○39○Untukmu

1K 83 6
                                    

× mungkin ini jawabannya ×

******
"Adiba ya?" tanya seseorang membuat kegiatan melamun Adiba di pinggir lapangan terhenti.

"Iya."

"Kamu sama Akbar musuhan?" tanya wanita itu to the point

Adiba menghela nafasnya lalu tersenyum, "Enggak kok kak. Permisi saya mau keperpustakaan."

Kenapa?

Kabar bahwa Adiba dan Akbar yang berselisih paham tiba-tiba menjadi trending topik nomor satu di sekolah. Bahkan sampai kakak kelas nya pun ikut membicarakan kejadian itu. Entah dari mana dan siapa mereka tahu tetapi ini benar-benar membuat Adiba sangat terkejut.

Adiba sering di banjiri pertanyaan beberapa hari ini tentang bagaimana bisa seorang perempuan yang berhasil mendekati laki-laki yang paling di kagumi disekolah tetapi sekarang mereka malah sedang bertengkar dan tidak bertegur sapa apakah Adiba tidak menyesal? Itu adalah pertanyaan yang paling sering Adiba dengar.

Hei mereka hanya tidak tau bagaimana perasaan Adiba sekarang ini. Bagaimana mungkin tidak merasa sesak saat laki-laki yang kalian sukai malah menuduh kalian. Sakit bukan?

Dan lagi perempuan yang baru saja bertanya padanya itu wajahnya terlihat sangat senang. Kenapa apa ia menyukai Akbar huh? Dasar.

Lagi pula kenapa fans Akbar baru muncul sekarang. Rasanya Adiba seperti di teror.

"Setres," gumam Adiba sambil menaruh kapalanya di atas meja perpustakaan.

Ini hening. Ia merasa sedikit tenang.

"Lo jangan jadi pembohong Adiba."

"Adiba enggak pernah bohong sama kakak," lirih Adiba saat mengingat ucapan Akbar beberapa hari lalu.

Tuk!

Tuk!

"Ck, Makanya tinggi biar kalo ngambil buku di rak atas nyampe," ucap Adiba pelan saat terganggu dengan suara lompatan seseorang. Menyebalkan.

Tuk!

"Yaampun! Lo-"

Adiba mentutup mulutnya cepat saat melihat ternyata Akbar yang sedang mencari buku di situ. Kenapa rasanya dunia ini sempit sekali huh?

"Sorry kalo lo keganggu," ucap Akbar seolah mengerti dengan teriakan Adiba barusan.

Adiba hanya menganggukkan kepalanya lalu kembali menaruh kepalanya di atas meja. Ia tak henti-hentinya merutuki mulut sialannya ini.

"WOY GOBLOK! Lo kemana aja gue cariin malah tidur disini gak ngajak-ngajak gue bolos jam olahraga," bentak Tari tiba-tiba datang membuat Adiba dengan cepat menendang kaki wanita itu.

"Ini perpustakaan ngapain lo teriak-teriak bangsat!" ucap Adiba dengan emosi yang meluap-luap.

"Ya maap lupa gue," ucap Tari tak berdosa, "Mati gile olahraga hari ini panas bener. Ngapa juga kita dapet jam olahraga pas udah mau pulang gini," ucap Tari sambil membenarkan ikat rambutnya.

"Ngeluh aja lo."

"Ye najis ini orang gak ngerasain sih cuman gara-gara Dewa kagak bener pemanasan kita disuruh muter lapangan sepuluh kali. Gila gatuh," ucap Tari kesal.

"Alah sepuluh doang," remeh Adiba.

"Doang?! Lo gak inget apa gimana muka lo pas lari gara-gara kita ribut di pelajaran sejarah? Lo kayak orang mau mati tau gak," ucap Tari membuat Adiba seketika teringat sesuatu.

"Eh Adiba ini Akbarnya loh kok dilewatin aja."

Adiba seketika terkekeh membuat Tari mengerenyit, "Kerasukan hantu penunggu jamban ya lo?"

Zero O'clock (Completed✔)Where stories live. Discover now