27. Mr. Omilar Cava dan mulut manisnya

Mulai dari awal
                                    

Suara Geralnd seakan suara petir yang menggelegar di telinga Rio. Cowok berikat kepala itu menoleh dengan was-was, ia bertanya ragu-ragu. "Ngapain Ayah lihat-lihat?"

"Harusnya Ayah yang tanya. Ngapain kamu ngajak anak gadis orang manjat begituan? Jangan nekat, Rio."

"Bukan Rio yang ngajak, Luna sendiri yang mau," sahut Rio apa adanya. "Ayah denger apa yang Rio omongin sama Luna?" tanyanya memastikan. Ia takut Geralnd mendengar luka yang ia bagi pada Luna. Ia takut Geralnd tahu jika Rio mengetahui semuanya.

"Ayah nggak suka nguping."

"Tapi Ayah suka ngintip," sela cowok berikat kepala itu dengan cepat. Sayang sekali, tempat yang sudah sangat nyaman untuk berduaan dengan Luna terasa tidak aman sekarang.

"Ayah nggak sengaja lihat, Rio."

"Sama aja."

"Terserah kamu," jawab Geralnd pasrah.

"Yah, mau tahu sesuatu nggak?" Rio memasang wajah serius. Sepertinya memberitahu Ayahnya bukanlah suatu yang buruk. Lagi pula Geralnd selalu memiliki pemikiran yang sama dengan Rio.

"Apa?" Beliau memandang Rio penuh tanya.

"Sebenarnya, Luna itu cewek Rio," ungkapnya sembari tersenyum bangga.

Bukannya terkejut atau semacamnya, Geralnd justru menghembuskan nafasnya dengan gusar. "Cewek itu dijada bukannya diajak yang aneh-aneh. Jangan main-main sama anak orang kamu."

"Rio itu nggak aneh-aneh, Yah," sahutnya membela diri. "Lagian Rio juga nggak main-main."

"Cowok itu yang dipegang omongan sama tindakannya. Ayah pegang omongan kamu."

"Iya," sahut Rio malas-malasan.

"Kamu mau tahu sesuatu juga nggak?"

Rio mengerutkan keningnya bingung. Jangan bilang Ayahnya itu juga akan berucap, 'sebenarnya Bunda itu istri Ayah'. Itu sama sekali tidak lucu.

Karena mendadak penasaran, Rio memutuskan untuk bertanya, "apa?"

"Bunda pernah nyinggung soal bullying nggak ke kamu?'

Setidaknya Rio bisa bernafas lega karena Garalnd tidak mengucapkan sesuatu seperti yang ada di pikirannya. "Pernah," jawab Rio setelah menerawang. "Waktu belum lama di sekolah yang sekarang. Padahal Ayah tahu, kan, Rio gimana. Rio nggak bakal diam kalo ditindas gitu aja."

Terlihat, Ayahnya menghembuskan nafas dalam-dalam. "Dulu, Bunda pernah jadi korban bully."

"Serius?!" teriak cowok berikat kepala itu tanpa sadar.

"Jangan kenceng-kenceng nanti adik kamu bangun."

"Pantesan aja." Rio menjeda kalimatnya, menatap sang Ayah dengan tatapan serius. "Bunda punya trauma, Yah?"

"Mungkin," sahut Geralnd sedikit ragu-ragu.

***

Seperti biasa, Luna menyeruput milk shake cokatnya dengan semangat. Akhir-akhir ini milk shake tidak memanjakan lidahnya karena Luna yang hanya punya bersediaan cola di rumah dan mendadak malas ke luar rumah hanya untuk mendapat minuman kesukaannya tersebut.

Sesekali, mulutnya sibuk mengunyah siomay Bu Sa yang tak kalah enak dengan milk shake coklatnya.

"Lo nggak ikut ekskul apa gitu, Ri?" tanya Bejo buka suara dengan mulut penuh.

Kali ini, Rio dan Luna tidak kebagian tempat duduk. Jadi mau tak mau mereka harus bergabung dengan Dove dan Bejo di pojokkan.

"Enggak."

 BLUE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang