dua puluh delapan : Celah

1.1K 127 10
                                    

"Tara udah pulang dari pagi, Tante?" Raka menghentikan laju mobinya di pinggir jalan setelah mendapat jawaban di seberang telepon. "Beneran dianter sama supir sampai stasiun?"

"Iya, Ka. Emang Tara nggak bilang sama kamu?" tanya Eva.

Sejak semalam Tara tidak membalas pesannya. Wanita itu juga menolak saat ia mengajaknya pulang ke Bogor bersama.

"Nggak, Tan," jujurnya. "Kalau gitu Raka langsung berangkat, ya. Makasih, Tante."

Ada yang aneh dengan sikap wanita itu dan Raka jelas sadar. Seminggu berlalu, ia pikir mungkin Tara sedang sibuk dengan pekerjaannya, namun, melihat Tara bisa pulang tenggo dan beberapa kali tak sengaja melihatnya pergi bersama Vian membuat Raka bertanya-tanya, salah apa dirinya?

Ia menghela napas kasar. Tara pernah tidak mau bertemu dengannya saat Genta baru saja menjadi pacar wanita itu tahun lalu dan Raka yang mengaku-ngaku sebagai calon suaminya. Saat itu ia memang berlebihan karena impresi pertamanya dengan Genta tidak berlangsung baik. Tapi kali ini... rasa-rasanya ia tidak melakukan kesalahan.

Nggak mungkin kan dia cemburu sama Luna?

Lamunannya buyar saat akan memasuki tol, ia menyalakan lagu di playlist-nya untuk mengusir kebosanan.

When you try your best, but you don't succeed
When you get what you want, but not what you need

"When you feel so tired, but you can't sleep. Stuck in reverse." Raka mengikuti irama lagu. Ini adalah lagu favorit Tara. "Emang anaknya galau mulu," gumamnya.

And the tears come streaming down your face
When you lose something you can't replace
When you love someone, but it goes to waste
Could it be worse?

Lights will guide you home
And ignite your bones

"And I will try to fix you—apaan, sih?" Raka berdecak saat lagu terhenti karena ponselnya berdering.

Rissa's calling

"Halo, Baby, how are u?" sapa Raka dengan santai.

"Kamu di mana? Aku ke apartemen kamu kosong," tanya Rissa tanpa menjawab sapaan tersebut.

"Di Bogor. Besok aja ketemu di tempat biasa."

"Kamu... udah nggak marah?"

Dipikir-pikir, ini semua salahnya. Rissa jelas berharap hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius setelah Raka berjanji pada keluarganya.

Makanya, be gentle, Ka! "Nggak. Besok kita ketemu pas makan siang. Kamu free kan?"

"Iya. Ya udah aku pulang, ya?"

"Okay. See u, Baby." Raka mematikan sambungan telepon. Ia harus segera memutuskan hubungannya dengan Rissa karena bagaimana pun juga ia mencintai keluarganya dengan amat besar. Dan tidak seharusnya Rissa menjadi korban keegoisan maminya.

🍩

"Lho, aku kira om Vian datang sama kak Alistin," ujar seorang gadis belia yang membukakan pintu utama keluarga Baskara. Ia tampak menilai Tara dari atas hingga bawah.

Ditatap seperti itu membuat Tara kikuk.

"Kenalin, tante Tara, temennya tante Tisha." Vian merangkul bahu Tara dengan spontan, membuat gadis di depannya tak bisa menyembunyikan raut kagetnya.

"Halo. Tara," ia berinisiatif mengenalkan diri.

"Oh, hai Tante. Aku Rifa. Ayo, masuk. Oma sama opa lagi di kebun," balasnya. "Tante Tisha masih di tempat WO. Katanya ada masalah gitu, gak tahu deh, gak ngerti."

TARAKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang