tiga puluh delapan : malam yang kelam

1.1K 123 7
                                    

Minggu liburnya ia habiskan merenung di apartemen sendirian. Semua terlalu tiba-tiba. Pesan Kiera pun belum ia balas sampai saat ini. Namun, rutinitas paginya tetap berjalan sebagaimana mestinya. Sibuk dengan desain klien, menjahit, mendengarkan curhatan Silvia mengenai anaknya. Seperti biasa, Tara hanya menjadi pendengar, sesekali menyahut jika ditanya pendapat. Makan siang di butik bersama teman-temannya, dan membicarakan banyak hal. Begitu terus selama tiga hari ini.

Kabar tentang Errash masih belum surut, banyak berita simpang siur yang bertebaran di media, namun, keluarga Winata seolah tutup mata mengenai itu semua. Raka pun masih terus menghubunginya, yang tentu saja tidak pernah Tara respon. Kegilaan pria itu seolah tidak menemukan ujung.

Tara tidak mau mengurusi hal itu, ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya. Gaun untuk pertunangan Karina sedang dipasangi payet oleh Amiya dan ia yakin, besok siang sudah bisa diantar ke kediaman Karina di Bogor.

Perihal Vian, pria itu mengajaknya makan malam hari ini. Tara akan meminta maaf secara langsung karena membatalkan janji temu mereka. Mereka akan bertemu di All Is Ten. Tara menolak tawaran Vian yang akan menjemputnya karena jarak dari rumah sakit dengan butik Sarah lumayan jauh, dan itu akan memakan waktu yang lama. 

Namun, malam ini Tara harus lembur demi menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat sebelum ia cuti. Sehingga pukul tujuh malam ia baru bisa meregangkan otot-otot tangannya. 

Sembari merapihkan pekerjaannya, Tara mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan adiknya melalui ponsel. "Iya, Za. Nanti kak Tara bawain, ya."

"Beneran?! Asyik!" Bocah itu tersenyum kegirangan hingga menampilkan giginya yang ompong."Kak Tara baik banget, deh, mau beliin Ahza robot lego!"

Tara menatap layar ponselnya, kemudian ikut tersenyum. "Tapi Ahza jangan nakal ya, jangan bikin papa dan mamanya marah terus."

Ahza mengangguk. "Ahza sekarang bisa naik sepeda sendiri, lho! Soalnya papa udah gak kuat kalau dorong-dorong sepeda. Kemarin sempet masuk rumah sakit lagi."

"Tapi sekarang papa sehat, kan?"

"Iya. Abis minum obat tadi."

Tara menghela napas lega. "Kakak tutup dulu teleponnya ya? Mau pulang dulu."

"Oke! Kakak jangan sakit, ya, biar bisa ketemu sama Ahza!"

Setelah menutup sambungan telepon, Tara bergegas keluar dari ruangannya. semua lampu sudah mati, termasuk di lantai bawah. Memang hanya dirinya yang masih bertahan. Setelah mengunci pintu utama butik dan menutup pagarnya, Tara mencoba mencari ojek online melalui ponselnya. biasanya jam-jam sudah pulang kerja begini banyak driver yang kosong. 

Dan benar. Ada driver yang mengambil orderannya. Sembari menunggu, Tara membalas pesan Karina yang bertanya kabarnya. Mungkin Raka memberitahu teman-temannya perihal pertengkaran mereka, dan Karina mengetahuinya dari Nando.

Karina Azalea : Kalau ada apa-qpa ceritaaa. Jangan disimpen sendirian, ya?

Karina Azalea : Emang yang namanya Raka pasti kek anjing.

Tara Givanka : Nanti gue cerita, ya.

Karina Azalea : 🤗🤗

Kemudian satu pesan masuk dari Vian.

Mas Vian : Tar, kamu udah sampai?

Tara Givanka : Belum mas. Masih nunggu ojol.

Mas Vian : Makan malamnya lain kali aja, ya? Saya ada urusan mendadak.

Tara Givanka : Iya, mas gak pa-pa.

TARAKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang