○38○Tidak Berpihak

958 88 14
                                    

× kau tidak percaya padaku? Atau memang kau tidak pernah percaya pada orang-orang di dekatmu ×

******
"WAH BENER-BENER TOLOL YA ITU CEWEK! Gila gak nyangka banget gue" ucap Tari saat Adiba baru saja menceritakan kejadian beberapa hari lalu yang membuatnya sangat kesal.

Adiba benar-benar tidak mengira bahwa perempuan yang Ken ceritakan semua kebaikannya ternyata sangat-sangat tidak bisa bertanya terlebih dahulu sebelum menghujat. Apa? Adiba benalu? Hei Adiba bahkan baru mengetahui adanya wanita itu tepat di hari yang sama. Jangan salahkan Adiba jika ia memiliki rasa untuk Akbar dan kenapa juga Bintang sangat tidak suka dengan kehadiran Adiba saat ia siuman.

Wanita aneh. Dia menginginkan laki-laki yang ia suka tidak bahagia selama hampir dua tahun?

"Lo beneran digituin sama Bintang Dib?" tanya Brama dengan wajah terkejut.

Adiba mengangguk, "Bener-bener jauh dari ekspektasi ku."

Bima menggeleng pelan, "Dia bukan cewek yang sebegitu nya Dib. Apa dia bener-bener gak mikir pas dia bentak sambil bilang lo gak seharusnya buat Akbar bahagia," ucap Bima sama tak percayanya dengan Brama

Adiba berdecih dalam hati, "Seharusnya aku gak dengerin kata kak Ken dan milih buat pulang aja kemarin dari pada harus nerima omongan kayak gitu," ucap Adiba.

"Sabar ya Dib. Mungkin Bintang kayak gitu ya karena efek dari tidurnya yang lama," kata Bima.

"Ya nggak nyambung lah bego!" bentak Tari, "Jelas-jelas dia kayak gitu karena gak suka Adiba buat kak Akbar bahagia," kata Tari tak terima.

"Iya juga sih," ucap Bima, "Nanti gue kasih tau Akbar deh."

"Gak akan percaya kak percumah," ucap Adiba.

Brama mengerenyit, "Kenapa bisa enggak percaya? Gue sama Bima juga temennya dari lama," ucap Brama.

"Iya tahu," sarkas Tari, "Yang jadi masalahnya itu karena cewek yang namanya Bintang itu adalah orang yang kak Akbar sayang. Ya gak mungkin dia terima dan percaya lah sama apa yang bakal lo pada omongin nanti," ucap Tari.

"Iya ya," gumam Brama.

"Udahlah enggak usah di pikirin. Yok masuk kelas bel udah bunyi," ucap Adiba dengan wajah yang sesekali tersenyum.

Adiba tidak tersenyum. Ia hanya ingin terlihat bahagia dengan rasa sesak yang ia rasakan sekarang. Pikirannya masih melayang kemana-mana. Apa yang terjadi sampai-sampai ia harus berpura-pura seperti ini eh? Kenapa sepertinya setiap kehidpuan Adiba selalu saja mendapat banyak masalah. Adiba tidak dendam, ia hanya kesal.

Adiba mengangguk kecil. Ingatannya kembali pada malam itu ternyata Bintang yang Akbar maksud itu adalah seorang wanita yang ada dalam hidupnya huh. Adiba pikir itu hanyalah perumpamaan saja dan bodoh nya Adiba mau bertemu dengan wanita itu.

Adiba mengusap wajahnya gusar saat ini ia tengah berada ditoilet untuk membasuh wajahnya yang lelah terus-terusan tersenyum. Tari ia biarkan pergi kekelas sendirian masa bodo dengan guru yang datang mengajar nanti tetapi Adiba benar-benar tidak bisa berkonsentrasi sekarang. Adiba terkekeh sinis mengingat bagaimana cara Akbar memperlakukannya dulu saat ia terkurung di dalam toilet ini.

Rasa hangat itu. Adiba merindukannya.

Bolehkah Adiba egois? Bolehkah Adiba hanya memikirkan perasaannya saja? Bolehkah Adiba masih tetap mencintai Akbar saat jelas-jelas ada seorang wanita yang memintanya menjauhi Akbar dan wanita itu adalah orang yang sangat berharga dalam kehidupan Akbar?

Bagaimana? Apa yang harus Adiba lakukan. Lagipula pria yang sangat ia sukai itu sekarang sudah tak sedekat seperti dulu. Bahkan untuk menyapa saja ia tidak pernah melakukannya dan itu membuat Adiba bertambah sesak.

Zero O'clock (Completed✔)Where stories live. Discover now