24. Pengungkapan

15.4K 491 7
                                    

Setiap orang mengatakan bahwa di setiap suka datang, maka hujan akan menghampiri dan singgah

Tetapi menurutku tidak.

Hujanlah pelakunya, hujan yang membawa duka bersamanya.

Membawanya mengarungi lautan nan luas dan jatuh bersama jutaan rasa yang tak tertahankan.

*****

Selamat membaca

Ragil masih menatap lurus adik kelasnya, yang masih terdiam ditempatnya berdiri.

"Kalo gue bukan pacar pura-pura lo, apa lo beneran suka gue? atau lo cuma mau mainin perasaan gue?" ujar Killa untuk memastikan dirinya bukan untuk dipermainkan.

Ragil menggeleng dengan senyumannya dan memberikan kartu identitas milik Killa, yang kemarin sempat ia ambil, "Nih."

Dengan sigap Killa menerima, dengan mulut yang masih terkunci.

"Kita kekelas sekarang, udah hampir masuk," ajak Ragil namun Killa langsung melangkahkan kakinya dan meninggalkannya.

"Lo marah sama gue? gegara gue gak datang ke taman waktu itu?" tanya Ragil yang mengingkarinya.

Masih saja tidak mensejajarkan jalannya dengan Killa, "Gue minta maaf, kalo punya salah sama lo."

"Minta maaf?"

Ragil mengangguk tersenyum, "Iya..."

"Kesalahan lo terlalu banyak jadi sulit buat dimaafin," sinisnya.

"Emang salah gue sama lo apa?"
ucap Ragil tanpa malu.

"Banyak, dari lo yang selalu ganggu gue, lo yang ngerusak acara makan malam gue sama sahabat-sahabat gue, lo yang buat Suci jadi musuhin gue, lo yang minta buat datang ke taman tapi lo ngingkari, apa itu gak jelas? apa selama ini lo tidur? sampai-sampai lo gak nyadar atas kesalahan lo ke gue?" ujar Killa panjang lebar dengan tatapan tajamnya.

Ragil terdiam mendengar semua perkataan Killa, karena barusan dia bicara terlalu panjang membuatnya semakin tidak bisa mencerna atas ucapannya. "Ah?"

Ragil mengehembuskan nafasnya kasar, "Ah? ah lo bilang?"

"Oke gue minta maaf, kalo udah bikin lo marah," ujar Ragil sebelum Killa marah kembali dan mengucapakan perkataannya yang panjang, yang mebuatnya pusing sendiri.

"Asal lo tau, singkatnya seperti ini. Lo meminta hujan pada semesta dan petir pada awan, lo nyuruh gue dateng ke taman untuk bertemu hujan dan petir, yakan itu yang lo minta? lo asik-asikan dirumah dengan hangatnya suasana sedangkan gue, gue hancur bersama hujan dan petir saat itu." ujar Killa.

"Maksud lo itu apa sih?" tanya Ragil bingung.

"Gue, gue selalu nahan perasaan gue ke lo, gue tau semuanya cuma sandiwara, tapi setidaknya lo jangan bersikap seolah-olah lo itu beneran sayang sama gue," ujar Killa dengan tangisnya.

"Jadi lo baper?" tanya Ragil memastikan.

"Iya! gue emang bodoh udah baper sama lo! dengan segala sikap lo yang lembut dan ucapan-ucapan lo yang bikin gue tambah baper," ujarnya tanpa menatap Ragil.

"Ya ampun, gue kira lo itu cewe yang gak bakal mudah baper dengan segala sikap gue, padahalkan udah jelas kalo gue kadang bikin lo keselkan? lo gak mikir sampai situ apa?" ujar Ragil seenaknya.

Dirinya begitu senang karena telah berhasil melakukan hal itu. Tantangan dari ketiga sahabatnya telah ia lakukan dengan sangat cepat. Seperti yang dia kira.

SAKILLA Onde histórias criam vida. Descubra agora