satu : Bos Sarah

3.4K 206 7
                                    

Waktu baru menunjukan pukul tujuh pagi saat beberapa kali unit apartemennya diketuk brutal dari luar. Tara menghela napas kasar, membiarkan hal itu terjadi. Siapa lagi yang berani mengetuk rumah orang seperti itu selain tetangganya?

Suara pintu terbuka tak mengalihkan atensinya dari ponsel. "Kayaknya gue harus ganti password, deh," gumamnya.

"Jahat banget sih, gue udah ketuk pintu daritadi, lho," gerutunya yang kemudian ikut bergabung dengan Tara di meja makan.

"Raka! Itu susu gue!"

"Minta dikit," katanya seraya menenggak segelas susu cokelat hingga sisa setengah.

Tara mendengus. "Ini masih pagi buat lo bertamu ke rumah tetangga."

"Gue kelaparan. Semalem gak sempet makan dan baru sadar makanan di rumah gak ada," jelasnya. "Numpang makan, ya."

Tanpa minta persetujuan sang tuan rumah, Raka menaruh dua lembar roti di piringnya, lalu mengolesinya dengan selai kacang. Hal yang sudah tak aneh bagi Tara.

"Kenapa gak sarapan di kedai?"

"Males. Sampai sana pasti langsung sibuk." Raka kembali mengolesi selai di atas roti polos. "Susunya gue abisin, ya."

Tara beranjak menuju pantri, kembali membuat susu untuknya. "Lo kan gak kere, bisa beli di jalan."

"Kelihatan banget deh, gak mau gue numpang sarapan di sini," gerutu Raka.

"Emang."

"Dasar ibu tiri," desis raka.

"Sabtu ada acara gak?"

"Kenapa? Mau ngajak kencan lo?"

"Dih, ge-er lo."

Raka menelan roti di mulutnya sebelum kembali bicara. "Ngapain lagi coba? Segala nanya jadwal gue lagi. Gue 'kan orang sibuk."

Tara memutar matanya dengan malas. "Anter gue beli kado buat Ahza."

Raka baru saja akan merespon, namun ponsel Tara sudah berdering nyaring. Membuatnya melirik siapa yang pagi-pagi begini sudah menelepon. Mengganggu waktu sarapan saja.

"Halo, Mbak?"

"Ya ampun, Tara! Kenapa WhastApp gue gak dibales, sih? Bu Susilo nanyain baju kemarin, tahu!"

Tara meringis. "Sori, Mbak. Tadi lagi bikin sarapan. Bajunya aman kok, udah beres. Tinggal dibawa aja ke butik."

"Ya udah buruan, ke sini."

"Sarapan dulu sebentar, Mbak."

"Jangan lama. Bu Susilo mau ambil jam sembilan nanti."

Tara melihat sambungan telepon yang sudah terputus. Ia menarik napas kasar.

"Siapa? Bos lo?" tanya Raka dengan tatapan menyipit.

Tara bergumam malas, memilih  menghabiskan sarapannya dengan cepat.

"Gue bilang juga resign aja. Jam masuk lo kan masih jam sembilan, itu cewek emang bener-bener minta dibasoka, deh!" ucap Raka sebal. "Gue bisa masukin lo ke kedai gue, Tar," usul Raka yang entah sudah ke-berapa kalinya.

"Gue ini designer, Ka. Bukan bakers," jelas Tara.

"Tapi lo bisa bikin kue." Raka membantah.

"Itu cuma hobi," tambah Tara. "Kita udah bahas ini berkali-kali. Gue buru-buru, kalau udah beres langsung cuci bekasnya."

TARAKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang