[46] First Ultrasound

2.2K 319 374
                                    

Vote sblm membaca, komen pas lg baca ye 😘😚😙 mon maap klo ada typo ya :(

Pamela's POV

Memasuki mobilku, para pelayan yang Aku lewati saat keluar dari Rumah ini melihatku dengan tatapan bingung mereka, adapula yang menatapku terkejut, dan ada yang menatapku Iba. Yang menatapku iba, ku asumsikan mereka mendengar pembicaraan Aku dan Ibuku.

Aku terisak didalam mobilku, menatap nanar Rumah sialan ini. Memang sialan, sejak kecil hingga Aku dewasa, rumah ini tidak pernah memberikan kenyamanan, ketenangan ataupun kesenangan bagiku.

Memukul Stir mobil didepanku, lalu Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku, kenapa bisa sesulit ini untuk hanya mengandung? Aku terisak, sangat tidak menyangka akan reaksi Ibuku yang seperti itu, kupikir ia hanya marah, tentu ia akan marah. Namun Aku tak menyangka ia akan menamparku dan berkata jika Aku bukan anaknya lagi, sakit sekali.

Tanganku yang ada di Stir mobil kubawa menuju perutku. Terisak dan tanganku dengan reflek memukul perutku beberapa kali, "Kenapa kau harus hadir disaat yang tidak tepat seperti ini?!" lirihku emosi, Aku menunduk melihat perutku yang masih sangat rata seperti biasanya. Perutku sampai membentuk bekas kemerahan setelah Aku memukulnya. Aku merasa menjadi wanita kejam dan sangat hina.

Aku tambah terisak, merasa sangat jahat pada Anakku sendiri, bahkan saat usianya masih didalam kandungan seperti ini. Sudah dapat kalian lihat jika Aku bukanlah calon Ibu yang baik, kan?

Aku menggigit bibir bawah ku, seumur hidupku, hanya kali ini Aku menangis terisak sangat keras dan lama seperti ini, ditambah hatiku yang sangat sakit mendengar penuturan Ibuku. Aku menunduk, melihat kearah perutku, lalu perlahan mengelusnya lembut dan memeluk perutku sendiri, menangis pilu, "A-ku bukannya tidak menyayangimu, namun kau datang disaat yang tidak tepat, Sayang..." lirih ku dan memeluk perutku sendiri dan mengelusnya kecil.

Setelah beberapa menit, Aku mulai tenang, mengusap air mataku yang ternyata hampir mengering, lalu menarik napas dan membuangnya agar Aku tenang. Aku menghubungi seseorang, kupikir Aku butuh mengecek keadaan bayiku, usia berapa dia, dan lain-lain.

Pada deringan ketiga, orang yang ku telfon akhirnya mengangkat. "Ha-hallo, Roger?" cicit ku kecil.

"Pamela?" ujarnya dan Aku mengangguk kecil. Berusaha semaksimal mungkin agar isak kan ku yang masih tersisa tidak terdengar olehnya disebrang sana.

"Y-ya, ini Aku. Uhm, bolehkah Aku membuat janji di Rumah sakit tempatmu bekerja?" tanyaku dengan hati-hati.

Bagaimana pun juga Aku harus jujur dengan Roger jika Aku hamil, dia dokter yang sangat mengerti tentang hal seperti ini dan kurasa Aku menemukan orang yang tepat. "Oh ya, kau boleh membuat janji pada Resepsionis rumah sakit tempatku bekerja, setauku siang ini Aku belum memiliki Janji," ujarnya dan Aku tersenyum senang.

"Baiklah, kau bisa mengirimi ku nomor Resepsionis yang bisa kuhubungi?"

"Ya, akan ku kirim lewat Pesan. Saranku kau segera membuatnya, agar tidak perlu menunggu pasien lain yang mungkin memiliki janji denganku juga," ujar Roger sambil terkekeh dan Aku tertawa kecil, lalu mengangguk. "Okay?" yakinnya.

"Baiklah, Pak Dokter. Cepat kirimkan Aku nomornya," ujarku dan Roger menyetujuinya.

Aku memutuskan sambungan secara sepihak, lalu tak lama kemudian Ponselku mengeluarkan suara notifikasi tanda sebuah pesan masuk.

Aku tersenyum, nomor Resepsionis yang diberikan Roger sudah terkirim dan Aku berniat menghubunginya untuk membuat janji dengan Roger.

------------

Cruel [H.S]Where stories live. Discover now