Tante Amalia ✔️

42.2K 3.6K 32
                                    

Halo semuanya, aku minta vote dan komen dari kalian ya. Sebagai dukungan untuk cerita ini 🥺
Terimakasih dan happy reading.

☘️☘️☘️

Track List Kalaya :
Isyana Sarasvati - Tetap Dalam Jiwa


Aya merasakan ngilu di bagian perutnya. Perlahan, Aya membuka mata dan terlihatlah seorang dokter muda yang sedang tersenyum. Menurut Aya sendiri ini dokter lumayan ganteng, bukan lumayan lagi, tapi sangat ganteng.

Aya mengerjapkan matanya berkali-kali, menyesuaikan antara cahaya lampu ruangan yang masuk kedalam matanya. Setelah kesadarannya kembali full, Aya baru sadar bahwa ia harus menyetorkan uang hasil jalannya kepada bu Rani.

"Astaga, Bu Rani pasti nyariin Aya karena pulang telat!" Ucap Aya panik dan berusaha duduk.

"Hei, kamu kenapa? Tunggu lah dulu, sampai keadaanmu membaik. Setidaknya jangan bergerak terlalu cepat, perutmu masih sakit kan?" Ujar sang dokter muda melihat kepanikan Aya yang mau ingin turun dari brankar.

Aya mengusap perutnya, memang masih ngilu sih, tapi tidak sesakit tadi.

"Gapapa dok, Aya udah bisa jalan kayak biasa kok, ya walaupun masih ngilu sih, tapi aman kok." Aya meyakinkan si dokter dengan senyum tulusnya.

Bukannya membalas perkataan Aya, dokter tersebut menatap dalam Aya dengan sendu. Pikirannya berkecamuk, ntah apa itu, dokter muda itu merasa ada sesuatu yang mengganjal di hati nya kala melihat gadis didepannya ini.

Ceklek.

Sontak keduanya tersadar saat Amalia masuk kedalam ruangan pasien ber-AC tersebut. Senyuman hangat terpampang diwajahnya dan diikuti tampang datar pemuda yang Aya yakini bernama Farel, anak dari wanita cantik ini.

Farel langsung duduk di sofa yang telah disediakan. Diikuti dengan dokter muda tadi yang turut duduk disebelah Farel.

"Kamu udah sadar? Tante minta maaf ya sudah bikin kamu sakit begini, maafin Tante ya nak?" Tanya Amalia dengan air muka sendu menatap Aya.

Aya yang canggung, dengan cepat mengangguk dan tersenyum.
"Tante, Aya gapapa. Aya aman kok, cuma tinggal ngilu doang, makasih juga Aya ucapin udah bantu Aya ke rumah sakit."

"Loh? Kenapa begitu sayang?" Tanya Amalia heran. Bukankah memang sudah kewajibannya untuk membawa Aya ke rumah sakit?

Aya menunduk dan langsung melihat Amalia dengan senyum yang sedikit dipaksakan.
"Gapapa Tante, Aya tidak punya cukup uang buat bayar rumah sakit, jadi makasi banyak buat Tante yang udah bawa Aya ke rumah sakit dan menanggung biayanya."

Amalia yang mendengar hal itu, sedikit tersentuh. Tidak mempunyai uang untuk rumah sakit? Bagaimana mungkin seseorang tidak mempunyai biaya untuk berobat jika sakit.

Walaupun ini memang tanggung jawab Amalia sendiri, tapi tetap saja pernyataan Aya membuat hati Amalia tercubit, mengingat kehidupan Amalia jauh dari kata 'susah,'.

Tersentak dengan kenyataan, Amalia langsung menyinggung orang tua Aya, karena bagaimanapun menurut Amalia, orang tua Aya harus tau keadaan anaknya saat ini.

"Oiya sayang, orang tua kamu bisa dihubungi tidak? Atau Tante minta alamat orang tua kamu, biar bisa kesini dijemput sama Farel, mana tau khawatir anaknya belum pulang." Ujar Amalia sambil melirik Farel anaknya. Farel yang merasa di-notice, menganggukkan kepalanya.

Kalaya [END]Where stories live. Discover now