Flashback (2) ✔️

35.8K 2.7K 20
                                    

Halo semuanya, aku minta vote dan komen dari kalian ya. Sebagai dukungan untuk cerita ini 🥺
Terimakasih dan happy reading.

☘️☘️☘️

Track List Kalaya :
Ariana Grande - Positions

Continuous flashback

(chapter ini masih dalam masa flashback, penulisan sengaja tidak dicetak miring, untuk kenyamanan para readers)

Setelah kejadian vciuman sekejap' antara Brian dan Ana pada sore itu, mereka sedikit canggung dan kikuk jika bertemu di jalanan. Ya walaupun masih sering pulang bersama karena Brian sering melihat Ana berjalan sendirian keluar dari kantor radionya.

Jadi, daripada membiarkan Ana pulang sendiri, mungkin menawarkan pulang bersama tidak masalah. Toh, selama ini mereka juga sering pulang bersama, hanya saja karena kejadian ciuman kemarin, sempat membuat suasana menjadi awkward.

Ana maupun Brian sibuk berkecamuk dengan fikiran masing-masing tanpa menghiraukan radio yang capek mengobrol sendiri didalam mobil ber-AC ini. Mereka terlihat seperti baru saja berteman karena hawa kikuk sangat mendominasi.

Ketika sampai didepan rumah, Ana membuka seat belt mobil, yang sayangnya macet. Ana bahkan merutuki kenapa belt ini bisa-bisanya macet sekarang?

Kenapa sih harus macet segala. Gumam Ana dalam hati.

Ana meringis karena ia seperti orang norak yang tidak bisa membuka seat belt. Brian yang memperhatikan hal itu dari tadi, tersenyum dan membantu membukakan seat belt Ana yang macet.

Cklik.

Akhirnya terbuka. Dengan gugup, Ana tersenyum masam dan berterimakasih kepada Brian yang masih menatapnya.

Brian yang gemas dengan sikap gugup Ana, menarik dagu yang membuat gadis itu mengadah memperlihatkan wajah cantik dan pipi bersemu itu.

"Cantik." Gumam Brian dengan tak sengaja, pernyataan itu jujur dan keluar dengan sendirinya setelah melihat wajah bersemu Ana yang tidak bisa dibohongi memanglah teramat cantik.

"Heh?" Ana menatap bingung Brian, walaupun sekarang hatinya berdegup tidak karuan saat Brian melihatnya dengan intens.

Brian perlahan mendekatkan wajahnya, sedikit lagi saja mereka hampir berciuman, Brian menghentikannya.
Ia menatap dalam Ana yang sudah berwajah merah. Meminta izin dengan berkomunikasi antar mata mereka. Ana yang paham mengangguk pelan, dan respon ini disambut senyum oleh Brian.

Brian mencium beberapa detik bibir Ana. Perlahan tapi pasti, ia mulai melumat sedikit bibir ranum yang terasa manis itu.

Gila. Brian sudah gila. Ia tidak tau bagaimana caranya menghentikan ciuman ini.

Ciuman sederhana itu menjadi panas, dan secara tidak sadar, Ana sudah melingkarkan kedua tangannya ke leher Brian. Dan kedua tangan Brian yang berada di pinggang ramping Ana.

Setelah beberapa menit menikmati ciuman panas itu, mereka menghentikan karena sadar akan pasokan oksigen yang menipis. Tiba-tiba saja hawa menjadi panas, padahal jelas-jelas AC mobil milik Brian hidup.

Ana yang salah tingkah, pura-pura merapikan bajunya, sebagai pengalihan bahwa ia sangat-sangat malu sekarang.

Dengan malu-malu kucing, Ana meminta izin dari Brian untuk masuk kedalam rumahnya dan berterimakasih telah mengantarkannya pulang.

Kalaya [END]Where stories live. Discover now