Adiba merutuk laki-laki ini di dalam hati. Sungguh.

"Yaudah! Kalau enggak mau ke kantin makan ini. Gausah nolak," perintah Adiba sambil memberikan roti dan botol minumnya.

"Enggak mau," tolak Akbar.

"Ck! Kakak itu kenapa sih jangan kaya gini bisa engga? Adiba tahu kakak masih kepikiran tapi apa kakak enggak sayang sama diri kakak juga? Gak gitu caranya kak. Yang kakak lakuin sekarang itu salah," omel Adiba tak tahan lagi.

Akbar menghela nafasnya pelan lalu mengambil roti dari Adiba membuat gadis itu tersenyum puas melihatnya.

Adiba terdiam membiarkan laki-laki itu memakan rotinya sampai habis tak tersisa. Rasanya senang melihat laki-laki yang disuka menurut padanya untuk kebaikan laki-laki itu sendiri.

Walaupun perasaan Adiba tak pernah terbalas tetapi janjinya pada Bintang itu adalah tugas selama Adiba mampu menjaga perasaan laki-laki di samping nya ini.

"Kakak jangan kayak gini terus ya. Adiba kesel lihatnya," ucap Adiba saat Akbar sudah menyelesaikan kegiatannya.

Akbar menengok, "Kenapa?"

"Kenapa? Kenapa apanya," tanya balik Adiba.

"Kenapa lo baik sama gue?" ucap Akbar membuat nafas Adiba tercekat, "Apa karena Bintang?" lanjutnya.

Adiba terkekeh, "Ada iya nya ada enggak nya juga," ucap Adiba membuat Akbar mengerenyit.

"Maksdunya?" tanya Akbar.

"Yah.. Adiba kayak gini memang karena Bintang dan juga karena Adiba sendiri," ucap Adiba membuat Akbar semakin tak mengerti.

Adiba terkekeh melihat raut wajah Akbar, "Kakak pura-pura enggak paham atau memang enggak paham?"

"Gak paham," jawab Akbar.

"Adiba perduli sama kakak kan udah dari sebelum Adiba kenal Bintang," ucap Adiba membuat Akbar menganggukkan kepalanya.

"Iya juga," ucap Akbar.

"Emang kakak ngarepnya Adiba jawab apa?" ucap Adiba sambil terkekeh.

"Enggak ada."

Adiba menggembungkan pipinya lalu mereka berdua terdiam beberapa saat.

"Lo gak capek perduli sama gue," tanya Akbar tiba-tiba.

"Capek? Kenapa harus capek?" ucap Adiba.

"Sama sikap gue yang kayak gini kenapa lo masih perduli. Bahkan orang lain takut ngajak gue ngobrol apa lagi maksa gue. Kenapa lo enggak," tanya Akbar.

Adiba tersenyum, "Takut? Kenapa harus takut sama kakak. Kakak orang baik dan Adiba tahu itu. Untuk kayak orang-orang? Bintang ngajarin Adiba supaya Adiba jadi diri sendiri dan sikap kakak? Adiba ngerasa enggak ada yang beda dari sikap kakak ke Adiba," jawab Adiba dengan lancar.

Akbar tertegun dengan kalimat Adiba barusan. Sederhana tetapi entah kenapa Akbar merasa ada yang aneh pada dirinya setelah mendengar itu.

"Gitu ya," ucap Akbar membuat Adiba mengangguk.

"Kenapa kakak tiba-tiba nanya gitu," tanya Adiba.

"Gue ngerasa lo terlalu baik sama gue," jawab Akbar.

Adiba mengerenyit, "Loh? Baguskan kalo Adiba baik sama kakak?"

"Iya tapi ini beda. Gue ngerasa ada sesuatu yang ada sama lo dan sesuatu itu yang buat lo baik sama gue," ucap Akbar membuat Adiba tersenyum kecil.

"Iya."

"Iya apa?" tanya Akbar.

"Ada sesuatu sama Adiba yang buat Adiba baik sama kakak," ucap Adiba, "Sesuatu yang namanya sayang misalnya," lanjut Adiba membuat Akbar dengan cepat menengok ke arah gadis yang sedang terkekeh itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 13, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Zero O'clock (Completed✔)Where stories live. Discover now