#37 - Mimpi Panjang (5)

338 76 2
                                    

Sepeninggal Dharmaja, Angreni tak juga bisa memejamkan mata barang sebentar. Pikirannya berkecamuk. Batinnya tak tenang. Apakah perlakukannya tadi pada Dharmaja salah? Apa dia sudah keterlaluan dan melewati batas? Ia hanya butuh kejelasan.

Angreni terkesiap ketika mendengar derap langkah cepat dari luar kamar. Ia memfokuskan telinga. Mungkin ada beberapa pemuda yang tengah sibuk melakukan sesuatu. Kala kakinya baru saja menyentuh lantai, ia langsung membuang jauh-jauh pikiran untuk memeriksa. Mengingat sudah dua kali ia jatuh di lubang yang sama, oh, ia sungguh tak ingin lagi tertimpa musibah.

Pada akhirnya Angreni kembali mencoba menyamankan dirinya di atas dipan sambil membayangkan hal-hal baik yang pernah terjadi di hidupnya untuk bisa tertidur. Kebiasaan ini diajarkan ibunya dulu. Seketika melodi yang sering Dharmaja dendangkan terbayang. Ia lantas tertawa. Suara Dharmaja sejujurnya tak semerdu penyanyi di padepokan ini, tapi nyanyiannya selalu bisa membantu mengendurkan otot-otot yang tegang di tubuhnya. Kepalanya pun jauh lebih ringan dan dirinya jadi lebih cepat mengantuk. Tanpa sadar ia ikut bernyanyi. Seperti sihir, perlahan ia nyaris masuk ke alam mimpi sebelum suara ribut dari luar mengagetkannya.

"Rahadyan Rawisrengga dihajar habis-habisa oleh Rahadyan Nilaprabangsa."

"Ki Nawarsa bahkan tak bisa menghentikannya!"

Dua suara pemuda berbeda yang dibarengi dengan langkah kaki tergesa-gesa perlahan mengecil. Angreni tak dapat berpikir jernih saat dua nama itu disebut. Tergopoh-gopoh ia turun dari dipan lalu berlari menuju pintu.

Kala pintu kamar terbuka, sosok Suwing dengan napas sedikit memburu, tangan terangkat dan siap untuk mengetuk, mengejutkannya.

"Raka, apa yang sedang terjadi? Apa benar—"

Suwing menggeleng dengan cepat. Sebagai ganti jawaban, pemuda itu menarik tangan Angreni sebagai tanda agar Angreni mengikutinya. Ia tak bisa menjelaskan lebih lanjut, jadi biar Angreni yang menyaksikan sendiri.

Belum sempat Angreni bereaksi, ia sudah lebih dulu dibawa Suwing menuju kamar Rawisrengga. Dari kejauhan ia bisa melihat seluruh isi padepokan berkerumun di depan kamar. Murid-murid perempuan memekik panik di bagian belakang, sementara para pemuda di depan telah mengambil ancang-ancang, meski tak ada satu pun yang berani mendekat. Suwing kemudian menyibak kerumunan itu guna memberikan jalan untuknya. Angreni pun bersusah payah untuk mengejar. Beberapa murid yang menyadari keberadaan Angreni mempersilakannya lewat.

Setibanya di ujung kerumunan, Angreni mendadak menahan napas. Matanya membelalak menyaksikan Dharmaja menghajar Rawisrengga tanpa ampun. Sekujur wajah Rawisrengga berlumuran darah, tetapi tampak tak berniat untuk membela diri apalagi membalas. Pemuda itu masih sadar sepenuhnya. Namun, tubuhnya yang tergeletak seakan-akan tak bernyawa. Tangannya terkulai lemah di atas tanah. Di dekat mereka, Angreni menemukan Unengan, yang tengah dipeluk dan ditenangkan istri pama Nawarsa, menangis sambil menjerit-jeritkan kata berhenti. Sementara itu, di depan, paman Nawarsa berdiri menamengi keduanya.

Angreni dengan geram bergegas mendatangi paman Nawarsa. "Apa yang terjadi? Kenapa Paman diam saja melihat pertengkaran ini? Apa paman sudah gila? Raka Rawisrengga bisa mati!"

Suwing menyentuh bahu Angreni sebagai teguran untuk berlaku sopan di hadapan pemilik padepokan, tetapi Angreni tak peduli. Darahnya terlanjur mendidih.

Paman Nawarsa menggeleng pelan. Angreni tadinya hendak berteriak memerintahkannya untuk melerai. Namun, ia terkejut karena baru menyadari sudut bibir paman Nawarsa sobek dan terdapat beberapa luka lebam baru di wajahnya.

"Rahadyan Rawisrengga memerintahkanku untuk tak mengganggu. Jadi, aku mohon padamu Angreni, jangan mendekat. Biarkan mereka menyelesaikan masalah yang terjadi di antara mereka terlebih dulu," perintah paman Nawarsa dengan tangan terkepal. Wajahnya tetap tenang, walaupun dari sorot matanya kekhawatiran beserta kekecewaan tampak dengan sangat jelas.

Ketika Cahaya Rembulan Mengecup LautanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang