49. Sorry

11.9K 374 5
                                    


"Minta maaf? jadi bener kamu... gak tahu?"

"Iyah... lagian kenapa bang Imja gak bilang sebelumnya sih, nyebelin."

Imja memandang adiknya dengan tatapan sulit diartikan, "Abang juga baru tahu pas dia ikutan nyariin kamu tadinya sih abang gak tahu berhubung abang nanyain dan dia juga bilang."

"Berarti kalo abang gak nanyain juga gak akan tahu? terus kenapa Ragil gak bilang sih kalo dia dijodohin sama aku," Killa dengan mulut sedikit dimanyunkan.

"Imut banget kalo lagi kaya gitu," Imja sambil menarik hidung Killa.

"Ih... sakit bang!" teriak Killa.

"Yaiyalah gimana mau tahu kalo gak ada yang nanya atuh Killa... mana abang tahu, kamu juga kenapa gak nanya sama dia. Lagian yang tunangan siapa nanyanya sama siapa, huft..." Imja dengan sedikit menyindir.

Killa menirukan abangnya berbicara membuatnya mendapatkan satu tonyoran darinya.

"Iya makanya cerita dan alasan kamu kabur itu apa?" tanya Imja mulai penasaran.

"Kok malah nyambungnya itu sih?" Killa lalu berjalan ke sofa depan tv.

Imja menghembuskan nafas kasar, "Terserah dong, cepat cerita kenapa bisa kabur?" lalu menyusul keadiknya.

"Jadi selama ini Killa udah..." ujarnya sengaja menggantungkan ucapannya.
"Kalo gue cerita sama bang Imja kasihan si Ari, dia jugakan adiknya Ragil ntar kalo aku gak diizinin sama Ragil gimana?" batin Killa.

Imja menatapnya seakan-akan sedang menyelidiki seorang buronan, "Kenapa? hah kenapa kamu malah diam? udah apa?" ujarnya yang terus menyudutkan.

"Udah... ya udah itu intinya," Killa karena bingung harus mengatakan apalagi.

"Intinya apa? orang kamu belum cerita,"

"Maksudnya ya karena aku gak tahu kalo si Ragil itu yang dijodohin sama aku."

"Beneran? ngapain kamu nangis?" tanya Imja khawatir.

"Yakan karena Killa nyesel bang... Killa nyesel udah main kabur-kabur gitu aja," ujarnya sedikir dengan nada rendah.

Imja mengelus puncak kepala adiknya,"Yaudah kamu sabar aja tapi kamu sama Ragil gak lagi marahankan? eh emangnya kamu cinta sama dia? kenapa harus nyesel? hah... kamu pasti..."

Killa menggelengkan kepala, "Gak, gak bang. Maksud Killa itu hm... apayah... itu tadi..." ujar Killa yang memotong ucapan abangnya.

"Tadi... apa? udah kelihatan kamu itu suka sama Ragil, yakan-yakan?" goda Imja dengan menaik-turunkan alisnya.

"Ih... bang Imja apaan sih, siapa juga yang suka sama dia," elak Killa tidak terima.

"Iya deh iya sono ganti seragamnya, bau tahu," ejek Imja sambil memimpat hidungnya.

"Ih... abang mah nyebelin banget deh, tau ah," Killa lalu berjalan dengan kasarnya.

Kini didalam kamar, seperti biasa Killa berdiri dibalkon dan menatap kearah langit.

"Gue gak boleh cengeng seperti ini. Gueharus kuat, apapun yang terjadi gue pasti bisa menghadapi semuanya. Jangan karena soal cinta gue jadi gini, gue udah biasa merasakan pahitnya hidup dari kecil dan jangan sampai karena soal percintaan gue menjadi lemah," ucap Killa untuk dirinya sambil menghapus air mata yang keluar.

Dirinya bangkit dan segera mengganti seragamnya dengan kaos putih dan celana jeans. Tidak lupa memakai topi bertuliskan bts, cintanya dalam boyband korea tidak akan pernah dilupakan.

"Bang... Ibu mana yah?" tanya Killa yang mampir pada Imja sebelum pergi.

"Mau kemana kamu? tumben rapih?"

Killa mendenguskan nafas dengan kasar, "Ya Allah sabarkan hambamu ini,"

"Iyaiya. Ibu pergi nemenin Ayah buat meeting di amerika," Imja sambil meminum segelas air putih yang sudah ada.

"What? Amerika? kapan pergi? kok aku gak tau sih?" tanyanya sedikit berpikir.

"Mereka pergi karena ada meeting dadakan dan abang juga disuruh pulang pas di kantor katanya akan lama disana. Ayah juga bilang maaf sama kamu gak bisa nunggu sampai kamu pulang sekolah," Imja panjang lebar tidak lupa sambil bermain ponsel.

"Ibu?" tanya Killa yang sebenarnya sudah tahu jawabannya.

Imja menatap adiknya tanpa menjawabnya.

"Iya Killa udah tahu jawabanya apa, pasti Ibu gak akan bilang apa-apa sama aku kan? aku lupa kalo Ibukan benci sama aku," ucapnya dengan senyum dipaksakan.

Imja menaruh ponsel disampingnya dan memeluk adiknya, "Udah kamu jangan bilang gitu, sebenarnya Ibu itu sayang sama kamu Killa. Cuma caranya yang berbeda," dengan mengelus-elus puncak rambutnya.

Killa melepaskan pelukan abangnya lalu tersenyum padanya, "Yaudah bang Killa izin mau keluar sebentar," ujarnya yang sengaja mengalihkan karena tidak ingin membuat abangnya merasa kasihan padanya.

"Iya hati-hati," jawab Imja.

Diperhatikannya rumah Ragil yang begitu besar yang tidak jauh beda dengan rumahnya. Didepannya terdapat kolam ikan yang lumayan besar dengan dikelilingi beberapa tumbuhan hijau yang membuatnya semakin terlihat asri.

Ting tong...

Belum ada jawaban namun saat akan melakukan kedua kalinya muncul dari balik pintu seseorang yang kini sangat dibencinya.

"Gue... cari... abang lo, mana dia?" tanya Killa langsung tanpa permisi padanya.

"Kok lo cari Ragil? bukan gue?"

"Gak usah ngomong apa-apa lagi deh lo, gue... udah tau kebusukan lo! jadi jangan harap gue mau sama lo!" sentak Killa dengan mendorongnya sedikit kebekang.

Namun dari belakang Killa, Ragil yang barus aja memarkirkan motornya. Melihat mereka seperti akan berpelukan langsung lewat begitu saja.

"Misi!" ketus Ragil melewati keduanya.

"Aduh... gue manggil ka atau Ragil?... ah sudahlah..." batin Killa.

"Ragil..." Killa yang memanggilnya namun tidak dipedulikannya. Dirinya masuk begitu saja mengikuti Ragil sampa keatas kamarnya.

Brak...

Ragil sengaja membanting pintunya supaya segera pergi darinya sekarang.
Namun dia malah mengetuk-ngetukkan pintu dengan waktu cukup lama.

"Ragil, gue minta maaf sama lo. Selama ini gue udah salah, gue gak tahu."

Ari yang sedari memeperhatikannya akhirnya menghampiri Killa karena tidak tega melihatnya seperti itu.

"Lo jangan gini, udah yuk kita pergi," ajak Ari dan menyuruhnya berdiri dari depan pintu kamar Ragil.

"Gak! gue akan tetap disini sampai kapanpun, gue mau minta maaf sama dia. Kenapa sih? kenapa lo tega banget sama gue? kenapa lo hancurin hubungan gue sama kakak lo sendiri? apa gue punya salah?" sentak Killa sambil menghirup ingusnya.

Ari menatap Killa dengan rasa bersalah, "Apa lo  nggak malu sama orang tua gue dan ka Ragil nanti pas mereka pulang?"

Killa langsung menggelengkan kepala," Enggak!  malah gue sangat senang jika  mereka pulang, gue akan jelasin semunya mengapa gue kabur pas dihari pertunangan gue dan itu semua karena lo!"

"Gue... minta maaf, gue ngaku salah. Gue punya alasan sendiri mengapa gue ngelakuin itu ke lo," ujar Ari lirih dengan menatap ke arah Killa.

Hati Killa merasa iba mendengar ucapan Ari barusan tapi dia urungkan niatnya untuk bertanya sampai Ari menceritakan semuanya.

"Gue... udah lama banget nunggu seseorang yang gue sayangi, gue cintai. Tapi dia nggak pernah pulang ke Indonesia, dia janji setelah kelulusannya disana dia akan pulang tapi sudah dua tahun dia nggak pernah pulang kesini. Lo tau kan makanya gue nggak pernah naksir sama siapapun bahkan jalan sama cewek siapapun kecuali lo, karena apa? karena pertanyaan-pertanyaan lo yang waktu itu mirip banget dengan dia pas diperpustakaan. Lo lupa? pas masih awal-awalnya lo ngedeketin gue," ujar Ari yang ucapannya terlihat tidak ada kebohongan sedikitpun.

TBC

SAKILLA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang