52. Jatuh

12K 352 0
                                    

"Gil... tunggu gue mau ngomong," Killa mengejar Ragil dihalaman sekolahnya.

Ragil tetap berjalan bersama tiga sahabatnya tanpa mempedulikan Killa yang sudah memanggilnya beberapa kali.

Killa berhasil menggenggam lengan tangannya, "Aku minta maaf, kenap..."

Namun Ragil sukses menghempaskan tangannya dari cekalan Killa dengan tatapan tajamnya. Seakan tatapan itu mengatakan untuk tidak mengejarnya lagi bahkan mengharapkannya lagi.

Langkah Killa menuju ke taman belakang kelas Ragil, dimana tempat itu meninggalkan kenangan bersamanya. Dirinya larut dalam kesedihannya yang membuatnya tanpa sadar meneteskan air mata.

Rasa penyesalan mulai menghantui dalam hatinya. Apapun yang dilakukannya kemarin itu karena ulahnya sendiri yang terlalu bodoh untuk mempercayai ucapan orang lain yang belum tentu kebenarannya.

Manik matanya melirik pada jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya membuat dirinya terkejut dan dengan sigapnya berlari menuju kelas.

Killa mengucapkan salam begitu masuk keruangannya. Kemudian langsung duduk dimejanya. Saat sedang berjalan menuju mejanya mata Killa menatap Ragil yang sibuk dengan lembaran soal ulangannya. Entah itu pura-pura atau tidak.

"Semangat... ini terakhir ulangan, fighting! jangan lemah gini karena satu cowok," batinnya lalu duduk dimejanya bersama dengan Ragil.

Waktu terus berputar membuat semua murid Nusba mengumpulkan hasil ulangannya kemeja pengawas dan segera berkemas-kemas untuk pulang. Tidak lupa juga untuk berdo'a terlebih dahulu.

Meski banyak siswa Nusba yang berhamburan sibuk untuk mengambil motor ataupun untuk urusan lainnya tidak membuat Killa menyerah mengejar seorang Ragil yang notabininya pasti sudah bersama dengan ketiga sahabatnya menuju ke tempat parkir.

Suci dan kedua sahabatnya yang sama akan mengambil motor mengurungkan niatnya saat melihat Killa mengejar Ragil.

"Gil... lo harus dengerin gue, gue itu gak suka sama Ari!..." Killa tepat disampingnya Ragil tanpa mempedulikan Suci yang tengah berbicara padanya.

Suci mendorong Killa membuatnya memundur sedikit, "Jadi cewek malu dong! sono pergi, hus... hus..."

Killa tidak bergeming apapun, dia hanya menatap Ragil penuh harap.

"Orang ka Ragil pacar gue kok lo ngomong gitu sih? lo juga harus malu dong ngatain orang tapi lo sendirinya gitu! udah deh kalian sana pergi!" Airi yang tiba-tiba datang dan mengusir Killa bersama Suci.

"Maksud gue gak gitu Ri, gue cuma..."

Airi memotong ucapan Killa dan langsung menyuruhnya untuk pergi. Tidak dengan Ragil, dia hanya diam melihat tiga cewek saling merebutkannya.

"Upst!!! dan lo gak usah ngebacot, lo juga pergi!" suruh Airi saat melihat Suci akan berbicara.

Killa meninggalkan Ragil begitu Airi mengusirnya juga dengan Suci dia ikutan pergi. Entah apa yang membuat Suci tidak marah ketika dikatakan seperti itu. Mungkin dia mempunyai rencana lain.

Killa mengirim pesan pada kedua sahabatnya untuk segera datang ketaman dekat rumahnya.

Tidak butuh waktu lama mereka berdua datang dengan Satria yang membawa tiga botol minuman dan makanan.

"Gue yang disuruh kesini tapi gue juga yang beliin kalian makanan, nasib jadi laki," Satria yang mongoceh tidak jelas.

"Langsung aja, lo kenapa nyuruh kita kesini?" Della tidak sabar.

