yang lagi belajar aja". Omel Jeka dengan gugupnya. Jun menatap Jeka dengan senyum jenaka.

"Pftttt... belajar bereproduksi maksudnya?". Sahut Jun amat lirih tapi Jeka masih bisa mendengar.

"Hah? Apaan?!". Tanya Jeka pura-pura budek.

"Enggak, ini Om cuma mau ngasih lilin aja. Barangkali dikamar lo gak ada". Jun mengulurkan dua batang lilin pada Jeka.

"Oh, Thanks Om Papa. Dikamar gue udah ada lampu emergency sih". Ujar Jeka. Jun mengintip sedikit kedalam kamar Jeka dan melihat sosok Unaya yang membungkus tubuhnya dengan selimut. Lagi-lagi Jun memasang senyum jenaka dihadapan Jeka.

Bangsat Boys (Book 1&2)✔️Where stories live. Discover now