CHAPTER 11 [EVIL]

10K 1K 58
                                    

Sudah tiga hari semenjak insiden itu, Shousuke dan Kei masih menumpang di rumah orang tua Kei. Pagi ini Shousuke membuka matanya dan tersenyum kecil.
"Ah... aku senang...entah mengapa aku senang sekali" Shousuke tersenyum lebar melihat Kei yang masih tertidur lelap disampingnya.
Ia mengusap wajah Kei dan menyibakkan rambut yang menghalangi wajah Kei ke telinganya.
"Bisakah aku melakukan ini setiap hari? Rasanya aku ingin kabur saja ke suatu tempat bersamamu tanpa ada yang tahu...pasti menyenangkan sekali" Ujar Shousuke

Tak lama kemudian Kei juga membuka matanya perlahan dan memperhatikan wajah Shousuke yang sepertinya belum puas juga menatapnya.
"Shou-sama..."Ujar Kei pelan
Tenggorokannya terasa sakit ketika ia berbicara. Namun wajahnya memerah, dan rasanya ada asap yang sedang keluar dari pori-pori kulitnya.
"Apa yang sudah kulakukan lagi bersama Shou-sama semalam?" Kei baru saja mengingat kembali apa yang ia lakukan bersama Shousuke semalam.
"Aku mencintaimu"Ujar Shousuke pelan
Kei menatapnya sambil tersenyum.
"Tidak adil Kei, kau tak membalas rasa cintaku?"tanya Shousuke
"Aku mencintai Anda Shou-sama"
"Berhentilah memanggilku dengan sebutan itu..."Ujar Shousuke sembari mencium bibir Kei
"Sh-Sh.. Shou-sama...ini sudah pagi"Ujar Kei

Shousuke melebarkan matanya namun kemudian ia hanya tertawa kecil.
"Aku lupa...ia terlalu polos"
"Kita bisa melakukannya dari pagi ini hingga malam nanti Kei..."Ujar Shousuke sembari kembali menarik pinggul Kei.
"Ng..Shou-sama...
Shousuke tidak mempedulikannya. Ia tetap melanjutkan aktivitasnya.
"S-shou sama...ngh..
"Anak-anak itu... aku baru saja ingin memanggil mereka untuk sarapan."Miwa mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar Kei dan Shousuke.
"Menjadi muda itu menyenangkan...haaah...siapa sangka putraku juga sudah dewasa"Lagi-lagi miwa menghembuskan nafasnya. Lama ia berdiri di depan pintu, kemudian ia memberanikan diri untuk mengetuk.
"Kei, Shou-Kun? Kalian sudah bangun? Keluarlah untuk sarapan"Ujar Miwa

Tak butuh waktu lama, Shousuke membuka pintu dengan wajah yang segar dan menyapa Miwa dengan penuh senyuman.
Miwa menatapnya sembari menggelengkan kepalanya, namun kemudian ia tertawa.
"Kuharap kau berhasil kali ini"Bisik Miwa.
Shousuke hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang, serta Kei yang baru saja terbirit-birit melesat keluar dari kamar mengikuti keduanya.
.

.

.
Shirasaki membuka pintu ruangan kerja sang ayah dengan agak ragu.
Benar saja, setelah pintu di buka, sebuah vas kecil terbang mengenai keningnya hingga berdarah.
"Aku mendengarnya!! Apa yang kau lakukan pada Kei?!"Bentak sang ayah
Ia terdiam. Sudah sangat lama rasanya ia tidak mendengar sang ayah begitu marah padanya.
"Jawab aku!!!"Bentak sang ayah lagi sembari memukul mejanya.
Shirasaki masih tak bergeming.
"Mulai hari ini kau tidak perlu kembali ke perusahaan!" Ujar sang ayah
Mata Shirasaki terbuka lebar dan menatap sang ayah. 
"Aku melakukannya karena kau selalu memperhatikan Shou, ayah!"Ujar Shirasaki
"Kapan aku hanya memperhatikannya?! Ia membangunkan karirnya sendiri dari nol!" Ujar sang ayah kesal
"Oh...haruskah aku mengatakannya? Kau bahkan mempersiapkan bagian yang cukup besar untuk anaknya itu! Anak yang bahkan belum diketahui akan lahir atau tidak!"Bentak Shirasaki

"Kau membongkar file-fileku, Beraninya kau!! Kau.."Pria tua itu berdiri dari kursinya sembari memegangi dadanya.
"Shira-sa...
"Ayah... sebaiknya ayah tak lagi berada di dunia ini...ayah bisa segera istirahat dengan tenang dan menyerahkan semuanya padaku"Ujar Shirasaki yang enggan bergerak dari tempatnya.
"Kau-- ugh" nafas sang ayah semakin sesak dan ia terlihat sangat kesakitan
"Satu lagi ayah... agar kau bisa mengatakan hal ini cucumu yang sudah pergi lebih dahulu... Aku dan Mirai yang membunuhnya"Ujar Shirasaki pelan
Mata sang ayah terbuka lebar dan menangis, hingga akhirnya ia kehilangan kesadarannya.
Shirasaki mendekati tubuh sang ayah yang tergeletak di lantai kemudiann tersenyum kecil. Beberapa saat kemudian ia berteriak keras meminta tolong.
Beberapa pelayan yang mendengarnya langsung saja berlari ke dalam ruangan itu.
"Ayah!"Seru sang ibu sembari menutupi mulutnya sendiri
Ia mendekati tubuh suaminya itu dan menangis.
"Segera bawa ayah ke mobil!" perintah Shirasaki pura-pura panik
Para pelayan itu bergegas membawa sang ayah keluar, dan sang ibu mengikuti mereka dari belakang.
Shirasaki yang hendak keluar pun berpapasan dengan istrinya dipintu.
"Kau bisa mengurus sisanya"Bisik Shirasaki kemudian segera berlari keluar menyusul sang ibu

TOTALLY CAPTIVATEDWhere stories live. Discover now