0.6 Terbenam

20.4K 866 3
                                    

Duniaku merasa hampa, tak ada lagi warna tuk menghiasi. Kepergian kalian membuat diriku merasa bersalah

*****

Selamat membaca

"Hei... gadis cengeng!! gue belum selesai ngomong" ujar Ragil

Killa berbalik badan "Gue?" tanyanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Iya lah lo siapa lagi, disini cuma ada gue sama lo"

"Oh.." ujarnya menghiraukan lelaki yang terus saja mengganggunya.

Killa berlari kearah pintu yang barusan dilewatinya.

Kini pikirannya hanya satu yaitu orang tuanya.

Dia menerobos gerbang sekolah tanpa izin ke guru ataupun BK.

Mobilnya datang dengan cepat. Dia merebut tempat pengemudi dan menyuruh supirnya untuk pindah ke belakang.

Meski supirnya sudah menolak, killa tetep kekeh akan mengendarainya sendiri.

Sampai dirumah saat satpam akan membukakan gerbang, Killa langsung turun dari mobil dan berlari masuk kedalam rumah.

Semua sudut ruangan sudah dia periksa, namun tidak ditemukan juga orangtuanya. Bahkan ruang bawah tanah yang jarang dia kunjungi pun hasilnya nihil.

Hatinya terkikis, air matanya tak sanggup ditampung lagi. Bi Sri yang selalu menemani Killa, ikut bersedih karena tak biasa melihat Killa menangis.

"Dek Killa, jangan nangis gitu. Mamah sama Ayahnya Dek Killa bakal balik lagi kok"

Killa mengangkat kepalanya keatas dan melihat dengan jelas raut wajah bibinya "kata siapa bi? Kalo sampai besok mereka tetap gak pulang gimana?"

Bi Sri mengelus puncak rambut Killa "Sabar saja. Kalo gak pulang kan bisa besoknya lagi"

"Kalo tetap gak pulang?"

Bi Sri hanya menghembuskan nafas panjang.

Killa berjalan meninggalkan Bibinya. Entah kemana lagi harus mencari orangtuanya.

Hatinya semakin teriris mengingat kejadian semalam tentang dirinya yang akan dijodohkan dengan seorang pria yang belum dikenalnya. Dan saat ini dia pergi lagi ketaman yang akan menjadi saksi kesedihannya lagi seperti kemarin malam.

Dibukanya surat dari orangtuanya yang diterima dari Bi Sri.

Cincin?

Semakin bingung apa maksud dari cincin tersebut namun dibalik surat itu terdapat tulisan.

Maafin Mamah ya sayang, meskipun kami meninggalkanmu tapi kami masih saja mengatur kehidupanmu dengan memberikan cincin ini. Tapi percayalah kami hanya ingin yang terbaik buat kamu. Kalo kamu gak suka dengan perjodohan ini, gak usah pakai cincin itu. Mamah akan terima apa yang akan menjadi pilihanmu.

Mamah harap kamu bisa menerima perjodohan itu.

Sakilla tidak memakainya dijemarinya atau menyimpannya melainkan dia jadikan cincin tersebut sebagai bandul dikalungnya.

"Cantik" ujarnya tanpa disadari.

Killa berjalan pulang setelah jam menunjukkan pukul empat sore, namun masih dengan pikirannya yang tak fokus, hingga membuat dia menabrak seseorang.

"Pakai mata dong kalo jalan!" Suci dengan kesalnya, "lo?" terkejut begitu melihat siapa yang menabraknya.

"Lo? maaf gue gak lihat," ujar Killa yang juga sama terkejutnya namun setelah menagatakan maaf. Killa pergi begitu saja.

Suci menarik baju yang dipakai Killa, "Mau kemana lo? gue belum selesai ngomong!"

Melihat tangan Suci menarik pakaiannya, dengan segera Killa menepisnya, "Gue mau pulang!" bentaknya.

"Berani lo ngelawan gue?" ketus Suci semakin marah dan dengan cepat mendarat satu tamparan dipipi mungil Killa.

"Suci!!" teriak Ragil yang melihat pacarnya menampar Killa yang baru saja kembali membawa dua botol minum.

Ragil hanya diam ketika Suci memeluknya dan mengatakan bahwa yang memulai semuanya bukan dirinya melainkan gadis didepannya.

Merasa ada yang aneh, Ragil meminta Suci untuk menjelaskan lebih detail. Namun melihat Suci yang terus diam, dirinya meminta Killa untuk menjelaskannya.

"Yaudah kalo kamu masih diam, biar dia aja yang jelasin,"  tuding Ragil pada gadis yang tadi ditampar oleh Suci, pacarnya.

Suci langsung mengusap air matanya dan menjelaskan dengan cepat sebelum gadis yang ditamparnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, "Tadi dia nabrak aku sampai jatuh dan dia gak mau disalahin terus dia juga yang nampar aku duluan Gil, akukan kesal jadinya aku ganti nampar dia balik."

Ragil yang percaya dengan ucapan Sucipun marah seketika mendengar penuturannya.

Bukan Killa namanya jika dia diam saja, "Enak aja lo kalo ngomong! heh dakocan..! emang bener gue nabrak lo tapi lo gak sampai jatuh terus lo juga yang nampar gue duluan kok jadi gue yang lo salahin sih! dasar tukang nipu!" Killa yang tidak terima dituduh seperti itu.

"Tuhkan Gil, dia gak mau ngaku," ucap Suci menutupi kebohongannya.

"Lo kalo jadi cewek bisa nggak kalo ngomong gak perlu ada drama? bosen gue lihat drama ditv ditambah drama lo ini!" Killa yang makin emosi akibat Suci yang terus-menerus mengatakan hal yang sama sekali tidak dirinya lakukan, "percuma juga gue ngejelasin yang sebenarnya, lo juga gak bakal percaya!" ujar Killa kemudian pergi meninggalkan mereka.

Begitu Suci akan mengejarnya, Ragil menghalanginya dan menyuruhnya agar tidak mempermasalahkan lagi.

Tak ada lagi keluarganya sekarang ini, bahkan orang yang begitu disayanginyapun pergi entah kemana. Dan orang yang selalu mengerti tentangnya pun pergi untuk menggapai cita-citanya.

Bahkan seseorang yang selalu menghapus kesedihannyapun pergi meninggalkannya tanpa berkata apapun yang sampai sekarang tidak tahu dimana keberadaannya.

TBC

SAKILLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang