1. their story

2.5K 243 53
                                    

Renjun membenarkan letak kacamata, tengah sibuk membaca buku besar berisi istilah-istilah kesehatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun membenarkan letak kacamata, tengah sibuk membaca buku besar berisi istilah-istilah kesehatan. Di samping buku besar itu, berserakan buku-buku lain serta jurnal-jurnal lama yang pernah ia cetak sebelumnya.

Meja terlihat berantakan bagai kapal pecah, namun tidak menghalangi Renjun untuk tetap berkonsentrasi. Bahkan pria itu santai saja memasukkan hasil diagnosis ke iPad Pro miliknya sembari menyeruput ice americano yang dibelikan salah satu residen, beberapa jam yang lalu.

"Astaga Jun!" teriak salah satu dokter saat memasuki ruangan dan melihat kondisi meja diskusi yang tertutup oleh kertas. Belum lagi banyaknya laptop milik para residen, benar-benar menunjukkan betapa berantakan ruangan itu sekarang.

"Kenapa sih noona?" balas Renjun yang masih saja fokus dengan dunianya.

"Kamu tuh, inget rumah kagak sih? Kerja mulu, lupa makan sama tidur. Setiap saat ngopi, mau jadi apa itu jantung kamu?" cibir Jungeun.

"Aku masih bikin diagnosis pasien, nanggung," balas Renjun masih santai.

"Ya ajak anak residen lah! Ini lagi! Kalau berantakan gini, dimana aku bisa duduk dan naruh laptop? Aku juga butuh tempat kerja ya!" gerutu Jungeun.

Renjun mendengus sebal, bergegas merapikan kertas-kertas yang menutupi meja. Memberi Jungeun ruang untuk bisa bekerja.

"Anak residen jam segini keliling sama Sihyeon-noona. Sama si tua bangka," ucap Renjun, sangat santai menyebut seseorang dengan nama ejekan.

"Sinting! Yang kamu sebut tua bangka itu appa kamu sendiri, Hwang Renjun," balas Jungeun.

"Ya enggak apa-apa sih. Lagipula kalau ada Dokter Hwang, aku bisa lebih cepet bikin diagnosis. Kan biasanya dia cuma ngurusin pasien VIP, kalau enggak duduk di ruangan baca dokumen keuangan. Enggak ngerti deh, beneran dokter atau enggak doi," ucap Renjun.

"Jun, kamu kan anaknya. Masa kamu enggak tahu penghargaan apa saja yang beliau dapat di masa jayanya? Kakek kamu sudah enggak ada, wajar kalau beliau yang menggantikan posisi mengurus manajemen rumah sakit. Kamu nanti juga bakal di posisi itu. Kamu 'kan pewaris Jiju," balas Jungeun yang mulai sibuk mengetik di atas Macbook Air miliknya.

"Bisa enggak sih Yeji aja yang aku suruh megang mananemen rumah sakit? Aku mah pinter jadi dokter aja, ngobatin pasien. Enggak bisa kalau disuruh ngurusin manajemen," kilah Renjun.

"Kasihan amat sih Yeji punya adik macam kamu. Ya kali kakak kamu yang kerja di WHO di US itu kamu suruh balik ke Seoul, cuma untuk ngurusin warisan keluarga," cibir Jungeun.

"Loh kenapa enggak? Harus berguna dong itu sekolah manajemen rumah sakit dia, yang sampai harus terbang ke Berkeley," ucap Renjun yang terdengar seperti sindiran.

"Sadar diri Jun! Kamu tuh sekolah dokter juga jauh. Di Johns Hopkins, sekolah impian para dokter dunia," balas Jungeun yang hanya dibalas decakan oleh Renjun.

verrückt | renryu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang