Sadar ✔️

46.2K 3.3K 75
                                    

Halo semuanya, aku minta vote dan komen dari kalian ya. Sebagai dukungan untuk cerita ini 🥺
Terimakasih dan happy reading.

☘️☘️☘️

Track List Kalaya :
Tiara Andini - Maafkan aku (#Terlanjur Mencinta)

Regan panik setelah mendengar alarm urgensi dari kamar adiknya itu. Padahal ketika itu, ia baru saja mengistirahatkan badannya, setelah lelah seharian bekerja.

Lalu ketika alarm urgensi yang berasal dari kamar Aya berbunyi, seketika Regan langsung panik dan berlari keluar, diiringi oleh orangtua nya yang langsung bangun dalam keadaan panik serupa.

Tidak mungkin rasanya jika Vino, Deven atau Farel yang main-main memencet tombol urgensi, Regan tau sendiri mereka sudah dewasa.

Apalagi ini sudah tengah malam, waktunya istirahat, tidak mungkin saudara-saudara nya itu memencet tombol urgensi untuk nge-prank para dokter bukan?

Regan takut, apa yang terjadi? Bukankah ia benar-benar sudah memeriksa Aya, bahwa keadaan Aya sendiri sudah normal. Hanya tinggal menunggu Aya sadar dan sembuh. Apa jangan-jangan adiknya itu drop lagi?

Regan menggeleng cepat, selagi berlari ke arah ruangan adiknya itu. Diiringi oleh orangtua nya dan beberapa perawat.

Saat didepan pintu, Regan yang sudah panik, makin panik dan terdiam sedetik ketika melihat monitor EKG yang kembali menunjukkan garis lurus.

"Jangan lagi, Aya please kakak mohon jangan lagi Ya. Jangan pergi kakak mohon." Regan berucap dalam hati.

Regan menggigit bibirnya untuk menahan air matanya yang hampir keluar. Bagaimana pun, Regan adalah dokter jadi harus bersikap tenang dan profesional.

Regan memeriksa keadaan Aya, dan seketika terdiam, terheran.

Tunggu, tunggu. Denyut nadi adik nya masih ada? Tapi kok-?

Regan memeriksa kabel yang terhubung dengan monitor EKG, seketika ia lemas.

Regan kaget ketika mengetahui alat yang seharusnya terpasang di dalam baju Aya, yang terpasang ke dada Aya guna untuk melihat ritme jantung yang berdetak, ternyata terputus.

Seketika itu juga Regan terduduk dengan lemas di kursi sebelah ranjang Aya. Regan menetralkan emosinya yang menguar. Panik, takut, dan marah, semua menjadi satu sekarang.

Tidak. Bagaimanapun ia tidak boleh marah kepada Vino. Vino mungkin saat itu panik ketika mendengar dan melihat garis lurus monitor tersebut.

Siapa yang tidak panik saat melihat garis lurus yang menandakan tidak adanya detak jantung sang pasien?

Regan saja ketika baru masuk ruangan Aya tadi, sempat berfikir yang tidak-tidak.
Takut akan kehilangan adiknya itu lagi.

Dengan menghela nafas panjang, Regan dengan sabar dibantu perawat untuk membereskan dan memasang kembali alat elektrodiagram itu ke tubuh Aya.

Detak yang terpampang di monitor EKG itu kembali bergerak dengan normal dan beraturan. Regan yang sepenuhnya sadar, jika adanya yang melepas alat tersebut dari tubuh Aya. Seketika langsung memeriksa mata Aya dengan medical lightpen miliknya.

Kalaya [END]Where stories live. Discover now