39. will you?

1.3K 139 54
                                    

"Eh dasi aku sudah benar kan?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Eh dasi aku sudah benar kan?"

"Sudah! Kalau rambut aku gimana? Enggak ada yang menggelantung barang satu helai kan ya?"

Semenjak lima menit yang lalu, Hyunjin dan Jaemin terus meributkan penampilan mereka. Rambut lah, dasi lah, kemeja lah, jas lah, semua mereka ributkan.

"Kalian berdua bisa diam enggak sih? Enggak penting banget yang kalian ributin itu!" omel Saeron yang berdiri di antara kedua lelaki itu.

"Loh Sae, kita tuh harus terlihat tampan untuk acara hari ini," seru Jaemin.

Saeron memutar bola matanya kesal. Dalam hati mempertanyakan diri sendiri, bagaimana bisa ia tahan bersahabat dengan Hyunjin dan Jaemin selama puluhan tahun.

"Mempelai pria-nya aja cuma tidur, kok kalian gayanya selangit. Noh lihat kayak Haechan, yang penting sudah pakai kemeja dan jas rapi. Beres!" balas Saeron sembari menunjuk pada Haechan.

Banyak yang berubah semenjak kecelakaan seminggu yang lalu. Entah bagaimana, Haechan kembali menjadi sahabat mereka seperti sedia kala. Seakan tidak terjadi apapun sebelumnya di antara mereka.

Saeron, Hyunjin, dan Jaemin akhirnya juga tahu apa yang sebenarnya terjadi. Mereka tentu terkejut pada rencana balas dendam Jeno yang begitu rapi, tidak terlihat seperti sebuah balas dendam. Memanfaatkan jalan takdir, Jeno memainkan peran antagonisnya dengan sangat baik dan tanpa cela.

Kata Jaemin, Haechan sebagai saksi sangat hebat menyimpan detail mengenai rencana Jeno selama belasan tahun.

"Aku masuk dulu ya ke dalam," ucap Haechan yang berdiri paling dekat pintu.

"Mau ngobrol sama Renjun," lanjut Haechan.

"Hah? Kan Renjun masih koma? Gimana caranya ngobrol?" tanya Hyunjin.

"Begonya kurang-kurangin napa sih! Ya ngobrol satu arah lah. Gitu aja nanya," omel Saeron, tidak habis dengan pertanyaan Hyunjin.

Haechan tertawa melihat pertikaian sahabat-sahabatnya. Sudah lama sekali ia tidak melihat kedekatan mereka. Pertikaian tidak penting ini mengingatkan Haechan pada masa kecil mereka. Haechan jadi rindu akan masa-masa itu.

"Chan, kamu masuk saja deh. Jangan dihirau merekanya, nanti aku urus," usir Jaemin.

"Okay! Tapi emang bisa mereka dilerai?"

"Ya enggak sih! Kayak enggak tahu saja, susah. Paling entaran berhenti dengan sendirinya, tanpa perlu dilerai."

Setelah mengobrol sebentar dengan Jaemin, Haechan masuk ke dalam kamar Renjun. Ia perhatikan sekeliling kamar dan juga isi kamar mandi. Dirasa tidak ada siapapun di dalam ruangan, Haechan segera mengunci pintu.

Semoga tidak ada yang berniat masuk ke kamar, dalam waktu dekat.

Haechan melangkah mendekati Renjun sembari berkacak pinggang. "Bangun kamu! Enggak capek apa akting koma selama seminggu?"

verrückt | renryu ✔Where stories live. Discover now