43. Terbongkar

13.5K 415 23
                                    

Selamat Membaca

"Jadi langsung aja ke topiknya, kenapa?" ujar Imja karena tidak suka basa-basi.

Ragil mendengar ucapan Imja barusan membuatnya mengurungkan niatnya untuk menawarkan makan bersama.

Imja mengangkat satu alisnya, seakan mengatakan apa.

"Lia ada masalah apa kak?" tanya Ragil yang langsung bertanya.

"Kamu panggil aku untuk menanyakan itu? lebih baik kamu tanya langsung ke dia." Ujar Imja.

Ragil diam tak bergeming.

"Bisa minta bantuannya?" tanya Imja.

Ragil sempat melongo dia yang tadi mengundang karena ingin bantuannya malah dia sendiri yang dimintai bantuan. Lalu Ragil mengangguk tanda ia setuju.

"Sepertinya Killa lagi ada masalah disekolahnya, kamu bisa bantu dia? atau setidaknya kamu buat di ketawa lagi," suruhnya.

"Kenapa? kamu gak mau?" tanya Imja lagi ketika tak mendapati jawaban dari Ragil.

"Oh enggak kok."

Selesai bertemu dengan Imja, kini Ragil sudah berada bersama tiga sahabatnya

Melihat kedatangan Ragil dengan wajah tidak seperti biasanya membuat mereka saling menatap.

Pikirannya kini terpaut pada gadis itu, benar Killa. Seharusnya dia tidak menerima permintaan dari Imja. Tapi tanpa disadari dirinya mengangguk mensetujuinya. Dan saat ini, dirinya juga tidak tahu bagaimana membuatnya tersenyum. Sedangkan dirinya sendiri juga enggan untuk bertemu dengan Killa.

Dan tiba-tiba Ragil membisikkan kepada mereka sesuatu.

*****



"Gil, kamu yang milih sendiri cincinnya yah," perintah Sarah, mamahnya.

Ragil tetap bermain game onlinenya tidak mendengarkan apa yang mamahnya katakan.

"Ragil!!!" bentak Sarah, mamahnya.

"Iyahhhh," jawabnya santai sambil tiduran dikursi tv dengan bermain game online.

Sarah mendekati putranya lalu mengambil ponsel miliknya, "Kalo mamah ngomong itu di dengerin!" bentaknya sambil menjewer telinga Ragil.

Ragil berusaha mengambil ponselnya, "Apaan sih mah, siniin ponsel Ragil."

"Gak! mamah sita dulu sampai kamu selesai beli cincin. Tadi mamah mau beli tapi gak tau ukuran jari kamu sama ceweknya. Kamu bisa bawa Lia buat nemenin kamu, dia kan sama-sama kelas sebelas jadi barangkali ukuran jarinya sama," saran mamahnya pada Ragil.

Ragil terkejut atas ucapan mamahnya, dia menggelengkan kepala dengan cepat.

"Kenapa?! gak mau? berarti hp kamu gak akan mamah balikin!" lalu pergi meninggalkan Ragil yang masih melongo.

Ragil mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana bisa Mamahnya menyuruhnya seperti itu, apa Mamahnya tidak merasakan sakit hati kalo ditinggal pacarnya tunangan sama perempuan lain.

Dia tahu dengan siapa dia harus mengajak untuk membeli cincin.

Sampai di toko mas sudah ada Airi yang sama-sama baru saja sampai.

SAKILLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang