enam puluh tujuh : Rutinitas Baru

972 112 6
                                    

Hari ini adalah hari peresmian Raka sebagai CEO baru di DirgasiTeam. Pria itu tersenyum pada Tara yang kini memakaikan dasi pada kerah kemejanya yang sudah dipilih oleh wanita itu. "Gue beneran udah ganteng kan?" tanya-nya. Lagi.

Tara menghela napas, kemudian mengangguk. "Kalau sampai lo nanya ini untuk yang kelima kalinya, mending gak usah datang sekalian."

"Dih?"

"Yang penting lo berwibawa. Punya aura yang kuat."

"Gitu, ya?" tanyanya yang langsung mendapati gumaman dari Tara. Raka memeluk pinggang Tara. "Morning kiss?"

Tara mengecup bibir suaminya. "Semoga lancar."

Raka sempat tertegun untuk beberapa saat karena Tara memulainya lebih dulu. "Lagi."

"Apanya?" Tara menepuk bahu Raka beberapa kali. "Selesai."

"Cium lagi."

Dan Tara menurutinya. Kali ini tidak hanya sekadar kecupan. Sebelum wanita itu memundurkan wajahnya, Raka lebih dulu menyesap bibir bawah istrinya, memagutnya pelan dan lidahnya mulai masuk ke dalam rongga mulut Tara, membelitkan lidah mereka. Ia meremas pinggang Tara, mengusapnya pelan. 

Tara melepasnya sebelum tangan Raka bergerak lebih jauh ke dalam baju longgarnya. "Ada mami," bisiknya.

Raka terkekeh. "Thank you, Tar."

Mereka memutuskan untuk bergabung di meja makan bersama Kiera dan Sabrina sebelum terlambat ke kantor.

"Gue mau sandwitch aja, Tar," ucap Raka.

Tara mengambil sepotong sandwitch lalu menyimpannya di piring Raka. "Mau gue bekalin opor ayamnya?"

"Boleh."

Kiera berdecak melihat interaksi anak dan menantunya. "Kalian kenapa, sih? Udah dikasih waktu tiga bulan untuk pendekatan lagi dan menikah udah satu Minggu, lho, bahasanya yang sopan, dong. Gue-gue..." Ia menggeleng. "Abin ngedengerin apa yang orang sekitarnya bicarakan. Jangan sampai dia kebingungan kenapa mamim sama papipnya begitu."

Tara dan Raka saling tatap, meringis bersamaan. "Maaf, Mi," ucap Tara.

Raka berdehem. "Belum terbiasa, Mi. Kalau di depan Abin kita panggilnya mamim-papip, kok."

"Nggak boleh lo-gue lho, ya! Biasakan pakai bahasa yang sopan. Tara juga, sama suami nggak boleh ngomong kasar ya, sayang."

Tara mengangguk. "Iya, Mi."

🍩

Mamim Abin :

Lama banget nungguin papip

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lama banget nungguin papip.

Pesan itu datang lima jam yang lalu saat Raka membeli kopi di kafe di seberang kantor. Ia tidak sempat membuka ponsel dan membalas pesan istrinya karena pekerjaan yang meminta fokusnya tidak pecah. Raka memutuskan untuk membacanya saja, dibalas pun percuma, sudah lewat terlalu lama. Raka memutuskan untuk merapihkan semua barang-barangnya dan bersiap pulang.

TARAKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang