7. volunteering

Mulai dari awal
                                    

Bukannya takut, Ryujin semakin keras tertawa. Tawanya menular, membuat Jaemin juga ikut tertawa. Muka Renjun kian masam, dia sedang marah namun malah ditertawakan oleh dua orang di hadapannya.

"Lanjut aja lagi ketawanya, enggak aku lulusin kalian," ancam Renjun.

Tawa Jaemin dan Ryujin berangsur berkurang. Masih saja cekikikan. Cuma ditahan agar si Renjun tidak tambah murka.

"Dokter ngancamnya gitu banget sih. Enggak seru," ucap Ryunjin, lebih berani mencari celah saat berbicara dengan pembimbing yang ia plintir tangannya kemarin.

"Emang gitu Jin. Untung enggak dibarengi umpatan, lebih serem soalnya," seru Jaemin.

Renjun langsung saja memiting leher Jaemin dengan lengannya, membuat sahabatnya terbatuk.

"Anjing! Ya enggak gini juga Jun," pekik Jaemin sembari memukul lengan Renjun yang melingkar erat di lehernya.

"Ryujin, kamu lapor aja ke Jungeun-noona dan Sihyeon-noona soal Jisung. Jungeun-noona suruh pulang, bilang aku yang nyuruh. Sihyeon-noona suruh terima pasien. Buat visite, suruh Heejin hubungin Lee Seyoung-uisanim. Harusnya Lee-uisanim sudah balik dari US, jadi bisa mimpin visite hari ini. Aku mau bikin perhitungan dulu sama ini orang," titah Renjun.

"Baik dok."

Ryujin berdiri dan membungkukan badannya. Setelahnya wanita itu beranjak, tidak mempedulikan Jaemin yang menatapnya memelas meminta pertolongan untuk dilepas dari pitingan Renjun. Bukan tidak peduli sih, tapi lebih ke tidak ingin ikut campur dengan urusan dua pria itu.

Setelah Ryujin hilang dari pandangan, barulah Renjun melepas pitingannya dari leher Jaemin. Jaemin terbatuk akibat perlakuan Renjun padanya.

"Bangsat kamu Jun!" teriak Jaemin setelah berhasil melewati fase terbatuk akibat pitingan Renjun yang tidak manusiawi.

Renjun sendiri tak membalas. Pria itu mengacak rambutnya kasar sembari mendudukkan tubuhnya di samping Jaemin, tempat yang sebelumnya diduduki oleh Ryujin.

Tangan Renjun merogoh saku kanan bawah jas dokternya, mengeluarkan sekotak rokok dan pemantiknya dari dalam sana.

Niatnya menghilangkan penat dengan menghisap satu atau dua batang rokok sebelum kembali bekerja. Namun Jaemin cepat sadar dan tanggap mengambil kotak rokok dan pemantik dari tangan Renjun saat pria itu hendak membuka kotak rokok.

"Jaem...," protes Renjun saat barangnya diambil.

"First of all, we are in a holy hospital Hwang Renjun!" pekik Jaemin, seakan memperingati Renjun kalau merokok di area rumah sakit adalah tindakan hukum kelas berat.

Merokok di rumah sakit itu memang dilarang, ada landasan hukumnya. Siapapun yang melanggar, maka harus siap membayar denda dan berakhir dibalik jeruji besi.

Untung saja mereka duduk di bagian tengah taman yang jauh dari jangkauan cctv. Kalau tidak, Renjun pasti akan dipanggil oleh jajaran pemimpin rumah sakit untuk mengikuti diciplinary hearing  karena secara 'sengaja' berusaha melanggar aturan rumah sakit.

"Kedua, kamu tuh udah lama berhenti. Ngapain masih nyimpen beginian," omel Jaemin sembari memasukkannya ke dalam saku jasnya.

verrückt | renryu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang