45. Hitam

12.3K 393 1
                                    

Pelajari hari kemarin
Hidup untuk hari ini
Berharap untuk hari esok

*****

Selamat Membaca

Setelah pulang sekolah Ragil berjalan memasuki kamar adiknya, "Maksud lo bohongin Lia itu apa!" bentak Ragil yang hampir meninju pipi adiknya namun gagal karena orang tuanya tiba-tiba datang karena suara gebrakan pintu yang sangat keras.

"Ragil! apa-apaan kamu!" bentak Sarah yang sangat emosi karena melihat Ragil yang akan meninju adiknya.

Sanjaya menyeret Ragil untuk menjauh dari Ari, "Jadi kakak itu nyontohin yang bagus, bukannya malah gini!"

"Biarin yah! biarin, itu pantas buat dia!" ujar Ragil sedikit emosi.

Sangat jelas diwajah Sarah dan Sanjaya yang begitu kebingungan dengan kelakuan kedua putranya. Mereka saling tatap menatap seakan-akan menanyakan mengapa kedua anaknya seperti itu.

"Kalo ada masalah itu cerita! jangan malah main tinju," ucap ayahnya dengan marah.

"Itu pantas buat dia yah... dia itu udah..." ucap Ragil yang langsung dipotong oleh ayahnya.

"Kamu ini kalo dibilangin itu diam jangan ngelawan!" sentak ayahnya, "jelaskan kenapa, cepat!"

"Ari, semuanya ada apa? kenapa kakak kamu kaya gini ke kamu," sela Sarah pada Ari dengan tatapan tajamnya.

Ari menggeleng dengan segala rasa takutnya.

Melihat Ari hanya menggelengkan kepala, dirinya sangat geram dan membuatnya untuk angkat bicara menjawab pertanyaan mamahnya yang ditujukan pada Ari, "Tadi Ragil mau jelasin tapi di potong sama ayah dan mamah lihat sendirikan dia ditanyai cuma gelengin kepala. Dia itu takut! Dasar banci lo!" sentak Ragil dengan menyindir adiknya.

Ragil kini mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dengan adiknya. Seketika setelah mendengar cerita tersebut baik Sanjaya maupun Sarah sangat marah pada Ari. Sanjaya menampar pipi kiri Ari dengan sangat keras sehingga meninggalkan bekas pada pipinya.

"Maaf yah!" ujar Ari dengan menundukkan kepala.

"Mamah benar-benar gak nyangka!" ujar mamahnya dengan tatapan kecewa.

"Lo itu mikir dia itu cewe gue sekaligus tunangan gue! mana ada adik yang nikung kakaknya sendiri!" sindir Ragil lalu keluar dari kamar masih dengan emosinya.

Sementara itu orang tuanya masih memarahi Ari dengan begitu tegasnya dan Ari hanya terdiam dengan segala rasa takut dan bersalahnya.

Di balkon kamar dengan semilir angin malam tak membuatnya untuk tidak memikirkan Killa. Hatinya masih untuknya namun egonya mengatakan tidak. Dirinya benar-benar dibuat bimbang hanya karena satu cewek.

Kini Ragil merasa bersalah saat dia pura-pura tidak melihatnya padahal dalam hati ingin sekali menyapanya namun ada sedikit rasa takut karena Lia pasti tidak akan menyapa balik. Setelah berpikir lama akhirnya Ragil memutuskan untuk cuek pada Lia karena dia yakin bahwa Lia sudah melupakannya. Tidak peduli apa yang akan terjadi kedepannya yang terpenting yaitu bagaimana caranya untuk bisa melupakan Lia dengan segala cara dan berusaha untuk melupakan semua kejadian hari ini karena buatnya hari kemarin tetaplah kemarin yang harus bisa dilupakan dan dirinya harus berjuang untuk hari esok entah apa yang akan terjadi.

Matanya mulai berat untuk begadang, mau tidak mau Ragil memutuskan untuk tidur lebih awal meski biasanya tidur larut malam.

Cahaya matahari masuk kedalam kamar Ragil membuatnya harus terbangun untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Dibawah semua keluarga baik orang tuanya maupun adiknya sudah menunggu untuk sarapan namun Ragil langsung pamit pada ayah dan mamahnya kecuali Ari. Meski ingin sekali mencoba untuk memaafkan adiknya namun dirinya tetap tidak bisa.

SAKILLA Where stories live. Discover now