16. Perasaan Yang Aneh

16.4K 569 4
                                    


Selamat membaca

"Kenapa balik lagi?" tanya Ragil melihat Killa kembali.

Killa langsung menarik Ragil dan membawanya ke cafe.

"Jangan salah paham, gue ini manusia jadi harus peduli."

Ragil masih menatapnya.

"Kalo lo gak punya uang buat kabur mending gak usah kabur-kaburan dari rumah kayak gini. Ntar lo sendiri yang susah!" cibir Killa.

Killa merasa harus membawa Ragil pergi untuk makan, mengingat dia belum pulang sejak kemarin.

Ragil tersenyum mendengar perkataan Killa namun dia tidak ingin membalas ucapan itu karena melihat saat ini gadis didepannya sedang dalam mode baik.

Sampai dicafe, segera merrka memesan makanan.

Ragil memakannya dengan lahap, bahkan dia juga memesan satu piring spageti lagi pada pelayan.

Melihat Ragil seperti itu, Killa hanya menggelengkan kepala. Dirinya tak salah menolongnya saat ini.

Lima menit kemudian Ragil selesai dengan makannya, "Ahhh... kenyang banget gue, btw makasih yah..." sambil mengambil minum didepannya.

"Btw, kenapa lo bisa pacaran sama Suci?" tanya Killa tiba-tiba.

Ragil terdiam dan menatap Killa, "Lo beneran mau tahu?" tanya Ragil karena pertanyaan tersebut.

Killa mengangguk, "Tapi kalo lo gak mau kasih tahu juga no problem."

"Waktu itu perusahaan Ayah gue sedang krisis dan bokap Suci yang ngebantu perusahaan Ayah gue. Tapi syaratnya gue harus jadi pacar dia, dan mau tidak mau gue harus menerima tawaran itu," Ragil menceritakan semuanya padahal sebelumnya dia tidak pernah semudah itu untuk bercerita tentang kehidupannya pada orang lain meskipun itu teman dekatnya sekalipun.

Killa terdiam mendengar semua penuturan tersebut, "Tapi kenapa lo bisa bertahan sampai sekarang dan baru kemarin lo bilang putus? bukannya lo juga gak suka dia?"

"Gue sudah beberapa kali minta putus sama dia tapi ujung-ujungnya dia ngancam gue dengan semua yang dia miliki. Gue tuh seperti tahanan buat dia, dan gue bersyukur berkat perjodohan itu gue bisa lepas dari Suci meskipun perjodohan itu juga semata-mata buat nyelamatin perusahaan bokap gue. Gue juga gak tahu kenapa bokap gue ngorbanin kebahagiaan anaknya demi perusahaan."

Setelah mengatakan panjang lebar, Ragil terdiam. Dan berpikir pada dirinya sendiri mengapa harus mengatakan semua itu dengan mudahnya.

Mendengar semua itu, Killa juga mengingat pada orangtuanya sendiri yang menjodohkan dirinya dengan orang yang sama sekali tidak dikenalinya.

Dan tanpa disadari, mereka berdua malah sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Tersadar, Killa langsung menatap Ragil yang masih sibuk menatap ke arah luar. Mungkin pikirannya masih teringat akan hal yang menyangkut dirinya itu.

"Gil?" panggil Killa ketiga kalinya.

"Ah? iya kenapa?" kagetnya.

"Lo tenang aja. Sebelumnya gue minta maaf, tapi bukannya gue ikut campur atau apa. Menurut gue, bukannya orangtua lo ngorbanin kebahagiaan lo, mungkin karena dia gak mau lihat lo susah nantinya. Lo sendiri yang bilang sama gue kan, kemarin kalo orangtua lo nyuruh lo buat nerusin perusahaannya?" ujar Killa membuat Ragil terdiam, "mungkin juga dengan lo nikah sama orang yang dijodohin sama lo, lo bisa nyelamatin perusahaan yang bokap lo bangun dan lo sendiri juga yang akan menikmati semuanya." Lalu menepuk bahu Ragil dan mengajaknya untuk segera pergi.

"Ngapain lo ngikutin gue?" tegurnya ketika Ragil terus mengikutinya.

"Gue mau nginep dirumah lo," ujarnya dengan santai.

Killa melototkan matanya, "Nginep? jangan harap!" lalu segera pergi.

Namun Ragil dengan cepat terus mengikuti langkah kaki Killa membuat Killa kesal dan memarahinya kembali.

"Lo itu harusnya bersyukur dan malu! udah gue tolongin malah ngelunjak!" ketusnya tidak peduli Ragil akan sakit hati dengan perkataannya itu.

"Gak! gue mau nginep dirumah lo. Gue gak mungkin pulang, guekan lagi kabur," ujar Ragil.

"Yaudah sih, lo juga punya sahabat. Nginep aja dirumah sahabat lo, apa perlu gue anterin lo?"

"Gue gak mau! gue maunya dirumah lo!"

"Lo habis makan apa sih? tiba-tiba jadi gini."

"Makan spageti bareng lo, gimana sih malah nanya."

"Kalo gue bawa lo kerumah, yang ada orang tua gue ngiranya lo pacar gue. Tau gak sih."

"Yaudah biarin aja sih."

Killa terpaksa mengalah, dia harus berpikir cepat. Karena tidak mungkin dia pulang kerumahnya, yang ada cowok didepannya malah tau siapa dirinya dan dari keluarga apa dia berasal.

Dengan cepat Killa mencari nama kontak seseorang diponselnya dan segera dia mengetik pesan untuk mencarikqn rumah yang kecil.

Setelah selesai mengirim, Killa pura-pura untuk duduk karena kelelahan sambil menunggu alamat rumah yang dikirim oleh Pak Jek.

"Kok duduk sih? emangnya rumah lo masih jauh?" tanya Ragil yang terlihat ingin sekali istirahat.

Namun killa mengabaikan pertanyaan cowok disampingnya, dia sibuk memperhatikan ponsel miliknya untuk menunggu kabar selanjutnya dari Pak Jek.

Setelah pesan masuk dan memperlihatkan alamat rumah yang di share oleh Pak Jek, mereka segera pergi.

"Ini rumah lo? kok lo kelihatan bingung sih?" tanya Ragil begitu sampai didepan rumah Killa.

"Eh enggak, emang kenapa dengan rumah gue? gak bagus yah?" tanyanya pura-pura.

Ragil mengangguk membuat Killa terperanga.

Ngapain jujur banget sih, anjenk.

"Rumah lo sih sebenarnya bagus tapi sayangnya kotor banget kayak kelihatan gak pernah dirawat. Banyak debunya juga," oceh Ragil sambil mengamati seluruh ruangan begitu dirinya masuk.

Killa berdecak kesal, "Kalo lo gak mau nginep juga gaka apa-apa kok! gak usah jelek-jelekin rumah gue. Gue tahu rumah gue ini gak ada apa-apanya sama rumah yang lo tinggali," ujar Killa penuh drama.

Ragil berjalan mendekat kearah Killa, "Bukan gitu maksud gue, gue cuma ngomong rumah lo itu kotor kayak gak pernah dibersihin. Itu aja kok."

"Yaudah sama aja, mending lo pergi aja deh dari rumah gue! gue juga gak mau lo tidur disini!" usirnya.

Plis pergi, gue juga gak mau tidur disini. Gila kotor banget, gimana sih Pak Jek gak dibersihin dulu

"Oi? kenapa lo bengong?" ujarnya menatap Killa.

Killa langsung mendorong tubuh Ragil, "Gue mau tidur, kalo lo mau tidur tinggal tidur aja serah lo mau pilih kamar yang mana," setelah mengatakan hal itu Killa sendiri masuk kedalam kamar. Namun dia juga tidak tahu kamar mana yang harus dirinya masuki.

Ragil merasa aneh dan tidak mengerti atas ucapan Killa. Kenapa juga dirinya harus memilih kamar sendiri.

TBC

BUAT KALIAN YANG MAU SEKONTAK DENGAN SAYA BISA PC SAYA LANGSUNG

0895384900702

V O T T E
A N D
C O M M E N T

SAKILLA Where stories live. Discover now