14. Rencana Yang Gagal I

18.2K 663 3
                                    

Gak tau kenapa sebuah pertengkaran kecil saat bersamanya membuat hidup ini jauh lebih asik

*****

Selamat membaca

Akhirnya bel pulang yang ditunggu semua siswa terdengar sangat bersahabat ditelinga mereka. Banyak juga yang langsung beranjak pergi ada juga yang sekedar untuk bersantai-santai sambil mabar game online.

Berbeda dengan gadis berambut sebahu, dia dengan senang hati merapikan buku-bukunya dan melangkah kekelas Ari, cowok dengan sejuta pesonanya.

Entah karena takdir atau cuacanya yang tidak mendukung, saat dirinya akan melewati lorong menuju kelas Ips empat, hujan turun dengan sangat deras. Mau tidak mau, dirinya meneduh disamping toilet cowok. Tidak mungkin juga dia harus menerobos hujan, yang ada tubuhnya akan basah kuyup.

Sudah hampir setengah jam, rasanya sangat kesal ketika harus berdiri menunggu hujan reda. Mulutnya komat-kamit tidak jelas, benar-benar diluar dugaannya. Mengapa nasib sial selalu terjadi kepadanya, disaat dia dan Ari akan berlatih bersama tapi seakan takdir tidak mengindahkan untuk bersamanya.

Tapi hal mengejutkan terjadi.

Ragil yang tiba-tiba datang kekamar mandi dengan darah yang sudah bercucuran dilutut kakinya. Dia berjalan lurus tanpa melirik sedikitpun pada Killa. Namun entah mengapa membuat Killa malah kesal.

Perasaan mengganjal ada pada dirinya, ingin sekali dirinya bertanya tapi niatnya dia urungkan kembali.

"Lo Killakan? adik kelas yang bar-bar itu? lo punya peri kemanusiaan nggak sih!" bentak Ragil dari dalam kamar mandi, "lo barusan lihat kaki gue penuh darah, lo gak ada niatan buat bantuin gue gitu? atau ambilin kotak p3k!" teriak Ragil dengan percayanya kalo Killa akan mendengar semua ocehannya itu.

Rasanya ingin sekali membunuh cowok tersebut, bagaimana tidak. Disaat dia meminta tolong tapi malah membentaknya.

Namun begitu akan melangkah pergi, hati kecilnya mengatakan untuk membantunya, setidaknya dia berbuat baik hari ini.

"Kenapa? butuh bantuan gue? cemen banget sih jadi laki!" ujar Killa malah meremehkannya.

"Cewek selalu gitu, ngomong tanpa tau alasannya!" cerca Ragil yang sibuk dengan lukanya.

Ragil menyobek celana panjangnya, darah segarpun terlihat dengan sangat jelas, "Bantuin gue plis, lo kan harus nepatin janji selama satu minggu ini buat jadi suruhan gue," ujarnya tidak marah-marah lagi tapi membuat Killa kesal setelah mendengar ucapan terakhir cowok tersebut.

Killa yang melihat kejadian itupun, sangat terkejut. Tidak habis pikir dengan cowok didepannya. Refleks dia mendekat dan mengeluarkan sapu tangan didalam tasnya lalu mengusapkan darah segar yang mengalir di kaki Ragil.

Entah keberuntungan atau memang kebetulan untuk Ragil, Killa yang tidak biasanya membawa obat luka dan sekarang dia membawanya. Langsung saja dia meneteskan obat tersebut keluka Ragil.

Ragil terus menatap Killa bahkan tatapannya mampu membuat Killa tersadar dan menekankan luka yang sedang dia obati.

"Aw!!"

Teriakan Ragil mampu membuat dirinya sendiri tersadar, "Maaf, lagian muka lo deket banget ke muka gue. Jadinya..."

Killa berdecak kesal, "Lo ini mau gue obatin apa enggak sih?!"

SAKILLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang