sembilan : Desakan

1.3K 143 6
                                    

Tara mengernyit bingung saat Tisha duduk di ruang klien dengan pria asing. Tatapannya masih sibuk dengan ponsel, sementara Tisha melempar senyum padanya yang baru saja memasuki ruangan tiga kali empat meter itu.

Di sana mereka duduk di kursi dengan meja bundar yang di atasnya sudah ada buku berisi desain gaun pengantin milik butik Sarah dan tiga gelas minuman beserta dessert-nya. Tara yakin, Sarah tidak akan menyia-nyiakan klien yang satu ini mengingat saat semalam ia membahas Tisha, bosnya itu sangat antusias karena Tisha jelas punya nama baik di kalangan sosialita dengan keluarga yang baik pula.

Ia masih ingat ucapan Sarah semalam, "Tolong spesialin temen lo ini ya, Tar, kalau dia puas, temen-temen dia bakal masuk ke kita."

Tara si biasa saja dan Tisha si luar biasa jelas punya circle pertemanan berbeda di luar sana. Semua terlihat jelas dari cara wanita itu duduk dan tersenyum ke arahnya saat Tara menghampiri mereka. Tampak elegan.

"Long time no see, Darling." Tisha memeluk Tara sekilas.

Tara terkekeh sembari membalas pelukannya. Ia duduk di kursi seberang, lalu menatap pria di samping Tisha yang tidak terusik sama sekali.

Atensi Tara tak teralihkan dari pria itu.

"Ini Mas gue, Tar, Mas Vian namanya. Pak Dewa masih sibuk, jadi gue ditemein sama mas Vian." Tisha menyenggol pria yang disebut mas itu. "Ini temen aku, Mas. Tara."

Tatapan mereka bertemu. Tara mengangguk. "Mas lo ini dokter yang nanganin gue, Tish."

"Maksudnya?"

"Dia pasien Mas yang waktu itu diceritain," jelas pria itu.

Tisha sontak tertawa. Sementara Tara tidak mengerti yang dimaksud dokternya.

"Lo tahu gak, Tar, Mas Vian ini telat ke acara perjodohan yang dibikin nyokap gara-gara nganter pasiennya pulang, katanya. Jelas aja nyokap gue gak percaya. Seumur-umur, gak ada sejarahnya dokter nganter pasiennya balik."

Tara terperangah.

"Pas gue tanya kenapa bisa nganterin, mas Vian bilang, lo kayak orang linglung sambil lihatin hape, dia gak tega lihatnya."

Pria itu benar. Saat itu Tara ragu akan mengabari Raka atau tidak, mengetahui dari pegawai Raka mengatakan Rissa sudah memboikot akses siapapun untuk menemui bosnya karena model cantik itu baru pulang dari Sumba dan tidak ingin diganggu siapapun. Bodohnya, ia menerima tawaran pulang dokter yang menanganinya siang tadi. Pikirnya, toh tidak mungkin dokter berlaku jahat padanya.

Tara meringis malu. "Sorry, deh, kalau gara-gara gue perjodohannya jadi batal."

Tisha menggeleng. "Justru bagus! Mas Vian gak suka sama ceweknya."

Vian mendengus. "Kita di sini mau bahas masalah saya atau pilih desain gaun?"

🍩

Raka melempar ponsel ke atas sofa, email dari klien yang masuk membuatnya naik pitam. "Lo harus bisa nolak. Kesepakatannya, saat maket sudah setengah jadi, tidak ada lagi perubahan dalam desain."

Pria itu mengambil ponsel yang tadi dilempar rekannya. "Dia punya privillage. Calon menantunya bos."

"Terus? Gue peduli?" Raka menatapnya sinis. "Gue juga punya privillage di sini."

"Emangnya gue gak tahu, lo lagi dalam masa percobaan sekarang? Pak Petra gak akan mandang lo sebagai keluarga." Ucapan Rio membuat Raka menegakan tubuhnya. "Gue share ke email lo, ikutin permintaan klien."

"Anjing," desisnya dengan tatapan menuju punggung Rio yang meninggalkan ruangannya.

Raka mengusap wajahnya, lalu membuka dua kancing teratas kemeja biru cerah yang melekat di tubuhnya, ia mendadak gerah. Apa katanya tadi? Calon menantunya bos?

Bangsat!

Raka yakin, Petra sengaja mengatasnamakan Budi untuk menguji kesabarannya.

"Siapa takut? Gue bakal buktiin kalau DirgarsiTeam bisa sukses ditangan gue." Tangannya mengepal kuat.

"Ngomong doang mah anak SD juga bisa."

Raka menoleh pada sepupunya yang bersidekap di ambang pintu. Warna hijau terang di bagian bawah rambut panjangnya yang bergelombang dan aksesoris di tubuhnya membuat wanita itu lebih cocok kerja di salon ketimbang firma arsitek. Itulah yang selalu ia gumamkan tiap kali melihat wanita itu.

"Ngapain lo? Gue sibuk." Raka beranjak dari sofa, kembali ke kursinya dan membuka surel yang masuk dari Rio.

Wanita itu melangkah masuk, duduk di kursi seberang meja kerja. "Gue mau lo bawa Rissa di acara tunangan nanti. Pestanya harus mewah, tapi jangan sampai dia ngambil spotlight gue."

"Setelah Budi bikin gue pusing, lo juga mau ikutan?" Raka menatap sepupunya dengan kesal.

Ia mengangkat bahu tak acuh. "Itu di luar kerjaan. Gue bilang gini sebagai keluarga. Lagian lo harus profesional dong, Budi minta ini-itu kan wajar, dia klien kita."

Raka mendecih. "Udah beres? Gue mau kerja."

"Oke." Ia mengangguk lalu beranjak dari kursi, melangkah keluar.

"Seila."

Wanita itu menoleh sebentar saat Raka memanggilnya.

"Gue gak akan mengenalkan Rissa."

Karena ia cucu Dirgantara yang tertua yang berjenis kelamin pria, maka mau tidak mau Raka yang akan menjadi pewaris DirgasiTeam. Masa percobaan yang Petra katakan hanya gertakan saja. Dan saat Rissa dikenalkan pada keluarga besar tentu itu semua bencana baginya.

Seila berbalik, menatap sepupunya dengan kernyitan jelas di dahi. "Gue gak ngerti."

Yah... Raka juga tidak minta dimengerti oleh siapapun. Ia mulai sibuk dengan pekerjaan, mengabaikan Seila yang jelas butuh penjelasan lebih.

"Ka?"

"Gue sibuk."

Langkah itu terdengar mendekat lagi. "Lo tahu, saham terbesar akan diberikan pada cucu laki-laki setelah resmi menikah. Waktunya sisa dua bulan lagi. Kalau lo gak berniat kenalin Rissa, sudah jelas putuskan dia dari sekarang."

Kemudian terdengar bantingan pintu.

Raka tahu, Seila yang dua tahun di atasnya jelas merasa kesal karena ia yang akan lebih dulu menikah, namun saham terbesar tetap diberikan pada pria brengsek bernama Azraka Tasena Dirgantara. Hidup memang tidak adil.

Helaan napas keluar dari mulutnya. Sepertinya ia harus menghubungi Nando sepulang kerja nanti. Mungkin temannya yang agak waras itu punya waktu untuknya yang sedang menimpa banyak beban di bahunya.

🍩

Happy saturday night!

Makasih banget yang udah nungguin kisah TARAKA yang updatenya lama banget kek proses pdkt sama doi wkwk.

Emang jauh banget sih bedanya sama TARAKA 1 yang seminggu bisa 3-5 kali update huhu. Selain tiap chapternya pendek, aku juga gak bisa update cepet karena sekarang donat bukan lagi anak sekolahan yang leha-leha maen hp😭😭

Tapiiii kalian tetep mau nunggu lagi kaaan? Iya kan?? Iya dong 😚😚😚


27/11/21
—Salam donat💜

TARAKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang