○31○Penempat Hati

879 81 11
                                    

× aku hanya ingin menjadi seseorang yang mengerti ×

******
"Kalo kata orang kunci biar bisa dapetin seseorang yang di mau itu harus selalu ada buat dia," ucap Adiba, "Tapi bukannya yang selalu ada kalah sama yang bisa buat nyaman?" lanjutnya.

"Perasaan tiap orang itu beda Dibeh. Kalo lo memang gak bisa nahan perasaan lo lagi ya ungkapin aja sama kak Akbar," ucap Tari, "Kita enggak tau orang itu nyaman apa enggak sama kita kalo enggak di tanya."

"Jadi lo nyuruh gue nanya ke kak Akbar soal perasaan dia?"

"Ya enggak,"

"Atau kunci nya adalah terus bersabar meski dia enggak peka? Kenapa perasaan suka-suka kayak gini malah nambah ribet kalau udah semakin dewasa sih?" tambah Adiba.

Tidak ada yang menyaut.

Adiba melirik ke samping kiri kasurnya lalu memperhatikan dengan seksama ternyata Tari sudah tidur. Adiba mendengus jadi sedari tadi ia berbicara pada dirinya sendiri?

"Gatau lagi gue bakal nemu temen kayak lo dimana," ringis Adiba sambil beranjak dari kasurnya.

Adiba mengambil nafasnya dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan lalu ia keluar dari kamar hotel. Ini baru pukul 21 keadaan hotel itu masih ramai dengan anak-anak Rajawali yang belum tidur dan asik nongkrong ataupun mengobrol. Adiba memasukkan kedua tangannya ke dalam jaket lalu duduk di bangku taman hotel dekat pintu masuk.

Adiba bersenandung kecil sambil sesekali tersenyum, "Gue enggak dingin kalo gue dingin berarti gue udah mati," gumam Adiba lalu ia terkekeh.

Entah kenapa rasanya Adiba semakin tidak bisa mengontrol ucapannya ketika sedang bersama dengan Akbar. Ia merasa kalau pertanyaan-pertanyaan yang selalu membuat dadanya berdesir sudah tidak bisa di tahan lagi dan ingin segera mendapatkan jawabannya. jawaban apa?.

Adiba memandang langit hitam yang sekarang sudah menjadi bagian malam kesukaannya. Bulan dan bintang, entah kenapa kalimat itu berhasil membuat Adiba terus menerka-nerka padahal itu hanyalah sebuah kata-kata saja.

Sebuah kata-kata? Ah tidak mungkin.

'Kalau gue suka bintang. Karena menurut gue cuma bintang yang bisa kasih kilauan indah dalam malam yang paling gue rindukan,'

Ucapan itu kembali berputar dalam ingatan di kepala Adiba. Banyak pertanyaan yang ingin Adiba ajukan pada Akbar tetapi melihat kondisi di mana mereka baru saja berbaikan Adiba mengurungkan saja niatnya itu.

Sedang asik menghitung berapa banyak bintang di langit Adiba merasa sesuatu di kantung jaket nya bergetar. Adiba membuka kunci layar ponselnya saat tiba-tiba beberapa pesan masuk dan itu membuat Adiba terkejut. Pesan itu dari Ken, seorang pria yang beberapa minggu ini tidak pernah menghubunginya tetapi saat Adiba sudah berhasil berbaikan dengan Akbar dia malah kembali menghubungi Adiba. Kenapa ini? Apa ini sesuatu yang di rencanakan?.

Adiba mengerenyit saat membaca pesan itu, "Kalau dia tiba-tiba pergi dan enggak ngasih kejelasan apapun sama lo itu tandanya dia bener-bener enggak perduli sama lo. Lo bisa tanya gue dia pergi kemana," gumam Adiba saat membaca pesan dari Ken barusan.

Maksudnya tiba-tiba pergi apa? Lalu dia, maksudnya dia siapa?.

"Gue tau lo suka sama dia tapi ada seseorang yang udah berhasil naklukin hati dia. Jangan kasih tau dia atau lo enggak bakal tau dia hilang kemana," tambah Ken membuat Adiba semakin penasaran.

Jantung Adiba rasanya berdegup dengan tak beraturan saat mencerna kembali kalimat yang baru saja Ken berikan. Dia Akbar?.

"Lo mau masuk angin duduk disini terus?" ucap seseorang yang ternyata sedang Adiba pikirkan.

Zero O'clock (Completed✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang