#25 - Permintaan Terakhir (1)

1.2K 235 25
                                    


Vivi berjalan terseok-seok meninggalkan ruang rawat intensif. Sambil berpegangan tembok, ia berusaha menata pikiran. Informasi yang diterima dari Ibunda Dimas ditambah kondisi Dimas yang tengah berjuang hidup menjejali kepalanya. Telinganya seakan-akan tak berfungsi. Ia bahkan tak mendengar teriakan Tante Dinar yang memerintahkannya untuk kembali.

Setibanya di dekat pintu masuk rumah sakit, Vivi menyandarkan tubuhnya sebentar pada dinding. Selain karena lelah, dia juga hendak memberikan ruangan bagi dua orang ners yang tengah mendorong keranda jenazah. Di belakangnya, empat orang dewasa serta dua orang remaja mengikuti sambil terisak-isak. Setelah iring-iringan itu pergi, ia kembali melangkah dengan lunglai.

Di saat yang sama, seorang lelaki bersetelan hitam berjalan lambat dari arah berbeda. Bahu keduanya bersentuhan ketika keduanya melewati pintu. Vivi yang hilang keseimbangan sempat hampir tersungkur, beruntung si lelaki berhasil menangkap lengannya. Selama beberapa saat, si lelaki merasa jika dunia berubah menjadi ruang hampa. Seketika di sekelilingnya muncul ratusan layar usang yang menampilkan potongan-potongan kejadian yang tak ia tahu dari mana asalnya. Pada salah satu layar, ia menyaksikan seorang raja lalim tengah membantai ratusan kawula; tua, muda, lelaki, wanita, tak ada yang luput dari kekejiannya. Tangis serta ratapan para pesakitan yang tengah menunggu ajal sepertinya tak mampu menggetarkan nuraninya.

Di lain sisi, Vivi meringis merasakan genggaman kuat si lelaki. "Lepasin!" serunya sambil menyentak tangannya. Genggaman itu akhirnya terlepas, menyisakan bekas cengkeraman berwarna merah terang, sangat kontras dengan kulitnya yang kuning langsat. Tanpa berterima kasih Vivi pergi meninggalkan lelaki itu. Ia bahkan tak sempat melihat dengan jelas wajahnya. Peduli setan! Sekarang yang ia inginkan hanyalah tidur sampai pagi.

Lelaki itu menatap bahu sempit Vivi yang mulai menjauh dengan pandangan merana. Dahinya berkerut. Bibirnya yang terkatup rapat bergetar, seolah-olah ia hendak memuntahkan jutaan kata tapi tertahan oleh sesuatu yang tak kasatmata.

Ia menatap telapak tangannya yang gemetar. Rasa hangat kulit gadis itu masih tersisa di permukaan kulitnya. 

Apa yang semesta tengah rencanakan kepadanya? Mengapa ia selalu bisa bertemu dengan gadis itu di tempat dan waktu yang sangat tak terduga? Mungkinkah pertemuan mereka bukan kebetulan semata? Mengapa tiap kali bertemu dengan gadis itu, perasaan bersalah dan berdosa selalu mendera batinnya? Siapa sebenarnya gadis itu?

Lelaki itu terdiam dan baru ingat dengan kabar burung yang pernah mampir di telinganya sekian tahun lalu; bahwa, jika Pesuruh Hyang Yama menyentuh seseorang yang sangat berarti di kehidupannya yang lalu, maka memori di masa hidupnya itu akan kembali. Lalu ... apakah ... apakah potongan-potongan kejadian yang baru saja terputar adalah gambaran masa lalunya? 

Mungkinkah ... mungkinkah gadis itu adalah bagian dari masa lalunya?

Tidak. Itu tidak mungkin! Jika benar begitu, gadis itu pastilah salah satu orang yang pernah dibantai olehnya?

Si lelaki jatuh berlutut dan tersengguk-sengguk. Di kepalanya, ratapan dan teriakan orang-orang itu kembali. Wajah-wajah pesakitan yang meminta belas kasih mengoyak kewarasannya. Mayat-mayat bergelimpangan. Genangan darah berbau anyir mengalir bagai air bah. Lelaki itu pun bangkit lalu berlari sekuat tenaga demi menghindari lautan darah yang seakan hendak menenggelamkannya.

"Aku, Sri Srenggalencana, mulai hari ini, akulah yang akan menggantikan kakakku Sri Kamesywara. Demi jagad dewata, aku akan membawa kejayaan Panjalu kembali. Siapapun yang melawan, aku tak akan segan-segan untuk menghabisi."

Lelaki itu akhirnya berhenti setelah mendengar sumpah yang diucapkan seseorang. Ketika ia berbalik, di belakangnya berdiri seorang lelaki dengan pakaian kebesaran khas raja dan mahkota emas yang menjulang. Tremor mendadak menyerang tubuh. Si lelaki memandang wajah sang raja tanpa berkedip. 

Ketika Cahaya Rembulan Mengecup LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang