Ungkapan Perasaan ✔️

23.1K 1.8K 103
                                    

Halo semuanya, aku minta vote dan komen dari kalian ya. Sebagai dukungan untuk cerita ini 🥺
Terimakasih dan happy reading.

☘️☘️☘️

Track List Kalaya :
Fatin - Salahkah Aku Mencintaimu

"Darimana saja Kalaya?" Sebuah suara dingin menghentikan Aya yang sedang berjalan masuk ruang tamu.

Aya menoleh ke sumber suara. Terlihat Vino dan juga Axel yang sedang memandangnya dengan tatapan datar. Berbeda dengan Deven yang sedang tertawa memeletkan lidahnya kepada Aya.

Aya menghela nafasnya, perbincangan malam ini akan terasa sangat lama sepertinya.

"Bang Vino, kak Axel dan juga abang Deven yang ganteng. Aya tadi pergi sama kak Gibran ke panti asuhan, kan tadi Aya udah jelasin di chat." Aya memelas tapi tetap jujur. Takut jika berbohong akan semakin ribet.

"Terus kenapa lama banget di bales tadi chatnya? Di telfon dulu baru ngeh gitu?" Suara Vino terdengar masih dingin. Aya hanya menelan saliva nya dan sedikit menunduk.

"Iya, maafin Aya bang, soalnya Aya ga tau, Aya ga cek hp. Aya disana main sama anak-anak kecil." Jawab Aya dengan suara pelan nya dan menunduk.

Vino dan Axel masih mendiamkannya. Lalu terdengar suara helaan dari Vino yang mendekat kearah Aya.

"Aya, denger. Kalo mau kemana-mana itu bilang dulu dek. Untung aja tadi Gibran udah ngomong sama Farel mau kemana. Terus kalo emang mau pergi, inget waktu juga Kalaya. Ini udah jam 8 malem, Aya masih pake baju sekolah ini, makan malem juga belum pasti kan? Ntar sakit lagi gimana?" Ucap Vino tegas yang memegang pundak Aya, menatap sang adik.

Vino memang mengenal Gibran dan teman-teman Farel lainnya. Farel sangat sering mengajak mereka untuk tidur di mansion, bahkan dulu ketika di rumah sakit saat Aya koma, Vino juga bertemu dengan teman-teman Farel yang rada aneh dan sinting semua itu.

Bukannya Vino melarang Aya untuk pergi bermain keluar. Vino sangat paham dengan kesepian Aya di mansion. Bermain dengan abang-abang nya saja tentu membosankan. Terlebih abang Aya sudah pada dewasa dan berbeda gender dengan Aya.

Di mansion ini, Aya adalah anak paling kecil, paling bungsu, tidak memiliki adik atau anak kecil yang bisa ia ajak main. Vino memahami ketika Farel mengatakan Gibran mengajak ya ke panti asuhan pinggiran kota.

Walaupun awalnya tadi Vino marah, ingin menyusul Gibran karena telah berani membawa adik kesayangannya, tapi langsung di larang oleh Papah nya.

"Adik kalian butuh hiburan juga dengan orang lain. Biarkan Aya tumbuh dengan kesenangannya sendiri." Tegas Brian kepada anak-anaknya.

Jadi, mau tidak mau, Vino dan yang lainnya hanya bisa menunggu Aya yang bahkan setelah makan malam belum juga menampakkan batang hidungnya.

Di chat tidak dibalas, membuat Vino takut adiknya kenapa-napa. Vino bercermin dari kesalahan yang lama. Membentak Aya, justru hanya akan membuat adiknya itu makin down dan rapuh.

Aya juga butuh kesenangan pilihan hatinya. Jika salah, ingatkan dia, nasehati dia. Itu yang selalu Vino ingat dan ia camkan dalam hatinya. Ditambah Vino memiliki kontrol emosi yang tidak stabil, bisa-bisa kejadian lama dan luka dihati adiknya kembali berdarah.

Kalaya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang