lima puluh delapan : Pacaran

946 110 7
                                    

Ada 18+ sedikit, yang belum cukup umur skip bagian itunya ya.




🍩


Tara baru saja merebahkan tubuhnya di tempat tidur saat suara bel unitnya berbunyi. Wanita itu memiliki pekerjaan yang cukup banyak bulan ini sehingga baru bisa pulang saat malam tiba. Dan ia baru saja akan terlelap kalau saja suara itu tidak mengganggunya.

Raka pun kembali terbiasa menjemput Sabrina di daycare sendirian dan membiarkan Tara pulang dengan kendaraan umum karena setelah memandikan Sabrina dan memberi balita itu makan malam, ia pun kembali berkutat dengan pekerjaannya. Mereka benar-benar sibuk seperti yang dikatakan Raka sebagai alasan penunda pernikahannya dengan Tara pada Dirga tempo hari.

Tara melangkahkan kakinya menuju pintu, membukanya dengan malas. Raka dengan kaus putih polos dan celana tidur berdiri di depannya sembari menggendong Sabrina yang tersenyum padanya. Pria itu tersenyum lebar tanpa bersalah telah menganggu waktu istirahat Tara.

"Halo, Mamim?" sapanya.

"Hai." Tara mengerjap. Ia membuka pintu lebih lebar, kemudian mempersilakan Raka masuk. "Gue baru pulang."

"I see." Raka duduk di sofa dan mendudukkan Sabrina di sebelahnya. "Klien baru?"

Tara menggeleng. Ia membuka kulkas dan mengambil sebotol air dari sana, lalu menuangkannya ke dalam gelas. "Kenalan keluarganya Tante Nilam. Mereka datang ke butik pas keluarga Tisha selesai gue kasih desain gaun bridesmaid," jelasnya yang kemudian duduk di atas stool bar.

Raka mengangguk. "Mulai musim nikahan, ya?"

Tara tersedak. "Apa sih bahasa lo!"

"Lho, emang benar kan?"

"Iya, deh." Tara memutar matanya dengan malas.

"Gue sama Abin ganggu, ya?" tanya Raka melihat Tara tidak nyaman di tempatnya.

"Nggak. Gue cuma kegerahan aja. Mandi dulu, ya?" katanya.

Raka mengangguk. "Gue tunggu di sini. Ada yang mau gue bicarain."

Tara langsung beranjak menuju kamar mandi setelah mendapat persetujuan Raka. Jujur saja hari ini ia sangat lelah. Ia sudah hampir menyelesaikan pekerjaannya untuk dua klien keluarga pejabat, namun beberapa yang lainnya belum, sementara batas waktunya sudah di depan mata. Raka juga sedang menangani dua proyek berbeda, itu mengharuskannya membagi fokus antara proyek satu dengan yang lain, dan membagi waktunya untuk Sabrina.

Sementara menunggu Tara selesai dengan urusannya di kamar mandi, Raka memainkan rambut Sabrina dengan gemas. Rambut balita itu sudah mulai tumbuh lebat karena tiap pagi dan sore dikeramasi. Lucu juga melihat dirinya yang sekarang. Raka yang dulu hobi clubbing bersama Rissa dan Baskara, kini memutuskan untuk memiliki anak dan kembali pada Tara.

Dalam kurun waktu tiga bulan, semua hidupnya berubah. Jika dulu Raka melampiaskan rasa lelahnya dari pekerjaan dengan mengajak Rissa bertemu, kali ini ia punya dua wanita yang akan hidup dengannya selamanya. Hanya dengan melihat senyum mereka saja membuat Raka merasa bebannya terasa ringan.

"Bin, kamu kangen mamim nggak?" tanya Raka pada Sabrina.

Balita itu menoleh, lalu membuang dotnya. Ia merangkak naik ke atas tubuh Raka. "Mamim!"

"Sayang mamim?"

Sabrina mengangguk.

"Kangen mamim?"

"Hm!"

Raka membawa Sabrina ke pelukannya. "Kesayangan papip sama mamim harus jadi anak yang pintar, ya?"

TARAKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang