bonus: peace

1.4K 121 31
                                    

Renjun meletakkan buket bunga di atas pusara Miyeon sembari berjongkok

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun meletakkan buket bunga di atas pusara Miyeon sembari berjongkok. Tak lupa mencabut beberapa rumput yang menutupi nisan bertuliskan nama, tanggal kelahiran, dan tanggal kematian Miyeon.

"Hai! Gimana kabar kamu di sana?" tanya Renjun.

Renjun tahu, tidak akan ada balasan yang ia dapatkan. Tapi sore itu, ia terus berbicara bak orang gila. Tak masalah, karena di dalam hatinya Renjun yakin Miyeon akan mendengar semua yang ia ucapkan.

"Maaf, aku baru bisa mengunjungi kamu setelah empat tahun lamanya. Banyak hal yang terjadi setelah aku sadar dan aku benar-benar enggak punya waktu untuk sekali saja mengunjungi kamu," cerita Renjun.

"Kamu pasti sudah bahagia ya di sana?" gumam Renjun.

"Kalau aku mulai menganggap kamu sebagai noona-ku, apa boleh?"

"Aku mungkin tidak mencintaimu, tapi aku sadar kalau noona adalah salah satu orang penting dalam hidupku. Tanpa sadar, aku sempat menjadikan noona tameng untuk melanjutkan hidupku yang hampa ini."

"Aku juga sadar kalau banyak sekali kesalahan yang aku perbuat sama noona. Kehidupan noona sudah melelahkan dan aku dengan teganya menambah beban noona, hingga noona memutuskan untuk meninggalkan dunia ini saat aku belum sadar dan tidak mengetahui kebenarannya. Maafkan Renjun, noona."

"Selain itu, aku mau mengucapkan terima kasih untuk noona karena sudah mau bertahan dengan aku yang egois ini selama tiga tahun. Sekarang, ada orang lain yang mau bertahan denganku. Noona kenal dia, namanya Shin Ryujin. Sekarang jadi Hwang Ryujin, karena aku sudah menikahinya empat tahun yang lalu."

"Jujur, aku sangat bahagia dengan kehadirannya. Aku tahu proses untuk mencapai kebahagianku yang sekarang ini melalui jalan yang salah, tapi pada akhirnya aku tetap bahagia. Dengan putri kecil kami, namanya Jinah. Seperti namanya, putri kami tumbuh dengan baik dan juga cantik."

"Semoga noona selalu bahagia ya di sana."

Setelah mengakhiri ucapannya, tiba-tiba saja ada angin yang menerpa rambut Renjun. Seakan semua ucapannya didengar dan diiyakan oleh Miyeon. Renjun tersenyum pelan.

Renjun lalu berdiri dan berjalan turun menuju restauran tradisional Korea yang terletak tak jauh dari kuburan, tempat di mana ia juga memarkirkan mobilnya.

Renjun masuk dan mencari dua orang yang sudah menunggunya untuk makan bersama. Saat menemukan meja yang ia tuju, Renjun segera mendekat dan membungkuk pelan. Tak lupa juga untuk menempelkan pipinya dengan pihak wanita.

"Eomeonim, abeonim, maaf ya aku lama," ucap Renjun.

"Enggak apa. Pasti kamu ngobrol banyak ya sama Miyeon?" tanya Joohyun.

"Ya gitu deh. Soalnya kan aku sama sekali enggak sempat buat datang ke sini sejak sadar empat tahun yang lalu. Terus abeonim ngabarin kalau hari ini peringatan kematian Miyeon-noona, ya sudah deh aku putuskan ikut. Walau sedikit terlambat, karena tadi harus ngurusin appa sama eomma dulu. Kebetulan aku nginep di sana semalam," terang Renjun.

verrückt | renryu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang