○34○Bintang

915 78 5
                                    

× karena bintang yang aku maksud itu adalah kamu ×

******
Perempuan dengan kulit putih bersih dan rambut hitam panjang itu mendesah sambil memegang kepalanya yang terasa sangat sakit seperti ada ratusan jarum yang menusuk kepalanya dan hendak masuk kedalam otaknya rasanya sakit sekali.

Perempuan itu hendak menggerakkan tangan sebelah kanannya tetapi ada sesuatu yang menimpa tangannya membuat tangannya terasa berat. Perempuan itu melirik ke arah laki-laki yang sedang tertidur di samping ranjangnya sambil menggenggam tangan kanannya. Perempuan itu tersenyum lalu melepaskan genggaman itu perlahan dan mengelus rambut lebat itu dengan penuh perasaan.

Senyumnya tidak luntur sama sekali saat mendengar dengkuran kecil yang dihasilkan oleh laki-laki yang tengah terlelap itu. Air mukanya sangat tenang menandakan laki-laki itu sudah masuk kedalam alam bawah sadarnya dan mengistirahatkan tubuhnya.

Ia lalu melirik jam yang ada di ruangan itu. Jam menunjukkan pukul satu siang membuat perempuan itu mengerenyit lalu menggelengkan kepalanya pelan.

"Dia izin lagi?" gumam nya pelan sambil menatap lekat wajah pria itu.

Kriet

Pintu kamar itu terbuka dengan perlahan bersamaan dengan masuknya seorang wanita yang memakai jubah putihnya. Wanita itu masuk sambil tersenyum lalu matanya melirik ke arah laki-laki yang sedang tertidur.

"Dia izin lagi kak?" tanya perempuan yang masih setia mengusap puncak kepala pria itu.

Nabila mengangguk, "Dia izin terus," jawabnya.

Perempuan itu menggeleng, "Apa dia enggak bisa dateng setelah sekolah dia selesai? Kenapa keras kepala banget sih," gerutunya sambil sesekali hendak menjambak rambut itu tetapi ia masih memiliki rasa kasihan.

Nabila terkekeh, "Dia enggak pernah berubah," katanya membuat perempuan dengan rambut panjang dan baju pasien itu ikut terkekeh.

"Kakak juga enggak berubah. Masih cantik kayak waktu terakhir kali aku lihat," katanya membuat Nabila menepuk lengan perempuan itu pelan.

"Waktu terakhir itu kakak kurus banget dan sekarang kamu lihat? Udah naik lima kilo," ucap Nabila sambil memegang pinggang nya.

"Masih kelihatan kurus kok," candanya membuat Nabila tertawa.

Suara erangan membuat aktivitas mengobrol kedua perempuan itu teralihkan dan terfokus pada laki-laki yang sudah menegakkan tubuhnya tetapi matanya belum sepenuhnya terbuka.

"Brisik banget sih Bel!" desah Akbar sambil mengusap kedua matanya perlahan.

"Lo ngapa marahin gue?" bentak Nabila tak terima.

Akbar mendengus, "Suara ketawa lo kayak tikus kejepit," ucap Akbar membuat Nabila berjalan memutari ranjang lalu tepat berhenti di samping Akbar.

"Kurang ajar lo ya!" ucap Nabila sambil mencubit lengan

"Eh kalian," ucap perempuan yang ada di ranjang itu, "Kapan akurnya sih? Dari dulu enggak pernah akur. Capek tau gak lihatnya?" lanjutnya sambil menunjukkan raut wajah kesal.

"Bisa kok,"

"Enggak bisa,"

Ucapan itu keluar dari mulut Nabila dan Akbar membuat perempuan itu menggeleng tak percaya. Nabila mengatakan bisa tetapi Akbar mengatakan tida bisa. Laki-laki ini memang benar-benar tidak berubah.

Senyum simpul terukir di wajah perempuan itu kala menyadari kalau sosok laki-laki itu memang benar-benar tidak berubah dan masih sama seperti Akbar yang dulu ia kenal.

Zero O'clock (Completed✔)Where stories live. Discover now