Killa yang sudah tidak tahan lagi untuk bercerita, langsung dia mencurahkan semua isi hatinya, "Gue... kenapa sih gue harus cinta banget sama Ragil, gue gak tahu lagi harus berbuat apa supaya perasaan ini gak ada. Ditambah kedua orang tua gue apalagi Ibu, dia begitu membeci gue entah apa yang telah gue perbuat sampai mereka membenci gue. Selama ini gue udah mati-matian untuk bertahan hidup dan saat gue udah semangat lagi untuk bangkit. Seseorang yang bikin gue selalu semangat dia ninggalin gue. Apa harus gue mati juga Dell? Sat? biar semua orang senang dengan tidak adanya kehadiran gue?"

Della menggenggam tangan Killa mencoba untuk menguatkannya, "Kenapa sama diri lo Killa? kok lo jadi ngomong kayak gini sih? lo harus bersyukur sama hidup lo sendiri karena gak cuma lo yang seperti ini. Diluar sana banyak yang mengalami hal seperti lo bahkan lebih menyakitkan. Lo gak boleh pesimis seperti ini dan hidup lo bukan hanya untuk ka Ragil saja. Lo harus inget, lo juga masih punya orang tua meski mereka seperti itu sama lo tapi gue yakin kok mereka sayang sama lo hanya saja caranya yang salah. Lo juga punya kakak Kill, lo harus mikirin perasaan dia. Kalo kakak lo denger gini pasti dia akan kecewa sama lo. Bikin hidup lo itu berguna bagi siapapun terutama keluarga lo sendiri."

"Tapi... Dell..." Killa denhan raut muka sedihnya.

Ucapan Killa langsung dipotong oleh Satria, "Menurut gue lo harus perjuangin cinta lo. Karena gue yakin Ragil itu sayang sama lo apalagi kalo dia tahu bahwa lo itu..." Satria menggantungkan ucaoannya, hampir saja dirinya keceplosan dan membuat kedua manusia didepannya menatapnya penasaran.

"Gak perlu lo perjuangin cinta lo Kill, kalo lo terus berjuang untuk dia yang ada lo malah sakit hati sendiri. Lo juga lihat sndiri kan, dia itu sama sekali gak peduli lagi dengan lo!" sewot Della karena ucapan Satria.

"Lo itu gak tau siapa Ragil, Del! dia itu cinta sama Killa bahkan sangat mencintainya hanya saja dia itu gak tau siapa Killa jadi dia bersikap seperti itu. Sebelum dia tau siapa Killa juga dia udah cinta apalagi dia tahu semuanya. Lo itu diam saja karena Killa itu harus berjuang demi mendapatkan cinta lamanya kembali," Satria yang kepancing dengan ucapan Della dan membuat mereka menatapnya bingung.

Killa dan Della terdiam, mereka saling berpikir satu sama lain. Entah apa maksud dari ucapannya itu.

"Maksud lo apa Sat?" Killa yang sudah penasaran.

"Lo... kenapa bilang kaya gitu? lo... ada hubungan apa sama dia? kenapa seakan-akan lo itu tau semua tentang kak Ragil?" tambah Della dengan rasa penasarannya.

Satria terkejut, dia tidak sadar atas ucapannya barusan hampir semuanya terbongkar. Mungkin karena perasaan kesalnya tadi pada Della yang melarang Killa untuk berjuang dengan cintanya.

Dengan cepat Satria menggelngkan kepalanya dua kali, "Gak, gue... gak ada hubungan apapun sama dia. Kalo gue punya hubungan sama dia pasti gue juga deket dong, buktinya juga dia gak kenal guekan?" Satria mengeles.

"Tapi..."

Belum saja melanjutkannya, Satria memotong ucapan Della dan mengalihkan pembicaraannya.
"Ya udah deh Kill, yang penting lo harus tetap semangat. Kita ada untuk lo kok," Satria lalu tersenyum.

TBC

Maaf typo bertebaran

Follow ig
rr.lia

SAKILLA Место, где живут истории. Откройте их для себя