73. End

18K 412 11
                                    

Aku tidak merencanakan untuk mencintaimu,
Tapi aku bahagia bisa memilikimu.

Sakilla Aurellia Brastella

*****

Pagi kali ini membuat seorang Sakilla terbangun begitu awal nan bahagia. Tidak seperti biasanya, yang selalu bangun lebih siang.

"Morning bu," sapanya melihat Ibunya sudah memasak didapur menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya.

Siska menatap putrinya aneh, "Tumben-tumbenan kamu udah bangun? mimpi buruk?"

Killa menggeleng, "Enggak kok, mood Killa lagi  bagus so this way."

"Pasti karena mau dinner with keluarganya Ragilkan?" goda Siska mampu membuat putrinya malu.

"Mom, you are not funny," ujar Killa kesal sendiri.

*****

Ragil sudah tiba disekitar rumah Killa, dia sengaja memakirkan motornya jauh dari gerbang karena takut akan dimarahi oleh anak pertama dari keluarga Brastella.

Killa keluar dari gerbang, mencari sosok Ragil. Ragil mengangkat tangannya, "Hai!"

"What? kok jauh banget sih?" tanyanya pada diri sendiri.

"Sini," suruh Killa supaya Ragil mendekat.

Killa terkekeh sendiri dengan tingkah Ragil, seorang Ragil yang notabininya selalu siap dan berani menghadapi apapun namun hanya dengan bang Imja dia begitu takut.

"Cepet sini!" ujar Killa dengan keras.

Begitu Ragil sampai didepan Killa, dirinya dibuat terkejut dengan kedatangan Bang Imja.

Imja mengangguk-anggukan kepala, "Jadi ini cowok pengecut yang gak berani minta izin buat nganterin adik saya kesekolah," ujarnya menyindir Ragil.

Ragil turun dari motor ninjanya, "Maaf bang, saya... tidak maksud seperti itu. Hanya saja..."

Imja tertawa lalu menepuk pundak Ragil, "Santai aja kali, gak usah takut kaya gitu. Lagian saya cuma mengetes kamu," ujarnya membuat Ragil terkejut dengan ucapannya.

Killa juga ikut tertawa melihat wajah Ragil yang sok terkejut itu.

"Mau sampai kapan berdiri disini? udah mau jam tujuh nih," ujar Imja mengingatkan dua anak Sma yang ada didepannya.

"Hai!" teriak Killa tepat dikuping Ragil.

Ragil tersadar.

"Kenapa? kaget ya pasti?" Killa sambil senyum sendiri.

Imja juga ikut tertawa melihat reaksi berlebihan dari Ragil, "Biasa aja Gil," sambil menepuk pundaknya.

"Ah.. oh iya," jawab Ragil terbata-bata.

"Bingung ya, kenapa abang aku tiba-tiba gini?" tutur Killa mencoba membuat Ragil menanyakan kenapa.

Imja mengacak rambut adiknya, "Kalo anak ini gak ngeluarin jurus ngambeknya sama kata-kata sepanjang rel kereta api, gak mungkin abang jadi gini."

"Ih... abang, ah," kesal Killa.

Imja menatap Ragil kemudian ke adiknya, "Kamu harus berterimakasih sama Killa makanya."

Ragil terkekeh.

"Ya udah yuk, berangkat. Keburu siang," ajak Killa takut kesiangan.

"Hati-hati, jangan ngebut," cerca Imja waspada.

SAKILLA Where stories live. Discover now