Prolog ✔️

117K 5.5K 169
                                    

Halo semuanya, aku minta vote dan komen dari kalian ya. Sebagai dukungan untuk cerita ini 🥺
Terimakasih dan happy reading.

☘️☘️☘️

Track List Kalaya :
Mawar de Jong - Sedang sayang-sayangnya.

Malam. Hujan. Dingin.

Cukup untuk menemani gadis cantik yang sedang duduk manis diatas ranjang kayu yang sudah mulai lapuk itu. Ia melihat ke luar, melalui jendela kecil yang dihiasi bunga lily plastik.

Dalam fikirannya saat ini hanya kosong dan hampa, seperti awan gelap malam ini yang sengaja menutupi langit. Tanpa bintang, tanpa bulan, memang kelam dan hampa adanya.

Gadis yang bernama Edlynne Kalaya Andromeda, atau biasanya dipanggil Aya oleh guru-guru di sekolah, sedang duduk termenung dengan mata sayu. Setetes liquid bening jatuh dari pelupuk mata hazel terangnya. Entahlah, dari tadi Aya tidak memikirkan apa-apa, terus kenapa sekarang ia menangis?

Aya sebenarnya benci ketika dirinya menangis, karena Aya menganggap dirinya lemah jikalau menangis. Untuk apa menangis? Toh, yang akan menghiburnya juga tidak ada bukan?

Memangnya ada yang mau berteman dengan gadis yg tidak jelas asal-usul nya ini? Tidak ada.

Memang benar, Aya sebelumnya diasuh oleh seolah Ibu yang ketika itu Aya diadopsi dari panti asuhan, Aya terbiasa memanggil beliau dengan panggilan 'Bunda'.

Namun naas, Bunda mempunyai riwayat penyakit kanker, yang mengharuskan beliau untuk kemoterapi dan berujung meninggal.

Aya yang waktu itu masih berumur 7 tahun harus menerima kenyataan bahwa Bunda nya itu bukanlah orang tua kandungnya. Dan jikalau pun bukan orang tua kandungnya sekalipun, mengapa Tuhan justru memisahkan Aya dengan Bunda? Lantas mengapa Tuhan menakdirkannya untuk hidup sebatang kara?

Aya harus tinggal sendiri. Tidak ada keluarga dekat Bunda yang bisa dihubungi untuk merawat si kecil Aya pada saat itu. Kecuali tetangganya yang sesekali menjenguk Aya dan berbagi makanan kalau ada yang berlebih.

Aya menangis. Aya kehilangan. Aya sendirian.

Dari kecil Aya sudah terbiasa bekerja, walaupun hanya sekedar menjajakan kue Bu Rani, —pemilik warung kecil ujung kompleks, yang hasilnya tidak seberapa, setidaknya untuk makan gorengan seharian sudah cukup, bukan?

Ya, benar. Seberapapun orang memuji cantiknya Aya, Aya tetaplah gadis kurus yang harus menahan lilitan perut dahulu, menahan capek dan panas matahari dahulu, baru bisa makan, itupun kalau kue-kue nya laris. Kalau tidak? Aya harus menahan laparnya sampai besok pagi.

Apakah kalian tidak berfikir itu aneh? Si penjual kue yang kelaparan? Bodoh. Kenapa kuenya tidak dimakan saja?
Pernah dua kali Aya memakan kue yang dijualnya karena terlalu lapar. Alhasil, uang yang harus disetor berkurang dan Aya hanya mendapatkan setengah dari hasil penjualan hariannya yang memang sedikit.

Maka sejak saat itu, Aya akan menjual kue-kue dulu, lalu bary menyetor uang hasil penjualan kue tersebut, dan membeli tempe atau tahu supaya bisa dimasak untuk dijadikan lauk pendamping nasi.

Itu sudah lebih dari cukup, daripada tidak makan sama sekali seharian. Bahkan, pernah suatu hari Aya sampai gemetar karena tidak kuat menahan lapar, keringat dingin hingga susah tidur dikarenakan perut melilit.

Sesederhana itu hidup Aya. Tidak pernah sedikitpun Aya berfikir akan hidup sesusah ini.

Bahkan Aya sering melihat langit setiap malamnya, berfikir Tuhan akan mendengarkannya dan meringankan cobaannya. Tidakkah Tuhan itu baik? Seharusnya Aya mempunyai se titik cahaya kebahagiaan. Tapi kenyataannya tidak, hingga sampai saat ini.

Ah sudahlah, Aya tidak mau berprasangka buruk kepada Tuhan. Bagaimanapun takdir Aya sudah ditetapkan. Harapan Aya, jika memang Aya akan hidup seperti ini sampai akhir, setidaknya ia memiliki kenangan hidup sendirian.

Aya hanya ingin berbagi pengalaman dan makanan. Aya hanya ingin, seseorang diluar sana tidak merasakan susah dan kesepiannya hidup seperti Aya.

Dan satu hal yang paling Aya inginkan, jauh di lubuk hati terdalam Aya, Aya hanya ingin bertemu dengan orang tua kandungnya, setidaknya kerabat kandung. Aya hanya ingin merasakan keluarga.

Sungguh, kesepian seperti sekarang ini yang Aya rasakan, sangatlah menyesakkan.

Sesak, jika mengingat tidak ada orang yang menghapus air mata kita. Sesak, kita melihat keluarga orang lain lengkap, hingga liburan bersama tak pernah terlewatkan.

Aya hanya ingin keluarga. Secercah harapan untuk berkumpul sebentar saja, sudah lebih dari cukup. Tapi kembali lagi, takdir sudah menetapkan jalannya seperti ini untuk Aya. Yang harus Aya terima dan jalani.

Malam ini hujan turun, tidak deras memang. Aya mendadak menangis, yang entahlah, mood Aya sedang kacau jika mengingat keluarga dan kesedihan hidupnya. Dengan senyuman pahit, Aya mengambil obat tidur yang berada di laci nakas sebelah tempat tidurnya.

Yap, obat kecil penenang, yang dibutuhkan saat Aya sulit tidur, saat mood Aya sedang hancur. Setidaknya obat kecil putih ini bisa menjadi teman, bukan?

Perlahan setelah meminum obat tersebut Aya merasakan sedikit ketenangan dan mulai mengantuk.

Yang harus Aya lakukan sekarang adalah lupakan, tidur, dan kembali segar besok pagi. Ingat, hidup itu berat jika diawali dengan keluhan. Daripada Aya mengeluh yang berujung tidak bersyukur, mending sekarang Aya tidur.

Sejenak, Aya mulai memejamkan mata yang terasa berat. Hingga tidak sadar, gelap sudah menghampiri.

Aya ucapkan, Selamat malam.

☘️☘️☘️

Hai, selamat membaca. Btw kalian tau cerita ini dari mana? Share yuk sama aku 👉🏻

Yang belum vote, vote dulu ya. Aku suka kalian menghargai karyaku dengan vote.

Bersiap-siap mencintai sosok Kalaya, yang nangis nantinya tanggung jawab sendiri ya, hehehe.

Peluk jauh secara online untuk kalian semua ❤️✨


Notes :

Cerita ini sudah direvisi, tapi jika masih ada kesalahan, komentar saja ya? Authornya juga manusia biasa, kadang kesalahan kecil pun masih kelewat :")

Bandung, 25 Maret 2021

Kalaya [END]Where stories live. Discover now