enam puluh delapan : Kabar

744 119 11
                                    

[Kesayangan Abin]

Raka Tasena : Seminggu kemarin gue merasa bersalah banget sama Tara.

Raka Tasena : Gue nggak pernah ngobrol intens sama dia karena tiap hari pulang tengah malam pas dia udah tidur.

Raka Tasena : Pas ultah gue kemarin juga kayaknya dia maunya kita jalan bertiga tapi ada acara di rumah kakek.

Raka Tasena : Dan hari ini, Abin ulang tahun tapi gue bakal pulang tengah malam lagi. Tadi pagi juga nggak sempat bilang apapun.

Raka Tasena : Gue harus apa?

Arnando Kusuma : Kasih hadiah.

Raka Tasena : Apa yang berkesan?

Septian : Papa baru.

Raka Tasena : Monyet.

AH Jaffar : WKAKAKAK.

Arnando Kusuma : Ide bagus.

Raka Tasena : Serius dulu ya, anj.

AH Jaffar : Lo kirim kue sama mainan ke rumah. Terus kasih notes minta maaf karena ga bisa rayain bareng.

Raka Tasena : Oke. Thanks, Jaf.

Arnando Kusuma : Jangan lupa.

Raka Tasena : Apa?

Septian : Papa baru.

Raka Tasena : Lagi di mana lo Septian?

Septian : Di kantor. Ngapa?

Raka Tasena : Mau gue kirimin bom nuklir.

Arnando Kusuma : NGERI. WKWK.

Raka melempar ponselnya ke atas meja, lalu menghela napas kasar. Pagi tadi Tara tidak mengucapkan apapun dan berbicara seperlunya. Tapi Raka tahu wanita itu sengaja tidak membahas ulang tahun Abin.

Tangannya meraih telepon kantor, memanggil sekretarisnya yang berada tepat di depan ruangannya. "Kalia, masuk ke ruangan saya sekarang."

Wanita berpenampilan modis masuk ke ruangannya setelah mengetuk pintu beberapa kali. Kaki jenjangnya yang dilapisi celana bahan panjang itu terlihat cantik dibarengi dengan hentakan heels yang menggema ke seisi ruangan. Ia sedikit menunduk pada Raka, lalu tersenyum ramah. "Ada yang bisa saya bantu, pak?"

Raka mengetukan jarinya di atas meja, masih memandang komputernya dengan gamang. "Pesankan saya kue ulang tahun untuk anak perempuan yang lucu, sama hadiahnya mainan barbie dress up yang komplit. Kirim semuanya ke alamat rumah saya."

"Buat siapa, pak?"

"Kamu masih nanya buat siapa?" tanya Raka dengan gelengan pelan. "Tentu saja buat—" ucapannya terhenti di kerongkongan mengingat tidak ada yang tahu kalau ia telah memiliki anak.

"Buat?"

Pria itu berdehem pelan. "Buat istri saya."

"Bu Tara main barbie dress up juga ya, pak?"

"Kaliani Safa, jangan sampai saya harus marah-marah dulu agar kamu bisa mengerjakan perintah saya," ucap Raka.

Kalia mengangguk patuh. "Maaf, pak."

Raka menggerakkan tangannya menyuruh Kalia keluar dari ruangannya. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tadi tertunda.

"Sebentar pak... ini kuenya terserah saya mau kayak gimana, yang penting lucu?"

TARAKA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang