Peace ✔️

17.5K 1.6K 43
                                    

Halo semuanya, aku minta vote dan komen dari kalian ya. Sebagai dukungan untuk cerita ini 🥺
Terimakasih dan happy reading.

☘️☘️☘️

Track List Kalaya :
Justin Bieber - What Do You Mean

Aya berdiri diatas rooftop sekolah. Menikmati semilir angin yang menyapu pipinya. Memejamkan mata dan mendengarkan kicauan burung yang beterbangan di atas gedung sekolah AIHS ini.

Tenang. Sangat tenang. Andai saja hidup setenang ini, mungkin akan lebih terasa mudah.

Namun sayang, tidak ada manusia yang hidup selamanya dalam ketenangan. Roda terus berputar, masalah akan selalu datang silih berganti.

Bukannya Tuhan akan menguji seseorang dengan masalah sesuai standar kemampuannya?

"Kalaya?" Panggil seseorang berhidung mancung, berwajah khas Asia seperti Aya. Aya menoleh kebelakang dan tersenyum lembut.

"Kak Bima." Bima terlihat biasa saja. Tidak heboh dan tidak juga terlalu cuek. Sangat beda jauh dari Bima yang Aya kenal, biasanya sangat kocak dan receh.

"Kak, duduk sana dulu yuk, kita akan cerita banyak hal hari ini." Ajak Aya sambil berjalan ke arah kursi kosong yang memang tersedia di rooftop sekolah.

Bima mengikuti arah jalan Aya dan duduk tepat di sebelah Aya. Tidak terlalu mepet dan tidak terlalu jauh. Posisi yang pas untuk seseorang yang ingin curhat.

"Kak Bima masih marah sama Aya?" Tanya Aya menatap mata Bima dengan lembut.

Bima hanya diam membalas tatapan mata Aya. Detik selanjutnya Bima tersenyum.

"Ngga Ya. Buat apa gue marah sama lo. Gue ga punya hak buat ngatur hidup seseorang." Jawab Bima masih menatap Aya.

"Aya minta maaf ya kak. Gara-gara Aya kak Bima dan yang lainnya renggang. Aya murni minta maaf dari hati." Ucap Aya dengan tulus.

Aya memang sengaja mengajak Bima untuk bicara hari ini di rooftop sekolah. Hari ini sekolah disibukkan dengan dekorasi kelas pra-turnamen, sehingga tidak adanya kegiatan belajar mengajar.

Bima menghela nafasnya panjang, menatap ke depan. Gedung didepannya sangat tinggi, sama seperti harapan nya yang tinggi terhadap suatu hal yang tabu.

"Gue menggoda lo selama ini, menggombali lo selama ini, itu juga murni keluar dari hati gue Ya. Gue ga munafik kalo gue juga suka sama lo saat pertama kali kita ketemu. Tapi mungkin Agus bener, perasaan gue berubah menjadi seperti Farel. Ingin ngebuat lo ketawa apapun itu caranya. Ngeliat lo ketawa, hati gue hangat seolah adik gue lagi seneng." Bima menatap Aya dengan lembut, tersenyum hangat.

Aya berkaca-kaca melihat Bima. Memang Aya tidak pernah salah menilai Bima selama ini. Orang yang banyak tertawa, justru ia adalah orang yang sering sakit. Mengorbankan perasaannya hanya untuk membuat orang lain tertawa.

"Maybe gue emang sayang sama lo. Tapi seiring berjalannya waktu, semakin kesini gue udah anggap lo adik gue sendiri Ya. Gue bahkan bingung sama perasaan gue sendiri, udah ada cewek cantik yang gue suka, pas udah deket, eh malah gue sayangi layaknya adek sendiri." Bima mengusap rambut Aya dengan tangannya.

"Gue ikhlasin lo sama Gibran, atau mungkin Bagas. Mereka kandidat terbaik Ya. Gue sebagai temen mereka yang udah lama, tentu gue tau gimana sikap mereka bagaimana terhadap perempuan."

Kalaya [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